RSS
Container Icon

::. Tunzale Memmedzade : Wanita Azerbaijan Yang Menulis Al Qur'an Menggunakan Tinta Emas .::


Kreativitas seni yang dibuat secara detail dengan tangan patut diapresiasi. Seperti yang dilakukan oleh seniman asal Azerbaijan, Tünzale Memmedzade. Wanita 33 tahun itu berhasil menjadi sorotan setelah menulis ulang kitab suci Al Quran menggunakan tinta emas.


Ya, Memmedzade menggunakan tinta emas dan perak untuk menyelesaikan proyek tersebut. Ayat-ayat Al Quran ditulis di atas kain sutra transparan warna hitam. Ia menghabiskan 50 meter kain sutra untuk menyelesaikannya.

Sementara tinta yang digunakan tidak hanya emas tapi juga silver. Memmedzade menggunakan 1.500 mililiter tinta untuk menulis ulang ayat-ayat Al Quran sampai selesai dengan tangannya sendiri. Ia berhasil menyelesaikannya dalam waktu kurang lebih tiga tahun.

Memmedzade menuturkan bahwa ia menulis ulang ayat-ayat Al Quran dengan mencontoh dari kitab suci umat Islam itu yang dirilis oleh Diyanet, Turkish Presidency of Religious Affairs. Wanita berkulit putih itu pun mencoba mengukirnya di atas kain sutra dengan ukuan 29 x 33 cm per lembarnya.




Memmedzade mengaku sebelum menulis ulang seluruh ayat Al Quran, ia telah melakukan survei lebih dulu. Banyak kitab suci Al Quran yang ditranskrip dengan berbagai material kertas tapi tidak pernah ditulis di atas sutra. Maka dari itu ia termotivasi untuk membuat perbedaan.



Sebelum menyelesaikan proyek yang satu ini, ia juga telah mencari informasi bahwa Memmedzade tidak melanggar hukum agama. Wanita lulusan Marmara University itu pun mengatakan senang bisa menjadi orang pertama yang melakukan proyek tersebut.





Sumber Dari : http://wolipop.detik.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Pernikahan Yang Bukan Karena Cinta Diawalnya .::


Namaku Mariani orang-orang biasa memangilku aryani, ini adalah kisah perjalanan hidupku yang hingga hari ini masih belum lekang dalam benakku, sebuah kisah yang nyaris membuatku menyesal seumur hidup bila aku sendiri saat itu tidak berani mengambil sikap. Yah, sebuah perjalanan kisah yang sungguh aku sendiri takjub dibuatnya, sebab aku sendiri menyangka bahwa didunia ini mungkin tak ada lagi orang seperti dia.

Tahun 2007 silam, aku dipaksa orang tuaku menikah dengan seorang pria, kak Arfan namanya, kak arfan adalah seorang lelaki yang tinggal sekampung denganku, tapi dia seleting dengan kakakku saat sekolah dulu, usia kami terpaut 4 tahun, yang aku tahu, bahwa sejak kecilnya kak arfan adalah anak yang taat kepada orang tuanya, dan juga rajin ibadahnya, dan tabiatnya seperti itu terbawa-bawa sampai ia dewasa.

Aku merasa risih sendiri dengan kak arfan apabila berpapasan di jalan, sebab sopan santunya sepertinya terlalu berlebihan pada orang-orang, geli aku menyaksikannya, yah, kampungan banget gelagatnya…, Setiap ada acara-acara ramai di kampungpun kak arfan tak pernah kelihatan bergabung sama teman-teman seusianya, yaah, pasti kalau dicek kerumahnyapun gak ada, orang tuanya pasti menjawab:

“Kak arfan dimesjid nak, menghadiri taklim”

Dan memang mudah sekali mencari kak arfan, sejak lulus dari pesantren al-khairat kota gorontalo, kak arfan sering menghabiskan waktunya membantu orang tuanya jualan, kadang terlihat bersama bapaknya dikebun atau disawah, meskipun kadang sebagian teman sebayanya menyayangkan potensi dan kelebihan-kelebihannya yang tidak tersalurkan.

Secara fisik memang kak arfan hampir tidak sepadan dengan ukuran ekonomi keluarganya yang pas-pasan, sebab kadang gadis-gadis kampung suka menggodanya kalau kak arfan dalam keadaan rapi menghadiri acara-acara di desa, tapi bagiku sendiri itu adalah hal yang biasa-biasa saja, sebab aku sendiri merasa bahwa sosok kak arfan adalah sosok yang tidak istimewa, Apa istimewanya menghadiri taklim, kuper dan kampunga banget, kadang hatiku sendiri bertanya, koq bisa yah, ada orang yang sekolah dikota namun begitu kembali tak ada sedikitpun ciri-ciri kekotaan melekat pada dirinya, hp gak ada, selain bantu orang tua, pasti kerjanya ngaji, sholat, taklim dan kembali kekerja lagi, seolah ruang lingkup hidupnya hanya monoton pada itu-itu saja.

