RSS
Container Icon

::. Raja Abdullah : Hidup Bergelimang Harta, Meninggal Secara Sederhana .::

Raja Abdullah
Walaupun semasa hidup ia menjadi salah satu orang terkaya sepanjang sejarah, namun pemakaman Raja Arab Saudi, Abdullah yang meninggal pada Jumat pagi kemarin dilakukan secara sangat sederhana.

Jenazah Raja Abdullah dimakamkan tanpa batu nisan mewah yang bertuliskan namanya di sebuah pemakaman umum di Riyadh pada Jumat sore, 24 Januari 2015. Tidak ada penghormatan atau pun tangisan dari para pejabat dan rakyatnya apa lagi letupan senjata sebagai tanda belasungkawa.

Arab Saudi memang melarang kesedihan atau berkabung berlebihan, itu dikarenakan berkabung dan bersedih secara belebihan mirip dengan penyembahan berhala. Tidak ada masa berkabung resmi di Arab Saudi, hanya pengibaran bendera secara penuh di seluruh wilayah kerajaan. Meskipun Raja Abdullah populer di kalangan rakyatnya, namun tak ada aksi turun ke jalan oleh rakyatnnya.

Kantor-kantor pemerintah beroperasi normal seperti biasanya. Mereka tutup pada hari Jumat dan Sabtu yang merupakan hari libur reguler. Mereka akan buka seperti biasa pada hari Minggu. 

Setelah waktu Azhar, jenazah Raja Abdullah di bawa ke masjid dengan ambulans untuk disalati. Setelah itu, jenazahnya diangkat ke pemakaman oleh saudara laki-laki Abdullah. Pemakaman Abdullah dihadiri oleh jajaran pemimpin muslim, para pangeran, ulama dan pengusaha Arab.

Kesederhanaan itu bertolak belakang dengan kondisinya ketika ia menjadi penguasa Saudi. Sebuah kawat diplomatik AS tahun 2006 mencatat Abdullah secara pribadi minta pengawalan lengkap seperti Air Force One saat berkunjung ke AS dengan Boeing 747.


Walaupun begitu, dibanding saudara dan keponakannya, Abdullah termasuk sosok yang hemat. Dia memilih berlibur di sebuah kamp padang pasir daripada di istana mewah Mediterania. Dia juga dikenal sebagai sosok yang tegas dalam membatasi akses keluarganya dalam istana.

Menurut laporan, dia memerintahkan para pangeran untuk membayar tagihan telepon mereka dan memesan tiket penerbangan nasional di muka. Dalam pemahaman keagamaan, Abdullah dan warga kerajaan Arab Saudi secara umum adalah penganut Wahabi. Karena itulah paham keagamaan di Saudi mengecam berdirinya makam-makam megah yang dikeramatkan seperti yang dilakukan banyak kaum Sufi dan Syiah.

Seperti pendahulunya, Abdullah dan saudara-saudaranya yang telah meninggal dimakamkan di makam yang tidak bertanda. Jadi, tidak semacam monumen untuk AbdullahTapi namanya terpatri dalam banyak proyek, termasuk universitas terbesar di Jeddah, rumah sakit di Mekah, program beasiswa, perusahaan listrik negara dan sebuah jalan raya di Riyadh yang baru saja dikembangkan secara besar-besaran.

Makam Raja Abdullah

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Mo Suangyi : Bocah 10 Tahun Yang Menjual Kardus Bekas Demi Sang Ayah .::

Mo Suangyi
Dialah Mo Suangyi, bocah 10 tahun yang harus berjuang untuk mengumpulkan uang yang tidak sedikit itu demi membantu biaya ayahnya yang divonis kanker darah atau Leukemia. Leukimia atau kanker darah merupakan penyakit dalam klasifikasi kanker (istilah medis: neoplasma) pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid, umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih).

Penyakit yang diderita ayahnya membuat Mo Suangyi harus turun ke jalan menjadi seorang pemulung dengan mengumpulkan barang bekas berupa kardus dan dijualnya kepada pengumpul. Hasil dari memulungnya itu ditabung untuk digunakan berobat ayahnya. Anak yang masih duduk di bangku SD itu tidak pernah menyerah demi kesembuhan ayahnya.



Yang lebih mengharukan adalah catatan harian Mo Suangyi. Setiap hari dalam buku hariannya, Mo mencatat berapa uang yang didapat dari hasil penjualan kardus bekas. Ada sebuah catatan yang membuat banyak netizen di China terharu.


Dear Ayah, Apakah kamu tahu? Aku sudah mengumpulkan uang Rp 80ribu dari hasil jualanku. Ini belum cukup untuk biaya pengobatanmu, tapi aku tidak akan menyerah. Jadi tunggulah, Ayah. Kamu akan baik-baik saja!


Mo Suangyi tak hanya membanting tulang mencari uang untuk berobat ayahnya tetapi juga harus mengurus pekerjaan rumah seperti mencuci piring, memasak. Disamping itu, harus menjaga nenek dan adiknya yang masih kecil.

Kisah heroik ini mengundang kesedihan bagi orang yang memiliki perasaan betapa tidak anak yang masih seumur jagung memiliki jiwa patriot berjuang demi kesembuhan sang ayah yang secara logika tak akan mampu mengumpulkan uang sebanyak 1,2 milyar dalam waktu singkat. Tapi sifat pantang menyerah menjadi dasar Mo Suangyi untuk tetap yakin bahwa ada jalan keluar dibalik usahanya demi kesembuhan sang ayah.


Salah satu kalimat yang sangat menyentuh ketika dia (Mo Suangyi) menulis: “Saya tahu jarak antara 36,6 dan 600.000 yuan (sekitar 1,2 milyar) itu seperti jarak Jiangxi sampai Beijing, tapi saya tidak mau menyerah. Jadi, tetaplah di sana ayah dan kau akan baik-baik saja.”

Tak semua anak dilahirkan dalam keadaan yang berkecukupan. Diantara kita ada yang harus   membanting tulang demi mendapatkan sesuatu yang diharapkannya tapi dilain sisi ada yang  memiliki hoki untuk hidup dalam ketenangan dan kebahagiaan yang melimpah. Kisah Mo Suangyi memberikan kita pandangan bahwasanya nasib manusia itu berbeda-beda dan kita harus melawan nasib dengan hal-hal yang positif, pantang menyerah. Semoga kebahagian milik kita semua.


Sumber Dari : http://sosok.kompasiana.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Inilah 6 Wanita Yang Tidak Akan Dapat Mencium Bau Surga .::



Ada 6 kelompok wanita yang bukan saja tidak bisa masuk surga, bahkan mereka tidak bisa mencium bau surga. Siapa saja mereka? Mari kita simak hadits-hadits yang menguraikannya : 


1. Wanita Yang Menyemir Rambutnya, Khususnya Warna Hitam
Kita patut waspada. Menyemir rambut di zaman sekarang seakan-akan adalah hal biasa. Ingin terlihat lebih muda, ingin terlihat lebih cantik, tidak sedikit wanita yang kemudian menyemir rambutnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Pada akhir zaman nanti, akan ada orang-orang yang mengecat rambutnya dengan warna hitam seperti warna mayoritas dada merpati. Mereka tidak akan mendapat bau surga" (HR. Abu Daud: Shahih),

2. Wanita Yang Minta Cerai Tanpa Suatu Alasan
Perceraian dihalalkan dalam Islam, sebagai solusi “terakhir” ketika rumah tangga tidak dapat dipertahankan dan hanya membawa kesengsaraan bagi suami istri. Namun, dalam kondisi normal, ketika wanita minta cerai tanpa alasan, maka ia diharamkan masuk surga. Bahkan tidak bisa mencium bau surga.
"Siapapun wanita yang minta talak kepada suaminya tanpa alasan, Maka bau surga haram baginya" (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad; shahih ).

3. Wanita Yang Mengaku Keturunan Orang Lain
Nasab merupakan salah satu hal yang dijaga oleh agama. Seorang wanita yang mengaku-aku sebagai anak orang lain yang bukan ayahnya, ia dijauhkan dari surga dan mendapat ancaman tidak dapat mencium bau surga. Islam juga melarang seseorang dinisbatkan (bin atau binti) kepada orang tua angkatnya. 
Barang siapa mengaku keturunan dari orang lain yang bukan ayahnya sendiri tidak akan mendapatkan bau surga. Padahal bau surga telah tercium pada jarak tujuh puluh tahun perjalanan (HR. Ahmad; shahih)

4. Wanita Yang Sombong
Sombong adalah pakaian Allah. Hanya Allah yang berhak sombong karena Dialah pemilik dan penguasa segalanya. Adapun manusia yang sombong, ia tidak dapat masuk surga dan tidak dapat mencium bau surga. Bahkan, meskipun kesombongannya kecil, seberat biji sawi.
"Tidak akan masuk surga seseorang yang didalam hatinya ada kesombongan. Meskipun seberat biji sawi." (HR. Muslim)

 5. Wanita Yang Menuntut Ilmu Akhirat Untuk Duniawi
Mempelajari ilmu agama, ilmu syariat, ilmu akhirat, adalah aktifitas mulia yang sangat dianjurkan dalam Islam. Bahkan diperintahkan. Namun, jika ilmu agama dicari untuk tujuan duniawi, maka ancamannya sungguh mengerikan. Tidak bisa mendapatkan bau surga.
Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya untuk Allah, namun ia tidak menuntutnya kecuali untuk mencari dunia, maka pada hari kiamat ia tidak akan mendapatkan bau surga.: (HR. Ibnu Majah, Abu Daud dan Ahmad; shahih)

 6. Wanita Yang Berpakaian Tetapi Telanjang
Kelompok wanita ini tidak dijumpai Rasulullah SAW di zamannya. Mereka berpakaian, tetapi pada hakikatnya telanjang. Para ulama menjelaskan, mereka berpakaian tetapi tipis, bahkan mendekati tembus pandang. Mereka berpakaian tetapi pakaiannya ketat sehingga membentuk lekuk-luku tubuh dan menggoda kaum laki-laki. Kelompok ini juga mendapatkan ancaman tidak dapat masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga.
"Dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat; Kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, dengannya ia memukuli orang dan wanita-wanita yang berpakaian (Tapi telanjang), mereka berlenggak lenggok dan condong (Dari Ketaatan), rambut mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan sejauh ini dan ini.(HR. Muslim)

Demikian 6 wanita yang tak bisa mencium bau surga. Semoga kita tidak termasuk dari golongan tersebut, dan dikelompokkan pada golongan ahli surga.


Sumber Dari : http://www.reportaseterkini.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Anakku Adalah Maduku .::


Panggil saja aku Nur, aku menikah dengan duda yang jauh lebih tua dengan diriku dan mempunyai 1 puteri yang beda 7 tahun dari diriku bernama Maya, Aku sangat sayang sama Maya, karena ku anggap dia anak Piatu, apa pun yang di lakukan tak pernah sekalipun aku melarang atau memarahi nya, tapi karena sering aku manja maya menjadi gadis yang liar dan susah diatur, disaat maya berumur 21 tahun dan aku 28 tahun, kejadian yang tak kami inginkan telah terjadi, suamiku meninggal karena serangan Jantung, aku begitu terpukul.

Setelah kematian ayahnya, maya semakin menjadi Gadis liar dan nakal dia sudah tidak pernah lagi menganggap aku sebagai ibunya lagi, hingga di tahun ke dua kepergian suamiku, maya pun menikah dan tinggal ikut suaminya di luar jawa.

Dan aku pun menikah dengan lelaki duda tanpa anak. 4 tahun pernikahan kami, tiba tiba maya datang ke rumah kami mengabarkan kalau dia sudah bercerai dengan suami dan ingin mencari kos2an di kota kami, karena aku begitu sayang sama dia aku halangi dia berniat demikian, aku suruh maya tinggal bersama aku dan suamiku.

5 tahun pernikahan kami, tanda-tanda kehamilan tak pernah kami dapati, aku sudah periksa ke dokter tap dokter mengatakan kandunganku sehat, tp sayang suamiku tak pernah mau periksa ke dokter.. Hingga kabar mengejutkan itu pun akhirnya aku dengar, Maya hamil karena suamiku, sungguh aku tak percaya dengan apa yang terjadi tp ini benar2 telah terjadi, ku lihat wajah maya tanpa beban dosa sedikitpun, tidak demikian dengan suamiku dia berkal-kali meminta maaf terhadap ku dan memohon jangan pernah tinggalkan dia, Pernikahan itu pun di gelar, Aku hanya bisa diam di kamar dan meratapi ini semua, air mata ini jatuh tampa henti, ingin aku pergi dan meninggalkan suamiku, tp melihat penyesalan suamiku yang begitu dalam dan tak sanggup kehilangan aku, itu yang menjadi piikiranku.

jika mama pergi meninggalkan papa, lebih baik papa tak menikahi maya, karena cinta ini hanya milik mama, kami melakukan itu hanya sekali di saat papa pulang dalam keadaan mabuk, pada waktu mama pulang ke rumah Ibu dulu, maafin papa Ma sungguh maafin papa, lebih baik kehilangan segalanya, dari pada kehilangan mama..” kata suamiku.
Hati ini menangis pilu hati bagikan di tusuk tombak yang amat tajam dengan kejadian ini, tapi lagi lagi hatiku kecilku pun menuntut aku menjadi seorang yang IKHLAS,, Di saat malam pertama mereka, ku lihat maya memeluk mesra suamiku di depanku. mencium dan memeluk suami ku di depanku hati ini bagaikan mati karena sakit hati yang aku alami.

Setelah sekian bulan perut maya semakin membesar, suamiku sudah tak pernah menjamahku sama sekali, karena maya akan marah besar jika melihat suamiku mendekatiku,, Air mata ini sudah kering, jiwa ini sudah tenang, karena hanya keikhlasan yang bisa membuat aku bertahan sampi saat saat ini.

Sepulang dari pengajian ku dapati rumah kami sepi, tetangga mengatakan kalau maya dan suami lagi pergi ke Pasar malam untuk jalan2, tiba2 tlp rumah berdering dan ternyata polisi mengabarkan suami dan maya kecelekaan di tubruk mobil dari belakang, tangan dan kaki ini lemas seketika, dengan tergesa gesa aku bergegas ke rumah sakit, maya luka parah kakinya harus di amputasi dan bayi dalam kandungan nya harus segera di ambil walapun masih berumur 8 bulan.

karena kekurangan darah, ku sumbangkan darah ini untuknya, dalam do'aku semoga anakku maya baik2 saja, sedangkan suamiku hanya luka memar di beberapa bagian badan saja, 
“Maafkan aku ibu” 
Ucapan yang telah lama tak pernah aku dengar dari maya, aku begitu terharu pada akhirnya anaku memanggil ibu walaupun bukan darah dagingku, dia katakan dia tak mau menjalani oprasi pemotongan kedua kakinya, dia hanya pesan: 

“Bu, belum sekalipun aku membahagiakan mu, ini semua teguran dari Tuhan untuku, Maafkan aku, sebelum kepergianku, ku ingin minta tolong sekali lagi, titip anakku sayangi dia seperti kau menyayangiku bu, dia bukan anak Suami ibu, dia anak lelaki yang tak pernah jelas keberadaanya, aku mengenal dia di BAR, setelah mengetahui aku hamil dia menghilang dan terpaksa aku mengaku ini anak suami ibu, sekali lagi maaf bu..” dan tangan maya pun lemas dan dingin, secepatnya para dokter pun melakukan oprasi pengangkatan bayi, setelah bayi itu lahir maya pun telah berpulang ke pangkuan Sang Khalik, Innalillahi Wa Inna Illahi roji'uun...

Kini bayi laki-laki berwajah bule itu pun ku gendong, suamiku pun baru tau, kalau bayi itu bukan darah dagingya, Kini kami pun hidup bertiga, kami pun bahagia menyangi dan merawat bayi laki2 yang lucu itu seperti darah daging kami sendiri. Karena kami tidak akan mempunyai kesempatan mempunyai anak, Karena suami yang di nyatakan Mandul oleh sang dokter.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Akhir Dari Sebuah Persahabatan .::

Masih ingatkah kalian dengan kisah si Kojai? Pria yang meninggal karena mengidap penyakit mematikan HIV/AIDS. Kisah sedih ini tak berhenti sampai disini. Satu persatu kesedihan menyusul sejak kepergian Kojai. 
Ternyata Kojai tak sendiri. Kojai memang tak sendiri. Seperti yang telah dikisahkan sebelumnya. Kojai terkena virus HIV/AIDS karena pemakaian putauw dengan jarum suntik bergantian dengan teman-teman satu kompleknya kala dia masih duduk di bangku SMA.

Kudengar kabar, beberapa tahun sebelum tiba-tiba kondisi Kojai menurun terus karena kekebalan tubuhnya yang telah habis, ternyata aku ketahui dari kakak Kojai, bahwa ada tiga orang teman Kojai yang mendahului Kojai menutup usia. Dan dahsyatnya penyakit yang mereka alami sama persis dengan yang Kojai alami.

Kala itu terjadi, Kojai masih menyelesaikan kuliah di kota Yogyakarta. Kota yang sama dengan kuliahku. Kala itu pula Kojai hanya mendengar kabar itu sepintas lalu dari keluarganya, karena Kojai berada di kota yang berbeda dengan keluarganya. Karena pengetahuan yang masih sangat minim tentang gejala penyakit HIV/AIDS, Kojai tak menyadari apa penyebab dari kematian ketiga temannya itu. Setelah Kojai pergi menyusul ketiga temannya itu, barulah keluarga Kojai menyadari betapa kejamnya virus HIV/AIDS itu.

Kabar mengejutkan kudengar dari keluarga Kojai, setelah tiga bulan Kojai meninggal, salah seorang sahabat Kojai, Kubil, teman sepermainan Kojai di Komplek kala Kojai masih SMA, meninggal dengan proses sakit yang sama. Hanya saja kubil tak harus mengalami waktu yang lama seperti Kojai alami. Hanya kurang lebih satu bulan Kubil mengalami sakit dan akhirnya dia meninggal.

Bagaikan persahabatan yang sejati dan abadi, empat sekawan itu pun meninggal dunia dengan penyakit yang sama, penyakit yang mereka tak sadari dari mana asalnya dan bagaimana akibatnya. Hampir dua tahun Kojai meninggalkan kami, di pertengahan bulan Juni 2008, tak disangka kepergian Kojai pun disusul lagi oleh kematian sahabat sejatinya satu komplek, Tris. Memang sebelum Kojai menutup usia, dia pernah bercerita pada kami, dengan siapa saja kala SMA dia menggunakan serbuk putih terlarang itu. Salah satu nama yang disebutkan sangat familiar sekali di telingaku. Tris memang sahabat dari kecil Kojai. Bisa dikatakan dimana ada Tris, dapat dipastikan disitu pula ada Kojai.

Usia Tris setahun lebih tua dari Kojai. Kojai pun menganggap Tris sebagai sahabat sekaligus kakak. Namun sangat disayangkan, kakak yang dijadikan panutan malah menjerumuskan Kojai ke dalam jalan menuju kematian.

Aku ingat ketika Kojai terbaring tak berdaya di RS. Bayukarta Karawang, beberapa teman komplek Kojai datang menjenguknya. Salah satu dari teman itu adalah Tris. Namun entah apa yang dibisikkan Kojai ke telinga Tris, hingga sepertinya perlahan-lahan Tris bergerak mundur dan sedikit menjauhi Kojai. Belakangan ku ketahui dari salah seorang teman Kojai, bisikan itu berbunyi, “Tris, badanku rasanya lemas banget, sepertinya organ dalamku telah hancur semua”. Tak disangka karena bisikan itulah, Tris mulai menghindari Kojai.

Setelah Kojai meninggal dunia, terdengar kabar bahwa Tris mulai sakit-sakitan. Meskipun terkesan keluarga Tris menutup rapat tentang apa sebenarnya penyakit Tris, namun karena keluarga Kojai telah lebih berpengalaman menghadapi gejala-gejala penyakit HIV/AIDS, rasanya sudah bisa ditebak apa sebenarnya penyakit Tris. Karena dilihat dari gejalanya, sakit yang dialami Tris sangat mirip dengan yang pernah dialami Kojai.

Mungkin kejadian yang dialami Kojai adalah pelajaran yang sangat berharga bagi keluarga Tris. Hikmah baik yang dapat diambil bagi keluarga Tris adalah keluarga Tris menjadi lebih sigap dan cepat dalam mengobati Tris. Dalam kurun waktu hampir dua tahun, secara intensif keluarga Tris membawa dia untuk selalu chek up ke RS. Dharmais, Jakarta. Dan dalam kurun waktu kurang lebih dua tahun itulah kondisi kesehatan Tris bagaikan sebuah yoyo.

Kurang lebih satu bulan Tris dirawat di RS. Dharmais Jakarta, Tris pun kembali ke Karawang. Terlihat kondisi Tris sudah mulai membaik. Badannya menjadi agak gemuk dan dia pun mulai berjalan-jalan keluar rumahnya. Suatu ketika pernah dia terlihat begitu lahapnya menyantap siomay didepan rumahnya ditemani oleh istri tercintanya.

Kala itu kulihat betapa bahagianya mereka. Kebahagiaan yang tak dapat kurasakan dengan Kojai. Sejujurnya dalam hati kecilku sedikit kecewa. Bukan kecewa karena melihat kebahagiaan mereka. Tetapi aku kecewa akan keadilan Tuhan. Mengapa Tris bisa sembuh sedangkan Kojai tidak? Padahal mereka sama-sama pernah mengalami kondisi yang sama. Tapi ternyata aku salah besar. Bagaikan sebuah yoyo tadi, kondisi baik Tris pun tak berlangsung lama. Berangsur-angsur kondisi Tris mengalami penurunan hingga akhirnya Tris pun meninggal dunia.

Ternyata Tuhan maha adil. Istri Tris pun harus mengalami rasa sakit yang sangat perih dan kesedihan yang amat sangat dalam seperti yang pernah kurasakan. Karena akhirnya Tris pun menyusul Kojai dalam kurun waktu kurang lebih dua tahun setelah Kojai pergi mendahuluinya.

Sudah dapat dipastikan bagaimana sedihnya istri Tris karena ditinggal oleh suami yang sangat dia cintai. Hal yang sama yang pernah aku rasakan sebelumnya. Dan bagaikan persahabatan yang sejati, Kojai dan teman-temannya pun kini telah berkumpul kembali di alam mereka yang baru. Alam yang lebih abadi. Apakah ini akhir dari sebuah persahabatan yang sejati? Entahlah. Yang jelas mungkin ini adalah jalan yang terbaik bagi mereka. Setidaknya mereka tak perlu lagi merasakan sakit. Mungkin dengan adanya kejadian ini, banyak hikmah yang dapat kita ambil. Setidaknya bagi kita yang ditinggalkan untuk menyelamatkan generasi penerus kita.


***

Cerita diatas merupakan kisah nyata yang dikirimkan penulisnya  : Meranasepi (nama samaran) ke redaksi KarIn. Nama dan biodata penulis ada pada redaksi. Ia berharap agar kisahnya ini dapat dijadikan ‘pelajaran’ bagi semua orang  : tentang cinta, pergaulan dan narkoba. Ini merupakan cerita lanjutan (akhir), sebelumnya : "Andai Waktu Dapat Diputar Kembali."


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Berkat Gambar Sang Anak, Suami Istri Ini Rujuk Kembali .::

KOMPAS.com - Dalam sebuah pernikahan, perceraian terkadang menjadi solusi atas permasalahan antara suami dan istri yang tidak dapat terselesaikan dengan baik. Bagi pasangan yang sudah dikaruniai keturunan, perceraian orang tua pastilah berdampak kepada psikologis dan emosional sang buah hati.

Xiao Yi Dan Kedua Orang Tuanya
Seperti kebanyakan anak-anak seusianya, Xiao Yi sangat gemar menggambar dan mewarnai. Meskipun kebanyakan gambar yang dibuat menampilkan sebuah keluarga bahagia, sebenarnya Xiao Yi menyimpan reaksi terhadap perceraian yang dialami kedua orang tuanya. Akhirnya, reaksi Xiao Yi ditunjukkan dengan cara menggambar sebuah keluarga.

Sejak setahun terakhir, Xiao Yi menderita gangguan kondisi kulit. Kondisi kesehatan Xiao Yi inilah ternyata yang menyebabkan konflik antara kedua orang tuanya, Chow Peng dan Chi Tseng. Sang ibu, Chow, memutuskan untuk pergi dari rumah karena sudah lelah terus-menerus bertengkar dengan sang suami. Xiao Yi pun hanya tinggal bersama sang ayah.

Tentu saja, sebagai seorang anak, Xiao Yi merasakan kesedihan mendalam karena tinggal terpisah dengan sang bunda. Akhirnya, sebagai ungkapan perasaannya, Xiao Yi sering menggambar sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia. Keluarga seperti itulah yang sebenarnya diinginkan oleh sang bocah. Gambar-gambar Xiao Yi kemudian tidak sengaja ditemukan oleh sang bibi.

"Salah satu gambar itu benar-benar mengungkapkan apa yang sebenarnya ada di dalam hati Ciao Yi. Gambar itu menampilkan dirinya bermain layang-layang bersama sang ayah dan sang ibu berlari menghampirinya, layaknya mereka bersatu kembali," ujar bibi Xiao Yi.

Sang bibi kemudian menggungah gambar tersebut dan menyebarkannya di dunia maya. Chow, ibu Xiao Yi, melihat gambar sang buah hati hingga meneteskan air mata. Kemudian, ia memutuskan untuk bertemu dengan sang suami untuk membicarakan tentang apa yang bisa mereka lakukan untuk putra semata wayang mereka tersebut.

Akhirnya, ayah dan ibu Xiao Yi memutuskan untuk kembali rujuk. Proses rujuk mereka pun dikabarkan berlangsung dengan lancar. Saat ini mereka menempati rumah baru sebagai keluarga yang bersatu kembali. Kondisi kulit Xiao Yi pun perlahan-lahan mulai membaik. 


Sumber Dari : http://female.kompas.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Kisah Cinta Masa Laluku Yang Romantis .::


Jam tangan ku menunjukan angka 13.00, sudah seharian dari jam 10 tadi aku nongkrong di depan komputer yang ada di perpus kampus, yah itung2 ngelepas penat, browsing nyari hiburan lah, apalagi minggu depan uda ujian akhir semester lagi, wuih stress deh, maklum anak kesehatan,hrs pinter-pinter nyari hiburan biar fresh lagi, tapi emank gak kerasa deh tau-tau setahun kuliah bakal berlalu.

Aku baru kuliah tingkat 1, di sebuah STIKES di kota gudeg, yah aslinya sih aku uda tingkat 2, tapi karena ada sesuatu hal aku ngulang lagi kuliah dari awal, di jurusan yang sama pula. tapi biarlah, mungkin emank jalan hidup ku ini harus begitu, tapi aku malah bersyukur banget, dengan aku ngulang kuliah aku jadi punya cerita indah dalam hidupku.

Cerita Indah itu diawali ketika aku mau pindah kuliah ke jogja. Udah setahun aku kuliah di Bandung, bosen banget, aku gak suka di sana, atau mungkin karena aku mank rindu Jogja ya, jadinya bawaannya aku pengen balik mulu kesana, kata orang yg pernah tinggal di Jogja, sekali pergi dari jogja, suatu saat pasti pengen balik lagi deh, ktanya NGANGENIN.. 

Emank bener sih, aku uda 5 taun skolah di Jogja, dari SMP, eh pas mau kuliah malah gak dapet di jogja, sedih banget waktu itu. Pas kuliah di Bandung aku gak sreg, tapi gimana lagi, musti nurut ama Ortu kan.. Untungnya ada problem, pas aku minta pindah ama ortu di bolehin. alternatif pertama pindah lagi ke jogja, tapi aku sempet pesimis, jgn2 aku gak ketrima lagi disana, maklum disana saingan beratz.. walhasil, JKT jadi alternatif laen, alamak mana tahan aku kuliah disana, sumpek, macet mulu lagi, ah enggak deh, walaupun aku lahir disana,tinggal disana ampe 1 SMP tapi aku gak pengen bgt balik kesana lagi, sudah cukup deh, makasih

Tapi akhirnya, alhamdulillah…aku keterima di jogja, di jurusan favorit kampus bonavid..hehe.. Tapi, aku di hadapin satu masalah lagi, ortu kuatir aku disana sendirian, apalagi aku anak cewek, sendirian disana, gak yang ngawasin, pergaulan makin error, ortu kuatir banget aku bakal terpengaruh, so aku ditawarin ortu kul sambil merit, what? merit? yah, gitulah.. Tiba2 aku ditawarin ortu nikah aja daripada mereka kuatir mikirin. tapi ama siapa?? mereka uda punya pandangan siapa cowok yang bakal di comblangin ke aku.. yah dialah ”my FIRST LOVE”..

Aku dari keluarga yang lumayan terpandang, ayahku sudah pensiun, tapi karena mereka rajin nabung, di hari tua mereka punya kehidupan yang bahagia, materi tercukupi karena ortu ku punya usaha kos2an N punya tanah dimana2, jadi klo ada apa2 tinggal dijual slah satunya.

Balik lagi soal pen comblangan, cowok itu adalah adek tingkat mas ku, satu kampus sama KK ku, sering maen kerumah, jadinya dia udah akrab banget ama ortu ku, khususnya ibuku. Dia orangnya sopan, gampang deket ama ortu walopun penampilannya cuex, rambut gondrong, gaya nyeleneh, tapi ya itu dia anaknya sopan banget N ramah N tampangnya juga boleh, idungnya mancung, maniez N nyenengin deh.. Tapi sayang aku gak begitu akrab, tapi aku sempet punya rasa simpatik, coz dia agamanya bagus, alim tapi metal.. asik kan…!!!

Akhirnya rapat keluarga dilaksanankan, terpilihlah dia sebagai calon suamiku, wah gila deh, akhirnya aku musti nyiapin diri buat merit sebelum kegiatan perkuliahanku di Jogja dimulai.. Dia dari keluarga yang sederhana, belum kerja krn masih nyusun skripsi, untungnya ortu ku gak masalah soal itu, mereka bukan ortu yg kolot N matre, mereka ngerti klo hidup lebih berarti klo dirintis dari bawah dulu, jadi materi bukanlah hal yang menentukan, yang penting kita sama2 suka, ortu yakin klo dia bisa bahagiain aku suatu saat nanti, ternyata ortu ku emank bijaksana, aku bangga sama mereka..

Akhirnya semua persiapan sudah beres, tinggal nunggu hari ”H” aja. tapi nanti setelah aku selesai ospek. 3 hari setelah ospek, hari minggu aku akad nikah…wah serasa mimpi, akhirnya aku sah jadi istrinya. 7 bulan berlalu sudah, kuliahku lancar, nilaiku memuaskan karena aku kuliah di kesehatan, jadi hal itu hal yang membanggakan, maklumlah susah…

Suamiku sudah diwisuda, waktunya memikirkan kehidupan selanjutnya. suamiku adalah orang yang pintar bisnis, hanya saja karena belum ada modal, dia mutusin untuk nyari kerja dulu, sambil menabung buat modal bisnis. gak sampai 1 bulan menganggur di mendapat panggilan kerja dari beberapa perusahaan, akhirnya 2 keputusan harus dipilih, ke JEPANG atau ke MANADO, wah semunya harus pisah denganku. Dia akhirnya milih ke Manado, karena klo ke Jepang 2 tahun penuh kita gak bisa ketemu. Mana tahan dia harus pisah dari aku selama itu, aku kan ngangenin, hehe… dia juga gitu.

Akhirnya berangkatlah suamiku ke Manado, sekarang ini sudah 2 bulan dia disana, sedangkan aku di jogja kembali sendirian, tapi gak pa2 karena aku gak akan nyesal akan jalan hidupku seperti ini, hidup memang penuh dengan perjuangan, walaupun harus pisah, kita masih selalu komunikasi N saling jaga diri jangan sampai terpengaruh oleh setan yang membuat kita berpaling satu sama lain. pertama kau ngersara ini adlah coabaan terberat buat aku, aku harus nyelesein kuliah sendirian tanpa suamiku yg dulu selalu siap bantu aku klo aku lg sibuk dgn kuliahku, tp skrg aku berjuang sendirian sampai lulus nanti, dan dia juga begitu bekerja keras di sana , jauh dari keluarga, hanya untuk berjuang demi masa depan N mencari sesuap nasi..

Tapi hidup ini akan menjadi mudah bila kita meniatkan semuanya demi kelancaran dan perjuangan hidup agar kelak bahagia dunia dan akhirat.. Sekarang jam tanganku sudah ke angka 14.00, lelah sudah diri ini ingin segera pulang ke kos, makan siang lalu tidur… ah tapi apa yg dilakukan oleh suamiku di sana ya.. Soalnya ini weekend, ah jadi kangen...


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Catatan Terakhir Claudia Sebelum Diajak Ayahnya Bunuh Diri .::

Catatan Terakhir Claudia

Namanya Santa Maria Claudia, anak usia 8 tahun, yang diajak bunuh diri oleh sang ayah, Oktavianus Cahyo Saputro, masih menjadi perbincangan hangat  para tetangga Sri Lestari, ibu kandung Claudia. Perempuan yang membantu kakak iparnya berjualan soto di Jalan Adisumarmo, Kartasura - Sukoharjo, itu dalam keseharian memang terlihat pendiam. Sejak kematian suami dan puteri semata wayangnya, perempuan berusia 34 tahun itu belum terlihat lagi karena warung soto sang kakak, menurut pantauan Si Momot, juga belum buka hingga hari ini.

Sehari-hari, Sri Lestari tampak tekun membantu sang kakak, Bambang, yang beristerikan Tanti, berjualan soto di Warung Soto Gobyoss di sebelah utara SMPN 1 Kartasura, Sukoharjo. Tak banyak yang tahu bahwa Sri Lestari baru saja bercerai dari sang suami, Oktavianus Cahyo Saputro (36 tahun).

Catatan terakhir Claudia sebelum meninggal dalam aksi bunuh diri yang dilakukan ayahnya, Jumat (20/3/2015) malam. (KOMPAS.com/M Wismabrata)

Sri tidak mau mengungkapkan alasan dirinya minta bercerai dari sang suami, tetapi pembicaraan yang berkembang di antara para tetangga di RT.4/RW.2 Ngabeyan Kartasura, sebagaimana disampaikan salah satu warga kepada Si Momot, sang suami diketahui menjalin hubungan dengan perempuan lain yang beralamat di seputaran Manahan Solo.

Apapun alasan perceraian itu, sang anak ikut menjadi korban. Santa Maria Claudia tewas setelah disertakan sang ayah, Oktavianus Cahyo Saputro, menabrakkan diri ke kereta api yang sedang malaju kencang pada Jumat (20/3/2015) malam sekitar pukul 21.10 WIB di dekat perlintasan Brengosan, Manahan, Solo.

Cahyo nekat bunuh diri dengan mengajak putri semata wayangnya menabrakkan diri ke kereta api Gajayana jurusan Solo-Jakarta yang sedang melaju kencang. Dia diduga sangat menderita setelah gagal mendapatkan hak asuh dalam sidang perceraian yang sedang dijalaninya.

*** Surat Kerinduan Claudia ***

Sebelum meninggal, Claudia sempat menuliskan kerinduan untuk bisa bersama lagi dengan kedua orangtuanya di buku hariannya. Secarik kertas berwarna merah muda yang bertuliskan “catatan” di bagian atasnya adalah milik Claudia.

Di dalam catatannya tersebut, gadis mungil itu mengungkapkan bahwa dia baru saja berulang tahun ke-8. Claudia lalu bertutur bahwa dirinya begitu sedih saat mengetahui proses perceraian kedua orangtuanya.

… Aku sedih sekali, papa mamahku akan berpisah, aku sedih sekali dan aku tadi makin sedih, aku kangen mama dan aku bisa cuma bedoa kepada Tuhan, dan aku senang bisa bertemu mamah…” demikian tertulis.
Dalam catatan terakhir itu pula, Claudia menulis harapannya.
… Tadi malam ulang tahunku ke-8 tahun, aku sangat senang sekali. Semoga tambah sehat tambah pintar dan semoga bahagia selalu tidak boleh sedih,” tulisnya.
Surat itu, seperti dirilis Kompas.com, ditulis Claudia sehari setelah ulang tahun dirinya pada tanggal 21 Desember. Saat itu, dia harus tinggal bersama ayahnya dan hanya bisa bertemu dengan ibundanya saat pulang sekolah. Selama proses perceraian, Claudia dilarang oleh sang ayah untuk bertemu dengan ibunya.

Kepolisian menyebutkan, Claudia memang diajak bunuh diri bersama ayahnya. Bocah yang masih mengenakan baju tidur berwarna putih dengan motif bunga itu mengalami luka parah di bagian kepala. Tubuhnya terempas belasan meter dan terseret kereta api.

Warga sempat menolong Claudia. Namun, dia meninggal sebelum sampai di RS Kasih Ibu, Solo. Sementara itu, Cahyo tewas di lokasi kejadian karena luka parah di sekujur tubuhnya.

Beberapa saksi mata mengaku melihat Cahyo membopong putrinya berjalan ke rel kereta api saat KA Gajayana melaju kencang.

Pihak keluarga Sri Lestari masih tidak percaya dengan peristiwa yang merenggut nyawa Claudia dan ayahnya itu. Semenjak pulang merantau dari Bali, Cahyo dan istrinya memang kerja serabutan.

Sri Lestari bekerja di warung soto kakaknya, sedangkan Cahyo sempat bekerja di sebuah pabrik. Sejak saat itu, hubungan keduanya mulai merenggang. Cahyo berpisah dengan istrinya yang kemudian tinggal bersama dengan kakaknya. Claudia pun tinggal bersama Cahyo.

“Sejauh saya mengenal saudara ipar saya, Cahyo, memang sangat sayang kepada Claudia. Menjelang putusan pengadilan, ayahnya tidak terima apabila Claudia diasuh ibunya, bahkan sempat mengancam akan melakukan apa pun agar bisa mengasuh anaknya tersebut,” ujar Bambang, kakak ipar Cahyo.

Pihak keluarga sudah berusaha untuk mendamaikan keduanya agar tidak bercerai. Namun, keinginan Sri Lestari untuk berpisah dengan suaminya tidak terbendung. 

Kisah Claudia adalah kisah memilukan dampak sebuah perceraian bagi seorang anak. Apapun alasan sebuah perceraian maka biasanya anaklah yang menjadi korban.


Sumber Dari : http://simomot.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Kisah Percintaan Yang Dirindukan Surga Antara Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az Zahra .::

Jika cinta adalah matematika, Maka yang mencintai kita akan mengalikan kebahagiaan sampai tak terhingga, membagi kesedihan hingga tak berarti, menambah keyakinan hingga utuh, menurangi keraguan hingga habis. ( Salim A Filah, jalan cinta para pejuang )


** Mempelai Wanita **

Namanya adalah Fatimah binti Muhammad (606/614 - 632) atau lebih dikenal dengan Fatimah az-Zahra yang berarti Fatimah yang selalu berseri. Dalam Bahasa Arab: فاطمة الزهراء. Ia merupakan putri bungsu Nabi Muhammad SAW dari perkawinannya dengan istri pertamanya, Khadijah. Ia putri yang mirip dengan ayahnya, bahkan Aisyah berkata ,” Aku tidak melihat seseorang yang perkataannya dan pembicaraannya yang menyerupai Rasulullah selain Fatimah. Rasulullah sangat menyayangi Fatimah, setelah Rasulullah bepergian ia lebih dulu menemui Fatimah sebelum menemui istri istrinya dan jika Fatimah datang mengunjungi Rasulullah, Rasulullah berdiri lalu menciumnya dan menyambut dengan hangat, begitu juga sebaliknya yang diperbuat Fatimah bila Rasulullah datang mengunjunginya. 

Fatimah Az-Zahra tumbuh menjadi seorang gadis yang tidak hanya merupakan putri dari Rasulullah, namun juga mampu menjadi salah satu orang kepercayaan ayahnya pada masa Beliau. Fatimah Az-Zahra memiliki kepribadian yang sabar dan penyayang karena ia tidak pernah melihat atau dilihat lelaki yang bukan mahromnya. Rasullullah SAW sering sekali menyebutkan nama Fatimah, salah satunya adalah ketika Rasulullah SAW pernah berkata "Fatimah merupakan bidadari yang menyerupai manusia"

** Mempelai Pria **

Namanya Alī bin Abī Thālib dalam bahasa Arab: علي بن أﺑﻲ طالب. Ia lahir sekitar 13 Rajab 23 Pra Hijriah/599 – wafat 21 Ramadan 40 Hijriah/661. Ia adalah salah seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad SAW. Sosok Ali adalah lelaki sebenarnya, sifat baiknya melebihi matahari waktu dhuha. Menyibak semua masalah. Istananya hanya gubuk tua, dan Pedang berkilau adalah Harta kekayaannya. Ali juga menjadi satu-satunya Khalifah yang sekaligus juga Imam. Ali sendiri merupakan sepupu dari Nabi Muhammad SAW. Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, dimana Asad merupakan anak dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.

Nabi Muhammad SAW sangat Bahagia akan Kelahiran Ali bin Abi Thalib karena beliau tidak punya anak laki-laki. Keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi Nabi Muhammad SAW bersama istri beliau Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak beliau kecil hingga dewasa, sehingga dari kecil Ali sudah bersama dengan Nabi Muhammad SAW.

Ali senantiasa selalu menjaga Pandangannya untuk tidak melihat hal-hal buruk bahkan yang kurang sopan sekalipun. Bahkan pernah suatu kali saat ia melakukan  pertempuran ia melihat pakaian musuh terbuka bagian bawah terkena sobekan pedang beliau, maka Ali enggan meneruskan pertempuran hingga musuhnya lebih dulu memperbaiki pakaiannya.



Dalam kisah lain, dengan susah payah seorang pengemis datang memasuki Masjid Nabawi di Madinah untuk meminta sesuatu. Sayang, ia hanya melihat orang-orang melaksanakan shalat dengan khusyuk. Rasa lapar yang kuat mendorongnya untuk meminta-minta kepada orang-orang yang sedang shalat. Namun tak satupun menghiraukan dan tetap khusyuk dalam shalatnya.

Diambang keputusasaannya, pengemis itu mencoba menghampiri seseorang yang khusyuk melakukan rukuk. Kepadanya ia minta belas kasihan. Ternyata kali ini ia berhasil. Masih dalam keadaan rukuk, orang itu memberikan cincin besinya kepada pengemis itu. Tidak lama setelah itu, Rasulullah SAW memasuki masjid, melihat pengemis itu lalu mendekatinya.
"Adakah orang yang telah memberimu sedekah?
"Ya, Alhamdulillah."
"Siapa dia?"
"Orang yang sedang berdiri itu, Kata si pengemis sambil menunjuk jari tangannya."
"Dalam keadaan apa ia memberimu sedekah?"
"Sedang rukuk!"
Ia adalah Ali bin Abi Thalib,” kata Nabi. Ia lalu mengumandangkan takbir dan membacakan ayat, “Dan barang siapa yang mengambil Allah SWT, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama Allah SWT) itulah yang pasti menang.” (Al-Maidah: 56).

* Inilah Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az-Zahra *

Kisah cinta Ali dan Fatimah adalah salah satu kisah yang penuh Romantika dan Keberkahan dari Allah SWT. Fathimah adalah teman karib Ali semenjak kecil, puteri tersayang Rosulullah, sedangkan Ali bin Abi Thalib adalah sepupu Rasulullah SAW yang mempesona, baik kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya maupun kecerdasannya sungguh memesonanya.

Ali bin Abi Thalib sejak Fatimah masih kanak-kanak sudah memperhatikan sifat dan tingkah lakunya, yaitu pada suatu hari ketika ayahnya (Rasulullah SAW) pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan dengan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya. Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis.

Muhammad bin ’Abdullah (sang ayah yang Tepercaya) tidak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik (Fatimah) itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah, di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Ali bin Abi Thalib tak tahu apakah rasa itu (selalu memperhatikan sifat dan tingkah laku Fatimah) disebut cinta?.

Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan bahwa Fathimah dilamar oleh seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

Allah mengujiku rupanya”, begitu batin Ali bin Abi Thalib.

Ia merasa diuji karena merasa, apalah ia dibanding dengan Abu Bakar. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakar lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti Ali bin Abi Thalib, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah SWT dan Rasul-Nya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakar ra menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara Ali bin Abi Thalib bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakar berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakar; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab. Sedangkan aku (Ali bin Abi Thalib) semasa kanak-kanak kurang pergaulan. Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakar; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.

Siapa budak yang dibebaskan Ali bin Abi Thalib? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah. Ali bin Abi Thalib hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.
"Inilah persaudaraan dan cinta", Gumam Ali Bin Abi Thalib.
Aku mengutamakan Abu Bakar atas diriku, Aku mengutamakan kebahagiaan Fatimah atas cintaku.
Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakar ditolak, dan Ali bin Abi Thalib terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri menyambut Fathimah. Tapi, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakar mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut, yaitu Umar bin Khaththab.

Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. Umar bin Khaththab memang masuk Islam belakangan, sekitar tiga tahun setelah Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya Umar bin Khaththab dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, Ali bin Abi Thalib mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, Aku datang bersama Abu Bakar dan Umar bin Khaththab, aku keluar bersama Abu Bakar dan Umar bin Khaththab, aku masuk bersama Abu Bakar dan Umar bin Khaththab..


Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasulullah, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana Umar bin Khaththab melakukannya?. Ali bin Abi Thalib menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan Rosulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam, maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.

Umar bin Khaththab  telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barang siapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!”. Umar bin Khaththab adalah lelaki pemberani, sedangkan aku (Ali bin Abi Thalib), sekali lagi sadar.

Bila dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah, apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak.  Umar bin Khaththab  jauh lebih layak, dan Ali bin Abi Thalib pun ridha.
Sekali lagi, Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Tapi mengambil kesempatan atau mempersilahkannya. Dan cinta itu membutuhkan keberanian atau pengorbanan.
Maka Ali bin Abi Thalib pun bingung ketika mendengar kabar lamaran Umar bin Khatab juga ditolak. 

Ingin menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Rasulullah? Yang seperti ’Utsman bin Affan, sang miliyader yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulullah? Yang seperti Abul’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulullah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri Ali bin Abi Thalib. Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunannya.
”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Rosulullah..
”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”
Ali bin Abi Thalib pun menghadap Rosulullah, maka dengan memberanikan diri untuk menyampaikan keinginannya menikahi Fathimah.

Ya, menikahi, dengan sadar secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.

"Engkau pemuda sejati wahai Ali!!, Begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggung jawab atas cintanya. 
Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.

Lamarannya terjawab, ”Ahlan wa sahlan!”

Kata itu meluncur tenang bersama senyum Rosulullah. Dan Ali bin Abi Thalib pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan?
Bagaimana lamaranmu?
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban ?
”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka.
”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !”.
Dan ’ Ali bin Abi Thalib  pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang. Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.
Ali bin Abi Thalib adalah gentleman sejati.

Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” 
Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti.

Seperti ’ Ali bin Abi Thalib. Ia mempersilakan, atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan,  dan yang kedua adalah Keberanian.

Ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi (Fathimah) dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali,
“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda”

Ali bin Abi Thalib terkejut dan berkata, “Kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”.

Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah dirimu” 

Kemudian Rosulullah bersabda: 
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut".
Selanjutnya, Rasulullah SAW mendo'akan keduanya : 
“Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak.” (kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4).


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS