Ummu Salamah ra. (Istri Rasulullah SAW) meriwayatkan, bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “Seorang perempuan, yang ditinggal mati suami dan sang suami tersebut senang padanya, akan masuk Surga,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Engkau mungkin kini telah berbahagia, di pangkuan Yang Maha Esa dan bisa saja tengah tersenyum kepadaku untuk memberikanku sepercik semangat. Ya Allah, jika memang bisa sampaikan bahwa diriku disini baik-baik saja. Aku yang kini sendiri dan hanya bergantung kepada-Mu ya Allah karena memang dia yang pernah ada disini telah pergi secepat itu.
Namun
aku tak bersedih, hanya saja suamiku yang kini telah tiada dan penyesalanku yang
terus ada. Ini adalah kisah nyata di kehidupanku. Seorang suami yang kucintai
yang kini telah tiada. Begitu besar pengorbanan seorang suamiku pada
keluargaku. Begitu tulus kasih sayangnya untukku dan anakku.
Suamiku
adalah seorang pekerja keras. Dia membangun segala yang ada di keluarga ini
dari nol besar hingga menjadi seperti saat ini. Sesuatu yang kami rasa sudah
lebih dari cukup. Aku merasa sangat berdosa ketika teringat suamiku pulang
bekerja dan aku menyambutnya dengan amarah,tak kuberikan secangkir teh hangat
melainkan kuberikan segenggam luapan amarah.
Selalu
kukatakan pada dia bahwa dia tak peduli padaku, tak mengerti aku, dan selalu
saja sibuk dengan pekerjaannya. Tapi kini aku tahu. Semua ucapanku selama ini
salah. dan hanya menjadi penyesalanku karena dia telah tiada. Temannya
mengatakan padaku sepeninggal kepergiannya bahwa dia selalu membanggakan aku
dan anakku di depan rekan kerjanya.
Dia
berkata, “Setiap kali kami ajak dia makan siang, mas Anwar jarang sekali ikut
kalau tidak penting sekali, alasannya selalu tak jelas. Dan lain waktu aku
sempat menanyakan kenapa dia jarang sekali mau makan siang, dia menjawab, “Aku
belum melihat istriku makan siang dan aku belum melihat anakku minum susu
dengan riang. Lalu bagaimana aku bisa makan siang.” Saat itu tertegun, aku
salut pada suamimu. Dia sosok yang sangat sayang pada keluarganya. Suamimu
bukan saja orang yang sangat sayang pada keluarga,tapi suamimu adalah sosok
pemimpin yang hebat. Selalu mampu memberikan solusi-solusi jitu pada perusahaan.”
Aku
menahan air mataku karena aku tak ingin menangis di depan rekan kerja suamiku.
Aku sedih karena saat ini aku sudah kehilangan sosok yang hebat.
Teringat
akan amarahku pada suamiku, aku selalu mengatakan dia slalu menyibukkan diri
pada pekerjaan,dia tak pernah peduli pada anak kita. Namun itu semua salah.
Sepeninggal suamiku. Aku menemukan dokumen2 pekerjaannya. Dan aku tak kuasa
menahan tangis membaca di tiap lembar di sebuah buku catatan kecil di tumpukan
dokumen itu, yang salah satunya berbunyi :
“Perusahaan kecil CV. Anwar Sejahtera di bangun atas keringat yang tak pernah kurasa. Kuharap nanti bukan lagi CV. Anwar Sejahtera, melainkan akan di teruskan oleh putra kesayanganku dengan nama PT. Syahril Anwar Sejahtera. Maaf nak, ayah tidak bisa memberikanmu sebuah kasih sayang berupa belaian. Tapi cukuplah ibumu yang memberikan kelembutan kasih sayang secara langsung. Ayah ingin lakukan seperti ibumu. Tapi kamu adalah laki-laki. Kamu harus kuat. Dan kamu harus menjadi laki-laki hebat. Dan ayah rasa,kasih sayang yang lebih tepat ayah berikan adalah kasih sayang berupa ilmu dan pelajaran. Maaf ayah agak keras padamu nak. Tapi kamulah laki-laki. Sosok yang akan menjadi pemimpin, sosok yang harus kuat menahan terpaan angin dari manapun. Dan ayah yakin kamu dapat menjadi seperti itu.”
Membaca
itu, benar-benar baru kusadari betapa suamiku menyayangi putraku. Betapa dia
mempersiapkan masa depan putraku sedari dini. Betapa dia memikirkan jalan untuk
kebaikan anak kita.
Setiap
suamiku pulang kerja. Dia selalu mengatakan, “Ibu capek? Istirahat dulu saja.”
Dengan
kasar kukatakan, “Ya jelas aku capek, semua pekerjaan rumah aku kerjakan. Urus
anak, urus cucian, masak, ayah tahunya ya pulang datang bersih.”
Sungguh,
bagaimana perasaan suamiku saat itu. Tapi dia hanya diam saja. Sembari
tersenyum dan pergi ke dapur membuat teh atau kopi hangat sendiri. Padahal
kusadari. Beban dia sebagai kepala rumah tangga jauh lebih berat di banding
aku. Pekerjaannya jika salah pasti sering di maki-maki pelanggan. Tidak kenal
panas ataupun hujan dia jalani pekerjaannya dengan penuh ikhlas.
Suamiku
meninggalkanku setelah terkena serangan jantung di ruang kerjanya. tepat
setelah aku menelponnya dan memaki-makinya. Sungguh aku berdosa. Selama
hidupnya tak pernah aku tahu bahwa dia mengidap penyakit jantung. Hanya setelah
sepeninggalnya aku tahu dari pegawainya yang sering mengantarnya ke klinik
spesialis jantung yang murah di kota kami. Pegawai tersebut bercerita kepadaku
bahwa sempat dia menanyakan pada suamiku:
“Pak
kenapa cari klinik yang termurah? Saya rasa bapak bisa berobat di tempat yang
lebih mahal dan lebih memiliki pelayanan yang baik dan standar pengobatan yang
lebih baik pula.”
Dan
suamiku menjawab, “Tak usahlah terlalu mahal. Aku cukup saja, aku ingin tahu
seberapa lama aku dapat bertahan. Tidak lebih. Dan aku tak mau memotong
tabungan untuk hari depan anakku dan keluargaku. Aku tak ingin gara-gara
jantungku yang rusak ini mereka menjadi kesusahan. Dan jangan sampai istriku
tahu aku mengidap penyakit jantung. Aku takut istriku menyayangiku karena iba.
Aku ingin rasa sayang yang tulus dan ikhlas.”
Tuhan,
maafkan hamba Tuhan, hamba tak mampu menjadi istri yang baik. Hamba tak sempat
memberikan rasa sayang yang pantas untuk suami hamba yang dengan tulus
menyayangi keluarga ini. Aku malu pada diriku. Hanya tangis dan penyesalan yang
kini ada.
Saya
menulis ini sebagai renungan kita bersama. Agar kesalahan yang saya lakukan
tidak di lakukan oleh wanita-wanita yang lain. Karena penyesalan yang datang di
akhir tak berguna apa-apa. Hanyalah penyesalan dan tak merubah apa-apa.
Banggalah
pada suamimu yang senantiasa meneteskan keringatnya hingga lupa membasuhnya dan
mengering tanpa dia sadari. Banggalah
pada suamimu, karena ucapan itu adalah pemberian yang paling mudah dan paling
indah jika suamimu mendengarnya. Sambut
kepulangannya di rumah dengan senyum dan sapaan hangat. Kecup keningnya agar
dia merasakan ketenangan setelah menahan beban berat di luar sana.
Sambutlah
dengan penuh rasa tulus ikhlas untuk menyayangi suamimu. Selagi dia kembali
dalam keadaan dapat membuka mata lebar-lebar. Dan bukan kembali sembari
memejamkan mata tuk selamanya.
Teruntuk suamiku.Maafkan aku sayang.Terlambat sudah kata ini ku ucapkan.Aku janji pada diriku sendiri teruntukmu.Putramu ini akan kubesarkan seperti caramu.Putra kita ini akan menjadi sosok yang sepertimu.Aku bangga padamu, aku sayang padamu.Istrimu.
Sumber Dari : http://www.wajibbaca.com
0 comments:
Post a Comment