Ke bioskop kek, ngumpul bareng teman-teman kek stiap malam minggunya di pertigaan kampung yang ramainya luar biasa setiap malam minggu dan malam kamisnya, apalagi setiap malam kamis dan malam minggunya ada acara curhat kisah yang top banget disebuah station radio swasta di gorontalo, kalau tidak salah ingat nama acaranya suara hati dan nama penyiarnya juga satrio herlambang.

Waktu terus bergulir dan seperti gadis-gadis modern pada umumnya yang tidak lepas dengan kata pacaran, akupun demikian, aku sendiri memiliki kekasih yang begitu sangat aku cintai, namanya boby, masa-masa indah kulewati bersama boby, indah kurasakan dunia remajaku saat itu, kedua orang tua boby sangat menyayangi aku dan sepertinya memiliki sinyal-sinyal restunya atas hubungan kami, Hingga musibah itu tiba, aku dilamar oleh seorang pria yang sudah sangat aku kenal yah siapa lagi kalau bukan sikuper kak arfan lewat pamanku orang tuanya kak arfan melamarku untuk anaknya yang kampungan itu.

Mendengar penuturan mama saat memberitahu padaku tentang lamaran itu, kurasakan dunia ini gelap, kepalaku pening…, aku berteriak sekencang-kencangnya menolak permintaan lamaran itu dengan tegas dan terbelit-belit aku sampaikan langsung pada kedua orang tuaku bahwa aku menolak lamaran keluarganya kak arfan, dan dengan terang-terangan pula aku sampaikan pula bahwa aku memiliki kekasih pujaan hatiku, boby.

Mendengar semua itu ibuku shock dan jatuh tersungkur kelantai, akupun tak menduga kalau sikapku yang egois itu akan membuat mama shock, baru kutahu bahwa yang menyebabkan mama shok itu karena beliau sudah menerima secara resmi lamaran dari orang tuanya kak arfan, hatiku sedih saat itu, kurasakan dunia begitu kelabu, aku seperti menelan buah simalakama, seperti orang yang paranoid, tidak tahu harus ikut kata orang tua atau lari bersama kekasih hatiku boby.

Hatiku sedih saat itu.. Dengan Berat hati dan penuh kesedihan aku menerima lamaran kak arfan untuk menjadi istrinya dan kujadikan malam terakhir perjumapaanku dengan boby di rumahku meluapkan kesedihanku, meskipun kami saling mencintai tapi mau tidak mau boby harus merelakan aku menikah dengan kak arfan karena dia sendiri mengakui bahwa dia belum siap membina rumah tangga saat itu.

Tanggal 11 agustus 2007 akhirnya pernikahankupun digelar, aku merasa bahwa pernikahan itu begitu menyesakkan dadaku, air mataku tumpah di malam resepsi pernikahan itu, ditengah senyuman orang-orang yang hadir pada acara itu, mungkin akulah yang paling tersiksa, karena harus melepaskan masa remajaku dan menikah dengan lelaki yang tidak pernah kucintai. Dan yang paling membuatku tak bisa menahan air mataku, mantan kekasihku boby hadir juga pada resepsi pernikahan tersebut, ya Allah mengapa semua ini harus terjadi padaku ya Allah…mengapa aku yang harus jadi korban dari semua ini?

Waktu terus berputar dan malampun semakin merayap, hingga usailah acara resepsi pernikahan kami, satu persatu para undangan pamit pulang hingga sepilah rumah kami, saat masuk kedalam kamar, aku tidak mendapati suamiku kak arfan didalamnya, Dan sebagai seorang istri yang hanya terpaksa menikah dengannya maka akupun membiarkannya dan langsung membaringkan tubuhku setalah sebelumnya menghapus make-up pengantinku dan melepaskan gaun pengantinku, aku bahkan tak perduli kemana suamiku saat itu, karena rasa capek dan diserang kantuk akupun akhirnya tertidur.

Tiba-tiba disepertiga malam aku tersentak tak kala melihat ada sosok hitam yang berdiri disamping ranjang tidurku, dadaku berdegup kencang, aku hampir saja berteriak histeris andai saja saat itu tak kudengar serua takbir terucap lirih dari sosok yang berdiri itu, perlahan kuperhatikan dengan seksama, ternyata sosok yang berdiri disampingku itu adalah kak arfan suamiku yang sedang sholat tahajud, perlahan aku baringkan tubuhku sambil membalikkan diriku membelakanginya yang saat itu sedang sholat tahajud.

Ya Allah aku lupa bahwa sekarang aku telah menjadi istrinya kak arfan, tapi meskipun demikian aku masih tak bisa menerima kehadirannya dalam hidupku, saat itu karena masih dibawah perasaan ngantuk, akupun kembali teridur, hingga pukul 04.00 dini hari kudapati suamiku sedang tidur beralaskan sajadah dibawah ranjang pengantin kami, Dadaku kembali berdegung kencang kala mendapatinya, aku masih belum percaya kalau aku telah bersuami, tapi ada sebuah tanya terbetik dalam benakku, mengapa dia tidak tidur diranjang bersamaku, kalaupun dia belum ingin menyentuhku, paling nggak dia tidur seranjang denganku itukan logikanya, ada apa ini ? Ujarku perlahan dalam hati.

Aku sendiri merasa bahwa mungkin malam itu kak arfan kecapekan sama sepertiku sehingga dia tidak mendatangiku dan menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami, tapi apa peduliku dengan itu semua, toh akupun tidak menginginkannya, gumamku dalam hati.

Hari-hari terus berlalu, dan kamipun mejalani aktifitas kami masing-masing, kak arfan bekerja mencari rezeki dengan pekerjaannya, dan aku dirumah berusaha semaksimal mungkin untuk memahami bahwa aku telah bersuami, dan memiliki kewajiban melayani suamiku, yah minimal menyediakan makanannya, meskipun kenangan-kenangan bersama boby belum hilang dari benakku, aku bahkan masih merinduinya.

Semula kupikir bahwa prilaku kak arfan yang tidak pernah menyentuhku dan menunaikan kewajibannya sebagai suami itu hanya terjadi malam pernikahan kami, tapi ternyata yang terjadi hampir setiap malam sejak malam pengantin itu kak arfan selalu tidur beralaskan permadani dibawah ranjang atau tidur diatas sofa didalam kamar kami, dia tidak pernah menyentuhku walau hanya menjabat tanganku.

Jujur segala kebutuhanku selalu dipenuhinya, secara lahir dia selalu mafkahiku, bahkan nafkah lahir yang dia berikan lebih dari apa yang aku butuhan, tapi soal biologis, kak arfan tak pernah sama sekali mengungkit-ngungkitnya atau menuntutnya dariku, bahkan yang tidak pernah kupahami, pernah secara tidak sengaja kami bertabrakan didepan pintu kamar dan kak arfan meminta maaf seolah merasa bersalah karena telah menyetuhku.

Ada apa dengan kak arfan ?
Apa dia lelaki normal ?
Kenapa dia begitu dingin padaku ?
Apakah aku kurang dimatanya ?
Atau ? Pendengar, jujur merasai semua itu membuat banyak tanya berkecamuk dalam benakku, ada apa dengan suamiku ?
Bukankah dia pria yang beragama dan tahu bahwa menafkahi istri itu secara lahir dan bathin adalah kewajibannya…?

Ada apa dengannya, padahal setiap hari dia mengisi acara-acara keagamaan dimesjid, begitu santun pada orang-orang dan begitu patuh kepada kedua orangtuanya, bahkan terhadap akupun hampir semua kewajibannya telah dia tunaikan dengan hikmah, tidak pernah sekalipun dia mengasari aku, berkata-kata keras padaku, bahkan kak arfan terlalu lembut bagiku, tapi satu yang belum dia tunaikan yaitu nafkah bathinku, Aku sendiri saat mendapat perlakuan darinya setiap hari yang begitu lembutnya mulai menumbuhkan rasa cintaku padanya dan membuatku perlahan-lahan melupakan masa laluku bersama boby.

Aku bahkan mulai merindukannya tak kala dia sedang tidak dirumah, aku bahkan selalu berusaha menyenangkan hatinya dengan melakukan apa-apa yang dia anjurkannya lewat ceramah-ceramahnya pada wanita-wanita muslimah, yakni mulai memakai busana muslimah yang syar’i.

Memang 2 hari setelah pernikahan kami, kak arfan memberiku hadiah yang diisi dalam karton besar, semula aku mengira bahwa hadiah itu adalah alat-alat rumah tangga, tapi setelah kubuka, ternyata isinya 5 potong jubah panjang berwarna gelap, 5 buah jilbab panjang sampai selutut juga berwana gelap, 5 buah kaos kaki tebal panjang berwarnah hitam dan 5 pasang manset berwarna gelap pula, jujur saat membukanya aku sedikit tersinggung, sebab yang ada dalam bayanganku bahwa inilah konsekwensi menikah dengan seorang ustadz. 

Aku mengira bahwa dia akan memaksa aku untuk menggunakannya, ternyata dugaanku salah sama sekali, sebab hadiah itu tidak pernah disentuhnya atau ditanyainya, dan kini aku mulai menggunakannya tanpa paksaan siapapun, kukenakan busana itu agar dia tahu bahwa aku mulai menganggapnya istimewa, bahkan kebiasaannya sebelum tidur dalam mengajipun sudah mulai aku ikuti, Kadang ceramah-ceramahnya dimesjid sering aku ikuti dan aku praktekan dirumah, tapi satu yang belum bisa aku mengerti darinya, entah mengapa hingga 6 bulan pernikahan kami dia tidak pernah menyentuhku, setiap masuk kamar pasti sebelum tidur dia selalu mengawali dengan mengaji lalu tidur diatas hamparan permadani dibawah ranjang hingga terjaga lagi di sepertiga malam dan melaksanakan sholat tahajud.

Hingga suatu saat kak arfan jatuh sakit, tubuhnya demam dan panasnya sangat tinggi, aku sendiri bingung bagaimana cara menanganinya, sebab kak arfan sendiri tidak pernah menyentuhku, aku khawatir dia akan menolak aku bila aku menawarkan jasa membantunya, Ya Allah.. Apa Yang harus aku lakukan saat ini, aku ingin sekali meringankan sakitnya, tapi apa yang harus saya lakukan ya Allah..

Malam itu aku tidur dalam kegelisahan, aku tak bisa tidur mendengar hembusan nafasnya yang seolah sesak, kudengar kak arfanpun sering mengigau kecil, mungkin karena suhu panasnya yang tinggi sehingga ia selalu mengigau, sementara malam begitu dingin disertai hujan yang sangat deras dan angin yang bertiup kencang.. Kasihan kak arfan, pasti dia sangat kedinginan saat ini, perlahan aku bangun dari pembaringan dan menatapnya yang sedang tertidur pulas, kupasangkan selimutnya yang sudah menjulur kekakinya, ingin sekali aku merebahkan diriku disampingnya atau sekedar mengompresnya, tapi aku tak tahu bagaimana harus memulainya.

Hingga akhirnya aku tak kuasa menahan keinginan hatiku untuk mendekatkan tanganku di dahinya untuk meraba suhu panas tubuhnya, tapi baru beberapa detik tanganku menyentuh kulit dahinya, kak arfan terbangun dan langsung duduk agak menjauh dariku sambil berujar
”Afwan dek, kau belum tidur ?
Kenapa ada dibawah ?
Nanti kau kedinginan ?
Ayo naik lagi keranjangmu dan tidur lagi, nanti besok kau capek dan jatuh sakit?” Pinta kak arfan padaku.

Hatiku miris saat mendengar semua itu, dadaku sesak, mengapa kak arfan selalu dingin padaku, apakah dia menganggap aku orang lain, apa di hatinya tak ada cinta sama sekali untuk aku, tanpa kusadari air mataku menetes sambil menahan isak yang ingin sekali kuluapkan dengan teriakan, hingga akhirnya gemuruh dihatiku tak bisa kubendung juga
”Afwan kak, kenapa sikapmu selama ini padaku begitu dingin ?
Kau bahkan tak pernah mau menyentuhku walaupun hanya sekedar menjabat tanganku ?
Bukankah aku ini istrimu ?
Bukankah aku telah halal buatmu ?
Lalu mengapa kau jadikan aku sebagai patung perhiasan kamarmu ?
Apa artinya diriku bagimu kak ?
Apa artinya aku bagimu kak ?
Kalau kau tidak mencintaiku lantas mengapa kau menikahi aku ?
Mengapa kak ? Mengapa ?” Ujarku disela isak tangis yang tak bisa kutahan.

Tak ada reaksi apapun dari kak arfan menanggapi galaunya hatiku dalam tangis yang tersedu itu, yang nampak adalah dia memperbaiki posisi duduknya dan melirik jam yang menempel didinding kamar kami, hingga akhirnya dia mendekatiku dan perlahan berujar padaku

”Dek…jangan kau pernah bertanya pada kakak tentang perasaan ini padamu, karena sesungguhnya kakak begitu sangat mencintaimu, tetapi tanyakanlah semua itu pada dirimu sendiri, apa saat ini telah ada cinta dihatimu untuk kakak?,
Kakak tahu, dan kakak yakin pasti suatu saat kau akan bertanya mengapa sikap kakak selama ini begitu dingin padamu, Sebelumnya kakak minta maaf bila semuanya baru kakak kabarkan padamu malam ini, kau mau tanyakan apa maksud kakak sebenarnya dengan semua ini..?. Ujar kak arfan dengan agak sedikit gugup,

“Iya tolong jelaskan pada saya kak, mengapa kak begitu tega melakukan ini pada saya ?
Tolong jelaskan kak ?” Ujarku menimpali tuturnya kak arfan
“Hhhhhmmm, dek kau tahu apa itu pelacur ?
Dan apa pekerjaan seorang pelacur ?

Afwan dek dalam pemahaman kakak, seorang pelacur itu adalah seorang wanita penghibur yang kerjanya melayani para lelaki hidung belang untuk mendapatkan materi tanpa peduli apakah dihatinya ada cinta untuk lelaki itu atau tidak, bahkan seorang pelacur terkadang harus meneteskan air mata mana kala dia harus melayani nafsu lelaki yang tidak dicintainya bahkan dia sendiri tidak merasakan kesenangan dari apa yang sedang terjadi saat itu, dan kakak tidak ingin hal itu terjadi padamu dek.

Kau istriku dek, betapa bejatnya kakak ketika kakak harus memaksamu melayani kakak dengan paksa saat malam pertama pernikahan kita sedangkan dihatimu tak ada cinta sama sekali buat kakak, alangkah berdosanya kakak bila pada saat melampiaskan birahi kakak padamu malam itu sementara yang ada dalam benakmu bukanlah kakak, tetapi ada lelaki lain.

Kau tahu dek, sehari sebelum pernikahan kita digelar, kakak sempat datang kerumahmu untuk memenuhi undangan bapakmu, tapi begitu kakak berada didepan pintu pagar rumahmu, kakak melihat dengan mata kepala kakak sendiri kesedihanmu yang kau lampiaskan pada kekasihmu boby, kau ungkapkan pada boby bahwa kau tidak mencintai kakak, dan kau ungkapkan pada boby bahwa kau hanya akan mencintainya selamanya, saat itu kakak merasa bahwa kakak telah merampas kebahagiaanmu dan kakak yakin bahwa kau menerima pinangan kakak itu karena terpaksa.

Kakak juga mempelajari sikapmu saat di pelaminan, bahwa begitu sedihnya hatimu saat bersanding di pelaminan bersama kakak, lantas haruskah kakak egois dengan mengabaikan apa yang kau rasakan saat itu, sementara tanpa memperdulikan perasaanmu kakak menunaikan kewajiban kakak sebagai suamimu dimalam pertama semenatara kau sendiri akan mematung dengan deraian air mata karena terpaksa melayani kakak?

Kau istriku dek, sekali lagi kau istriku, kau tahu..
Kakak Begitu sangat mencintaimu dan kakak akan menunaikan semua itu manakala di hatimu telah ada cinta untuk kakak, agar kau tidak merasa diperkosa hak-hakmu, agar kau bisa menikmati apa yang kita lakukan bersama, Dan alhamdulillah apabila hari ini kau telah mencintai kakak, dan kakak juga merasa bersyukur bila kau telah melupakan mantan kekasihmu itu, beberapa hari ini kakak perhatikan kau juga telah menggunakan busana muslimah yang syar'i.

Pinta kakak padamu dek, luruskan niatmu, kalau kemarin kau mengenakan busana itu untuk menyenangkan hati kakak semata maka sekarang luruskan niatmu, niatkan semua itu untuk Allah ta’alaa selanjutnya untuk kakak..,
Mendengar semua itu aku memeluk suamiku, aku merasa bahwah dia adalah lelaki terbaik yang pernah kujumpai selama hidupku, aku bahkan telah melupakan boby, aku merasa bahwa malam itu aku adalah wanita yang paling bahagia didunia, sebab meskipun dalam keadaan sakit, untuk pertama kalinya kak arfan mendatangiku sebagai seorang suami. 

Hari-hari kami lalui dengan bahagia, kak arfan begitu sangat kharismatik, terkadang dia seperti seorang kakak buatku, terkadang seperti orang tua, darinya aku banyak belajar banyak hal, perlahan aku mulai meluruskan niatku, dengan menggunakan busana yang syari semata-mata karena Allah dan untuk menyenangkan hati suamiku, Sebulan setelah malam itu, dalam rahimku telah tumbuh benih-benih cinta kami berdua, alhamdulillah, aku sangat bahagia bersuamikan dia, darinya aku belajar banyak tentang agama, aku menjadi mutarobbinya, hari demi hari kami lalui dengan kebahagiaan, ternyata dia mencintaiku lebih dari apa yang aku bayangkan dan dulu aku hampir saja melakukan tindakan bodoh dengan menolak pinangan dia.

Aku pikir kebahagiaan itu akan berlangsung lama diantara kami, setelah lahir Abdurrahman, hasil cinta kami berdua, diakhir tahun 2008 kak arfan mengalami kecelakaan dan usianya tidak panjang, sebab kak arfan meninggal dunia sehari setelah kecelakaan tersebut, aku sangat kehilangannya, aku seperti kehilangan penopang hidupku, aku kehilangan kekasihku, aku kehilangan murobbiku, aku kehilangan suamiku.

Tidak pernah terbayangkan olehku bahwa kebahagiaan bersamanya begitu singkat, yang tidak pernah aku lupakan diakhir kehidupannya kak arfan, dia masih sempat menasehatkan sesuatu padaku

“Dek.., Pertemuan dan perpisahan itu adalah fitrahnya kehidupan, kalau ternyata kita berpisah besok atau lusa, kakak minta padamu dek..,
Jaga Abdurrahman dengan baik, jadikan dia sebagai mujahid yang senantiasa membela agama, senantiasa menjadi yang terbaik untuk ummat, didik dia dengan baik dek, jangan sia-siakan dia,
Satu permintaan kakak ..,
Kalau suatu saat ada seorang pria yang datang melamarmu, maka pilihlah pria yang tidak hanya mencintaimu, tetapi juga mau menerima kehadiran anak kita, Dan maafkan kakak dek, bila selama bersamamu, ada yang kurang yang telah kakak perbuat untukmu, Senantiasalah berdoa..,
Kalau kita berpisah didunia ini..
Insya Allah kita akan berjumpa kembali diakhirat kelak..,
Kalau Allah mentakdirkan kakak yang pergi lebih dahulu meninggalkan dirimu, Insya Allah kakak akan senantiasa menantimu..”

Demikianlah pesan terakhir kak arfan sebelum keesokan harinya kak arfan meninggalkan dunia ini, hatiku sangat sedih saat itu…, aku merasa sangat kehilangan tetapi aku berusaha mewujudkan harapan terakhirnya, mendidik dan menjaga abdurrahman dengan baik…

Selamat jalan kak arfan..Aku Akan selalu mengenangmu dalam setiap doa-doaku, Amiinnn


Sumber Dari : https://aslibumiayu.net

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Malaikat Siang dan Malam Bertemu Saat Subuh dan Ashar .::


Sepanjang hidup, manusia selalu didampingi oleh malaikat yang diutus oleh Allah SWT.  Makhluk yang tercipta dari cahaya ini menemani Bani Adam sejak awal penciptaan saat di perut ibu, hingga akhir ruh manusia dicabut dari jasad.

Dalam sehari semalam, manusia mendapat pengawasan dari lima malaikat secara bergantian.  Dua diantaranya menjaga pada malam hari, dua lagi bergantian menjaga pada siang hari, dan satu malaikat tidak pernah berpisah dengan manusia. Layaknya manusia, malaikat juga memiliki jam kerja tersendiri.

Malaikat yang bertugas pada siang hari, jam kerjanya dimulai pada Subuh hingga Ashar. Sedangkan malaikat yang bekerja pada malam hari, bekerja mulai Ashar sampai Subuh. Pada dua waktu inilah kelima malaikat bertemu, sehingga dua waktu tersebut memiliki keutamaan tersendiri.


Nabi Muhammad SAW menganjurkan kita salat pada waktunya, terutama pada Subuh dan Ashar. Sebab jika kita salat Subuh dan Ashar tepat waktunya, apalagi jika dilakukan berjamaah, akan disaksikan oleh malaikat yang bertugas malaikat yang bertugas malam dan malaikat yang bertugas siang.

Abu Hurairah ra. mengabarkan, Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya: 
“Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat’”. (HR. Imam Ahmad Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir).

Jadi berdasarkan hadist di atas bahwa pada peralihan dua waktu diatas memiliki keutamaan yang sayang jika dilewatkan kaum mukmin. Keberadaan malaikat jelas merupakan sebuah pertanda baik. Mereka akan turut mendoakan manusia terkhusus yang tengah dalam keadaan suci dan beribadah kepada Allah.

Sayangnya pada dua waktu ini pula lah manusia sulit melakukan hal demikian. Pada waktu pagi, mukmin yang seharusnya melaksanakan Salat Subuh harus bertarung melawan selimut dan dinginnya angin pagi. Tidak  sedikit yang akhirnya sukses untuk mendirikan salat wajib dua rakaat. Namun, banyak juga yang gagal hingga akhirnya waktu fajar telah usai. Padahal, waktu subuh menjadi waktu terbaik bagi manusia beribadah kepada Allah karena disaksikan langsung oleh malaikat.



Ma’mar dari Az Zuhri dari Abu Salamah dan Ibnu Al Musayyab dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. bersabda yang artinya “malaikat malam dan malaikat siang berkumpul ketika shalat subuh.” Lalu Abu Hurairah r.a. berkata: “jika kalian mau bacalah: “dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (Al Isra: 78). (H.R. Bukhari No. 4348).

Utamanya adalah malaikat yang meninggalkan manusia karena pertukaran shift antara malaikat malam dan malaikat siang ini akan melaporkan kepada Allah bahwa kita ditinggalkan dalam keadaan sedang salat.

“Di tengah-tengah kalian ada malaikat yang silih berganti bertugas mengiringi kalian diwaktu malam dan siang, mereka berkumpul ketika shalat ‘ashar dan shalat subuh. Malaikat yang mengawasi amal kalian di malam hari naik ke langit lantas Allah bertanya mereka -dan Allah lebih tahu keadaan kalian- bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku? Para malaikat menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka sedang mereka tengah mendirikan shalat, dan kami datangi mereka sedang mereka mendirikan shalat’.”  (H.R. Bukhari No. 6878)

Demikian juga saat memasuki waktu Ashar. Malaikat yang akan berganti shift juga turut menyaksikan amal ibadah manusia sebelum melakukan laporan kepada Allah. Bahkan Nabi Muhammad mengatakan bahwa siapa yang melewatkan waktu Ashar, maka amal perbuatannya akan sia-sia. Hal ini bisa saja terjadi karena malaikat yang menjaga subuh hingga Ashar,  tidak melihat manusia tersebut salat pada sore hari.

“Siapa saja yang tidak melaksanakan shalat Ashar, maka amal perbuatannya akan hilang sia-sia,” (HR Bukhari).


Semoga kaum mukmin bisa memanfaatkan dua waktu ini dengan baik. Terimakasih sudah berkunjung semoga bermanfaat.


Sumber Dari : http://www.infoyunik.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Perjanjian Antara Allah dan Manusia Sebelum Dilahirkan .::

Ingatkah anda pernah melakukan perjanjian dengan Allah SWT sebelum lahir ke dunia? Ya, fitrah manusia memang pelupa, sehingga tidak ingat terhadap hal-hal yang sudah disepakati dengan Rabb-Nya sebelum  terlahir ke dunia.

Perjalanan hidup manusia sebenarnya sudah terperinci. Semua awal kehidupan dimulai dari alam ruh, kehidupan dunia dan berakhir di Surga atau Neraka. Sebelum akhirnya dilahirkan ke dunia, manusia sebenarnya melakukan perjanjian dengan Allah SWT.

Jika manusia menyanggupi, maka Ia akan lahir dan hidup di dunia, namun jika tidak, Allah tidak akan menakdirkannya menjalani kehidupan di muka bumi. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran dan hadist-hadist yang diriwayatkan Nabi Muhammad SAW. Sebelum setiap manusia lahir ke dunia, Allah telah mengambil kesaksian dari setiap jiwa atau ruh manusia.

Dan dinyatakan juga dalam Alquran sebagaimana ayat Al-Hadid ayat 8. 

Artinya: “Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia (Allah) telah mengambil perjanjianmu, jika kamu adalah orang-orang yang beriman”. (QS. Al Hadid, 57:8)

Dalam sebuah hadist riwayat Iman Tirmidzi Rasulullah SAW bersada bahwa saat penciptaan adam Allah mengusap punggung Adam lalu dari punggung tersebut keluar setiap ruh yang menyerupai biji atom yang berjatuhan.  Ruh tersebut kemudian dijadikan berpasangan-pasangan lalu diambil janji dan kesaksiannya.

Hal ini diperkuat dalam QS Al A’raaf Ayat 172 tentang Syahadatnya jiwa manusia sebelum ke Alam Dunia.   








“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (serayaberfirman) “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (ke Esaan Tuhan)”. (QS. Al A’raaf, 7 : 172)

Dari ayat tersebut  diketahui bahwa ruh manusia sudah mengakui keesaan Allah SWT. Ini disaksikan oleh Nabi Adam dan penduduk langit sebagai saksi . Perjanjian ini  tidak akan pernah diingat manusia karena fitrah manusia sebenarnya adalah pelupa. Manusia kemudian lahir dalam keadaaan suci. Orang tuanya lah yang membuatnya beragama selain Islam.

Namun ini bukan alasan manusia bisa mengelak atas janjinya kepada Allah SWT di akhirat kelak. Karena manusia dibekali akal dan pikiran untuk menentukan jalan kebenaran. Allah SWT juga sudah mengutus Nabi dan Rasul-Nya untuk mengingatkan kembali tentang perjanjian tersebut. Namun manusia tetap saja ingkar.

Manusia secara fitrah memang melupakan perjanjian tersebut. Karena itu kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap manusia adalah  sesungguhnya tidak ada satu jiwa pun yang lahir ke dunia ini, kecuali Allah telah mengambil perjanjian dan kesaksian mereka ketika di alam ruh bahwa, Allah adalah Rabb mereka, dan Allah melakukan hal ini agar mengujinya dalam kehidupan dunia agar pada hari akhirat nanti tidak ada satupun manusia yang akan mengingkari tentang keEsaan Allah.


Zakir Naik, seorang ulama asal India mengatakan hidup ini seperti ujian di sekolah. Manusia menjalani kehidupan setelah setuju dengan perjanjian yang dibuatnya dengan Allah SWT. Saat menjalani kehidupan, manusia seperti sedang ujian, Guru tidak akan memberitahu jawaban meski sebelumnya apa yang diuji telah diajarkan. Jawabannya baru akan diberitahu saat ujian telah selesai. Setelah hari kiamat, Allah  barulah akan memberikan jawaban atas apa perjanjian yang sudah kita buat dengannya sebelum lahir ke dunia.


Sumber Dari : http://www.infoyunik.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Xiong Jianguo : Merawat Dan Membesarkan Bayi Yang Di Temukan Ditempat Sampah .::

Selalu berbuat baik dan menolong sesama makhluk Tuhan yang membutuhkan adalah hal wajib yang harus kita lakukan. Dan memang pada sejatinya manusia adalah makhluk sosial, dimana seorang manusia tidak bisa hidup dan berdiri sendiri, kapan pun dan dimana pun pasti saja kita sebagai manusia membutuhkan bantuan orang lain meskipun itu tidak direncanakan sekali pun.

Namun, sebenarnya untuk berbuat baik kepada sesama dan menolong mereka yang membutuhkan tidak ada patokan keadaan ataupun umur yang ditentukan. Apapun keadaan kita dan berapa pun umur kita bukanlah suatu halangan. Seperti salah satu contoh seorang tuna wisma yang akan kita bahas kisahnya di bawah ini, meskipun kita tahu bahwa seorang tuna wisma hidup dalam segala keterbatasan tetapi itu bukanlah suatu halangan dan alasan untuk ia berbuat baik. Dimana apa yang dilakukan oleh seorang tuna wisma tersebut mampu menggetarkan hati semua orang yang mengetahui kisahnya, dan sikap baik darinya juga mampu membuka mata mereka yang selama ini tidak mau membantu dan menolong orang yang membutuhkan. Untuk lebih jelasnya mari kita simak kisahnya di bawah ini.

Menemukan Bayi Di Tempat Sampah

Xiong Jianguo adalah seorang gelandangan yang selama ini hidup di kolong jembatan di kota Nanchang, China. Ia merupakan lelaki paruh baya yang pekerjaan sehari-harinya adalah memunguti botol plastik untuk bisa dijual. Nah, pada suatu hari ketika ia sedang mencari botol bekas di sebuah tempat pembuangan sampah, ia dengan tidak sengaja mendengar sebuah tangisan bayi. Dengan hati-hati pria tersebut mencari asal suara tangisan bayi tersebut, dan tidak lama dari itu ia menemukan seorang bayi perempuan dalam sebuah kotak dengan dibaluti oleh selimut. Ia sangat terkejut dengan apa yang ditemukannya tersebut, dan ia meyakini bahwa bayi tersebut lahir dari sebuah keluarga yang tidak menginginkannya.


Ketika melihat keadaan bayi yang tidak berdosa ini tidak berdaya, rasa kemanusiaan Xiong Jianguo tergugah. Karena kasihan, pria ini kemudian membeli sebuah botol dan memberikan bayi tersebut minum. Dengan kebaikan hatinya, pada saat itu ia merasa ingin merawatnya serta membesarkannya, ia tidak peduli bagaimana pun keadaannya dan berapa berat tantangan yang harus ia hadapi di depan, namun ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan terus merawat dan membesarkan anak itu hingga pada akhirnya anak tersebut dapat hidup mandiri.

Meskipun di daerahnya tersebut ada panti asuhan, tetapi ia tidak ingin mempercayakan bayi yang ia temukan itu pada panti asuhan, karena pria tersebut tidak mempercayai bahwa panti asuhan bisa memberikan tempat tinggal yang baik.


Membesarkan Bayi Tersebut Dengan Penuh Kasih Sayang

Yanyan, itulah nama sederhana yang diberikan oleh Xiong Jianguo kepada bayi yang ia temukan tersebut. Sejak memutuskan untuk merawat bayi tersebut, sejak itulah ia mulai memberikan kasih sayang yang penuh seperti seorang ayah kandung kepada anaknya. Karena Xiong Jianguo merasa bahwa tanggungan hidupnya bertambah, ia kemudian bekerja semakin giat lagi dalam setiap harinya. Ia bekerja tanpa mengenal rasa lelah, semua jalan ditelusurinya untuk mencari botol-botol bekas, berangkat pagi dan pulang sore sudah tidak dipikirkannya lagi yang terpenting dirinya bisa menghidupi anak yang ditemukannya tersebut. Sungguh luar biasa apa yang dilakukan oleh Xiong Jianguo, pada zaman sekarang ini tentunya saangat susah untuk bisa menemukan orang sepertinya. Pasalnya kebanyakan orang pada saat ini rela membantu hanya demi sebuah upah tertentu.

Semakin hari Yanyan semakin tumbuh besar dan menjadi balita yang sehat. Pada saat itu, umur Yanyan sudah pantas untuk masuk sekolah, namun karena tidak memiliki alamat yang jelas pada saat itu dirinya tidak bisa sekolah. Namun meskipun begitu, niat belajar dari bocah tersebut tidaklah padam, ia tetap belajar membaca, menulis serta berhitung dari ayah angkat yang sangat menyayanginya tersebut. Tidak hanya itu, para gelandangan yang ada disekitarnya juga selalu membantunya, bahkan ia belajar membaca puisi dari mereka.

Meskipun ia dibesarkan dengan keadaan yang serba terbatas, mungkin juga kurang asupan vitamin seperti anak pada umumnya tetapi Yanyan sangat brilian, menurut ayah dan orang-orang sekitarnya ia dapat dengan cepat belajar dan memahami apa yang sebelumnya ia belum ketahui. Meskipun kita tahu tinggal di jalanan tidaklah mudah, tetapi Yanyan tidak pernah mengeluh sama sekali dan tentunya sifat tersebut ditanamkan oleh sang ayah tercinta.


Pada suatu saat kisah kebaikan Xiong Jianguo diketahui oleh semua orang, bahkan ada seorang reporter yang mengunjungi mereka. Pada saat itu, reporter tersebut menemukan kondisi yang sangat mengharukan dari Yanyan, dimana ia memiliki bekas gigitan nyamuk disekujur tubuhnya. Lebih dari itu, Yanyan juga mengakui bahwa tidak jarang mereka kekurangan makan dalam setiap harinya. Namun, gadis kecil tersebut mengatakan dengan ceria, "Apapun dan bagaimanapun yang terjadi, setiap tahun tepatnya pada hari ulang tahunku, dimana pada saat itu ayah menemukan dan menyelamatkanku, aku mendapatkan kue kecil dan kemudian pergi ke sebuah studio untuk berfoto dan mengabadikan hari itu agar aku memiliki kenangan ".

Sungguh luar biasa, meskipun mereka hidup dalam keterbatasan tetapi keduanya bisa hidup bahagia dan juga saling melengkapi. Dan memang kebahagiaan tidak dapat diukur dari berapa banyak uang atau kekayaan yang dimiliki saat ini, tetapi seberapa besar kita mensyukurinya.

Nah, sahabat apa yang dilakukan oleh Xiong Jianguo patut kita jadikan contoh, karena meskipun hidup dalam keterbatasan tetapi ia memiliki hati yang sangat baik dan rela menolong sesama yang membutuhkan. Seburuk apapun keadaan kita tetapi berbuat baik terhadap sesama adalah hal yang perlu di lakukan. Semoga anda terinspirasi.


Sumber Dari : http://bisikan.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS