RSS
Container Icon

::. Al Hakim Al Fathimy : Raja Yang Mati Terbunuh Oleh Tentara Allah SWT .::

Pada suatu masa ada seorang penguasa dinasti Fathimiyyah bernama Al Hakim Al Fathimy membangun sebuah masjid jami' dikota Kairo. Namun pada masa akhir kekuasaannya, ia berubah menjadi seorang penguasa yang berfikiran menyimpang, sombong dan murtad. Ia congkak hingga mengaku dirinya sebagai tuhan dan menganjurkan rakyatnya untuk menyembahnya. Rupanya raja itu silau dengan kemajuan kerajaan yang dia pimpin.


Karena begitu congkaknya, Raja Al Hakim berani sekali mengubah kalimat Basmalah. Kalimat Bismillahirrahmanirrahim digantinya dengan Bismilhakim arrahmanirrahim. Ia pun bahkan mengumpulkan rakyatnya untuk mengimani hal itu. *(astaghfirullah.)*

‘‘Wahai rakyatku, mulai saat ini siapa saja yang beriman kepadaku, maka akan aku beri hadiah...!!!’’ demikian sambutannya di hadapan rakyat.

‘‘Sebaliknya, siapa saja yang tidak melakukannya, maka hukuman akan menanti kalian...!!!’’ imbuh dari raja congkak itu. *(nauzubillah min zalik.)*

Semua rakyat tidak bisa berbuat apa². Di antara mereka terpaksa beribadah kepada Allah SWT, Sang Pencipta Alam secara sembunyi² karena takut akan ancaman itu. Namun, tidak sedikit pula dari rakyat yang ikut mengimani Raja Al Hakim sebagai tuhan.

Hingga tibalah waktunya, dimana musim panas meliputi wilayah kerajaan tersebut. Pada saat itulah, Allah Azza Wa Jalla menunjukkan bahwa Dia-lah satu²nya Tuhan yang berhak disembah, melalui makhluk ciptaan-Nya yang lemah bernama lalat. Allah SWT menunjukkan bahwa hanya Dia satu²nya yang berhak diyakini sebagai Tuhan Yang Maha Esa, bukan dirimu wahai Al Hakim.

Tiba² saja begitu banyak lalat yang mengerubuti raja AL Hakim. Seluruh pengawal dan pelayannya berusaha sekuat tenaga dan dengan segala upaya mengusir lalat² itu dari tubuh Al Hakim, namun semua tak berguna.

Al Hakim yang mengaku tuhan itu tak mampu berbuat apa². Kesombongan dan kecongkakannya tak terdengar lagi. Ia lari tunggang langgang untuk menghindari hewan lemah seperti lalat itu.

Pada saat yang mengkhawatirkan itu, ada seorang qari' yang membaca ayat suci Al Qur'an dengan suara yang keras dan indah untuk didengar. Ayat Al Qur'an yang dibacanya tersebut adalah surat Al Hajj ayat 73.

‘‘Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, Maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah SWT sekali² tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, Tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan Amat lemah (pulalah) yang disembah...!!!’’ (QS.Al Hajj: 73).
Qari' itu melanjutkan lagi bacaannya dengan ayat berikutnya,

مَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
‘‘Mereka tidak Mengenal Allah dengan sebenar²nya. Sesungguhnya Allah benar² Maha kuat lagi Maha Perkasa...!!!’’ (QS. Al Hajj: 74).
Ayat² yang dibacakan oleh hamba Allah tersebut kontan saja membuat para pengikut dan rakyat raja Al Hakim tersentak kaget. Keyakinan mereka menjadi goyah. Ayat² itu seolah² sengaja diturunkan untuk mendustakan dan membantah pengakuan raja Al Hakim selama ini. 

Kerumunan lalat itu telah menyadarkan orang banyak akan kebodohan mereka dengan mengikuti seruan Al Hakim. Lalat² itu benar² telah menjadi tentara² Allah SWT.

Tidak menyakiti memang, namun serbuan lalat² itu bisa menggoyahkan kekuasaan sang penguasa. Raja Al Hakim akhirnya jatuh tersungkur dari singgasananya. Raja sombong itu akhirnya lari dan mati mengenaskan dalam pelariannya.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Ar-Rahman : Surat Pengantar JIN Masuk Islam .::


Jin berasal dari kata janana yang artinya tersembunyi, ia tercipta dari api. Bahwa sekelompok jin telah mengdengarkan dengan tekun bacaan ayat-ayat al-Qur'an surah Ar-Rahman yang dilantunkan oleh Rasulullah saw. ketika beliau mengimami shalat Shubuh di sebuah masjid di Bathn, Makkah, suatu tempat antara Thaif dan Mekkah.

Para jin berkata kepada kaumnya setelah mereka kembali ke tampat mereka bahwa" Sesungguhnya kami telah mendengarkan bacaan sempurna yang sangat indah lagi menakjubkan kaata-kata dan kandungannya. Kami belum pernah mendengar bacaan seindah itu. Ia memberi petunjuk dengan jelas lagi lembah-lembut ke jalan yang benar.

Di kemudian hari, bahkan hingga kini, masjid tersebut masih berdiri dan dinamakan Masjid Al-Jinn atau juga Masjid Al-Bai'ah karena kisah para jin yang memeluk Islam tersebut. Surat al-Jinn dan Asbaabun Nuzulnya Kisah tersebut Allah abadikan dalam Surah Al-Jinn ayat 1-3:

Katakanlah [hai Muhammad]: "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan [Al Qur’an], lalu mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur’an yang menakjubkan.
  • [yang] memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan Tuhan kami,
  • dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristeri dan tidak [pula] beranak.
  • Dalam Kitab Asbaab Nuzul diceritakan bahwa Rasulullah SAW. tidak pernah membacakan Al-Qur'an kepada jin, dan tidak pernah melihat merka. Ketika Rasulullah SAW.

bersama rombongan sahabatnya menuju Pasar 'Ukazh, sesampainya di Tuhamah, beliau dan rombongan berhenti untuk Shalat Fajar (Shubuh). Hal ini menyebabkan berita-berita di langit yang biasa dicuri stan-setan terhalang. Bahkan setan-setan itu mendapat lemparan bintang-bintang, sehingga terpaksa pulang kepada kaumnya. Setibanya di tempat kaumnya, setan-setan itu ditanya: " Apa yang terjadi sehingga kalian kembali?" Mereka menjawab: "Kami terhalang untuk mendapat berita langit, bahkan kami dikejar bintang-bintang." Kaumnya berkata: "Tak mungkin terhalang antara kita dan berita langit. Tentu ada penyebabnya. Menyebarlah kalian ke timur dan ke barat, dan carilah sebab penghalangnya." Mereka pun menyebar ke barat dan ke timur mencari sebab penghalang tersebut, sehingga sampailah sebagian ke Tuhamah, tempat Rasulullah SAW. berhenti untuk melaksanakan shalat Shubuh. Mereka mendengar bacaan Rasulullah SAW. serta memperhatikannya, kemudian berkata: "Demi Allah, inilah yang menghalangi kita dengar berita dari langit.

Mereka pun pulang ke kaumnya dan menyampaikan kejadian itu. Mereka mengagumi al-Qur'an yang membawa mereka ke jalan petunjuk Allah, sehingga mereka pun beriman. Maka turunlah ayat 1 surah al-Jinn ini sebagai pemberitahuan kepada Nabi saw. agar kejadian tersebut diberitahukan pula kepada ummatnya.

[1]. Kisah tersebut juga dikisahkan Rasulullah dalam hadits beliau dari Ibnu Mas'ud. Hadits tersebut memiliki sanadnya shahih dan diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Baihaqi. Kabar dari Rasulullah ini pun kemudian menjadi penjelasan kepada muslimin mengenai eksistensi dan kehidupan jin.

[2]. Hikmah Banyak hikmah pula dibalik kisah tersebut, diantaraya menjadi kabar bagi manusia, bahwa jin pun sebagaimana manusia, ada yang beragama Islam ada pula yang kafir. Jin merupakan makhluk Allah, maka tak layak disembah. Renungkanlah firman Allah dalam Surat Saba' ayat 40-42:
yang artinya :
"Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: "Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?"
قَالُواْ سُبۡحَـٰنَكَ أَنتَ وَلِيُّنَا مِن دُونِهِمۖ بَلۡ كَانُواْ يَعۡبُدُونَ ٱلۡجِنَّۖ أَڪۡثَرُهُم بِہِم مُّؤۡمِنُونَ  

Malaikat-malaikat itu menjawab: "Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu."
Maka pada hari ini sebahagian kamu tidak berkuasa (untuk memberikan) kemanfaatan dan tidak pula kemudharatan kepada sebahagian yang lain. Dan Kami katakan kepada orang-orang yang dzalim: "Rasakanlah olehmu azab neraka yang dahulunya kamu dustakan itu," 

Semoga bermanfaat.


Sumber Dari : http://ajaibdananeh.blogspot.com




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Satu Cinta Dua Agama .::

Cinta Beda Keyakinan (Ilustrasi)
Mencintai itu satu hal. Menjadikan cinta itu ke satu hubungan yang direstui itu soal lain.

Hubungan kami sudah pada level tak mungkin dilanjutkan tapi diberhentikan pun tak sanggup.
Sekalimat pesan masuk ke ponselku saat aku sedang duduk santai di Bandara Soekarno Hatta. Aku yang lagi bengong memantau hilir mudik penumpang, merenung sejenak membaca pesan sahabat sekolahku ini.

Kawanku ini, seorang perempuan.

Dulu dialah yang mendengarkan berbagai kisah cinta monyetku. Naksir teman sekelas, ngasih nasihat ngehadapin cewek sampai menjadi comblang dengan gebetanku. Sebaliknya, aku juga menjadi tempat sampah saat dia berantem dan punya masalah dengan pacarnya dulu.

Sampai awal kuliah, aku masih sering mendengarkan kisah cintanya yang selalu berakhir tragis. Semester makin besar kami terjebak pada rutinitas masing-masing dan mulai saling melupakan. Pada akhirnya hidup kami berjalan di atas jalannya masing-masing.

Itu sudah hampir delapan tahun yang lalu.

Aku tersadar sudah bertahun-tahun kami nggak saling sapa. Bahkan untuk menanyakan kabar atau mengucapkan selamat ulang tahun. “Enam tahun? Tujuh tahun?” Aku bertanya padanya soal lenyapnya komunikasi diantara kami berdua. Aku merasa berdosa. Rupanya sejak sekian lama kawanku ini tak punya orang yang bisa dipercaya untuk bercerita

Kawanku kemudian bercerita tentang kisah cintanya. Kali ini yang ketiga aku ketahui. Dia bertemu dengan seseorang karena menyukai band yang sama. Nyambung saat diskusi lalu jadian karena saling menyayangi. Pertemuan-pertemuan yang intensif adalah candu dan kemudian mereka terjebak dalam hubungan yang saling membutuhkan.

Semua berjalan baik-baik saja. Hingga kemudian mereka menemukan satu selaput yang mengganjal hubungan mereka hari ini: agama. Tidak ada yang bersedia mengalah.

Dulu mereka berprinsip, “Jalani saja dulu, yang bakal terjadi nanti kami pikirkan nanti.” Apa yang rencana untuk dipikirkan dulu rupanya menjadi beban hari ini. Mereka rupanya hanya menunda masalah karena perjalanan sudah terlampau jauh dan perasaan sudah terlampau dalam.

“Kamu punya opsi apa?” Aku bertanya.
“Barangkali ini yang namanya masih sayang tapi mesti putus.”

Aku diam mendengar jawabannya.

Aku selalu kagum pada mereka yang menjalani hubungan beda agama. Mereka yang bertahan pada hubungan ini meyakinkanku bahwa kekuatan cinta mengatasi perbedaan apapun. Agama adalah hal fundamental yang membentuk watak dan perilaku kita. Aku percaya ada nilai-nilai universal yang dibawa semua agama. Tetapi dalam prakteknya, cara untuk mencapai nilai universal itu tetap saja berbeda. Cara inilah yang kemudian membentuk sudut pandang setiap dari kita. Dalam konteks ini, antara kawanku dan pacarnya.

Soal cinta beda agama, aku hanya berani berkoar-koar dan menuliskannya dalam blog. Pengalaman sih nol besar. Tapi aku mengamati dari dekat, mereka yang menjalani hubungan beda agama. Mereka adalah orang yang teguh dan ulet. Setidaknya untuk memperoleh restu dari kedua orang tua masing-masing. Cinta beda agama mungkin tak menjadi apa-apa jika tak ada beban membakukan hubungan ke jenjang pernikahan. Pembakuan hubungan itu akan berbenturan agama, keluarga dan negara.

Sialnya (atau untungnya?), beberapa kawan yang menjalani hubungan beda agama bisa mempertahankan hubungan dengan sangat lama. Perbedaan yang terentang membuat mereka saling menguatkan dan mengingatkan. Pada akhirnya rasa senasib sepenanggungan adalah salah satu kiat ampuh mengapa sebuah hubungan bisa bertahan lama. Ketika perjalanan sudah terlampau jauh, semakin tak ada waktu untuk kembali ke titik awal. Tapi itulah, mencintai adalah menyerahkan diri untuk disakiti, dengan kesakitan-kesakitan yang manis.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Wujud Asli Malaikat Jibril yang di Tampakkan kepada Rasulullah SAW .::

Jibril adalah Malaikat Allah SWT yang tugasnya menyampaikan wahyu dan juga malaikat pembawa rezeki. Malaikat Jibril adalah salah satu nama di antara tiga nama malaikat yang di sebut dalam Al-Qur’an. Nama malaikat Jibril di sebut dua kali dalam Al-Qur’an, yakni pada surat Al-Baqarah ayat 97-98 dan At Tahrim pada ayat 4. Banyak julukan yang tersemat pada malaikat Jibril, seperti Ruh al Amin dan Ruh al Qudus (Roh Kudus), Ar-Ruh Al-Amin dan lainnya.

Dalam kitab tafsir sowi hlm 176 jld 4…
“Maka Malaikat Jibril menampakan diri (aslinya) dua kali. 1 kali dibumi (wahyu pertama) dan 1 kali di langit (Isra Miraj). Dan belum melihat satu pun dari Para Nabi kepada Malaikat Jibril dalam bentuk sebagaimana ia diciptakan kecuali Nabi kita Muhammad SAW.

Rasulullah SAW Menerimah Wahyu Pertama

Sebelum menerima wahyu, Nabi SAW sering bermunajat kepada Allah SWT dan menjauhi keramaian, dan Gua Hira lah yang selalu beliau kunjungi pada malam hari. Dan di gua itu pula Rasul akhirnya menerima wahyu yang pertama. 

Pada suatu malam Allah memuliakan beliau dengan memberi risalah dan rnerahmati hamba-hamba-Nya dengan beliau, datanglah Malaikat Jibril dengan membawa perintah Allah Ta'ala. Rasulullah SAW bersabda, "Jibril datang kepadaku pada saat aku tidur dengan membawa secarik kain Dibaj dan dalamnya terdapat tulisan.
Malaikat Jibril berkata, `Bacalah!' Aku berkata,`Aku tidak bisa membaca.' Malaikat Jibril mencekik leherku dengan kain Dibaj tersebut hingga aku merasa seolah-olah sudah mati kemudian ia melepas cekikannya dan berkata, `Bacalah!' Aku menjawab, 'Apa yang harus aku baca?' Malaikat Jibril kembali mencekik leherku dengan kain Dibaj tersebut hingga aku merasa seolah-olah sudah mati, kemudian ia melepas cekikannya dan berkata, `Bacalah!' Aku berkata, 'Apa yang harus aku Baca?'

Jibril kembali mencekik leherku dengan kain Dibaj tersebut hingga aku merasa seolah-olah sudah mati, kemudian ia melepas cekikannya, dan berkata, `Bacalah!' Aku berkata, 'Apa yang harus aku Baca?' Aku berkata seperti itu dengan harapan ia mengulangi apa yang sebelumnya ia lakukan terhadap diriku. Kemudian ia berkata, 'Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.' (Al-Ala: 1-5).
Aku pun membacanya, sedang Jibril pergi dari hadapanku.

Setelah itu, aku bangun dari tidurku dan aku merasakan ada sesuatu yang tertulis dalam hatiku. Kemudian aku keluar dari Gua Hira.

Ketika aku berada di tengah-tengah gunung, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit, "Hai Muhammad, engkau utusan Allah dan aku adalah jibril". Aku hadapkan kepalaku ke langit, saat itu kulihat jibril menjelma seperti orang laki-laki yang membentangkan kedua lututnya ke ufuk langit. Jibril berkata lagi, "Hai Muhammad, engkau utusan Allah, dan aku adalah jibril". Aku berdiri untuk melihatnya tanpa maju dan mundur. Aku arahkan pandanganku kepadanya di ufuk langit, dan aku tidak melihat arah manapun melainkan aku lihat dia berada di sana. Aku berdiri diam terpaku; tidak maju dan tidak mundur.

Perjalanan Isra' Dan Mi'raj

"Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha." (QS. An Najmi : 13-14).

Peristiwa Mi'raj atau dipanggilnya Nabi SAW naik ke langit dan terus ke Sidratul Muntaha setelah melewati langit ketujuh, dapat dipahami dari ayat 13 dan 14 surat An Najmi ini, yang mana dijelaskan bahwa Nabi SAW melihat Jibril secara langsung bentuknya yang asli dua kali, pertamanya waktu menerima wahyu pertama di Gua Hira dan kedua di Sidratul Muntaha waktu Mi'raj.

Menurut riwayat Ibnu Mas'ud tentang ayat diatas, Dia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Aku melihat Jibril baginya ada 600 sayap tiap satu sayap menutupi satu ufuk."

Ketika Malaikat Jibril menampakan diri yang tingginya telah ada di ufuk (melewati batas penglihatan). Maka bertanya Rasulullah SAW : Wahai Jibril aku tidak mengira bahwa Allah menciptakan makhluk (yang sangat besar) seperti bentuk mu ini”.

Malaikat Jibril menjawab: “Wahai Muhammad. “Sesungguhnya aku (hanya) telah membentangkan dua sayap. Sesungguhnya aku memiliki 600 sayap, yang ukuran setiap sayapnya seluas antara timur dan barat.”

“Rasulullah SAW berkata: “Sesungguhnya penciptaanmu sangat Besar”

Malaikat Jibril berkata: “Dan tidaklah aku disamping ciptaan-ciptaan Allah hanyalah sesuatu yang kecil.. Dan Allah telah menciptakan Israfil, dia lebih besar dan memiliki 600 sayap, dan setiap sayapnya seukuran seluruh sayapku.. Sesungguhnya dia melipat sayapnya karena takut kepada Allah, sampai-sampai dia melipatnya sekecil mungkin.”
“Lihatlah para malaikat yang takut kepada Allah dan lihatlah Malaikat Jibril yang selalu menemani utusan Allah yang terakhir dan kekasihnya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam , sehingga bentuk dirinyapun tidak diperlihatkan kepada siapapun kecuali kepada sang kekasih yaitu Rasulullah, sampai sampai ketika Rasululah wafat, malaikat Jibril memalingkan wajahnya, dan Rasul bertanya kepada Jibril.”wahai saudaraku kenapa engkau memalingkan wajahmu.?”
Jibril menjawab: “karena aku tidak kuat dan tidak tega melihat engkau dalam sakaratul maut..
***
Wujud malaikat mustahil dapat dilihat dengan mata telanjang, karena mata manusia tercipta dari unsur dasar tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk tidak akan mampu melihat wujud dari malaikat yang asalnya terdiri dari cahaya, bahkan Muhammad sendiri pun disebutkan secara jelas hanya mampu melihat wujud asli dari malaikat Jibril sebanyak dua kali. Dikatakan bahwa Muhammad telah melihat wujud asli dari Malaikat Jibril yang memiliki sayap sebanyak 600 sayap.
Dalam kisah suci perjalanan Isra’ Mi’raj, sesampainya di pos perjalanan Sidratul Muntaha, Malaikat Jibril tidak sanggup lagi mendampingi Rasulullah untuk terus naik menghadap kehadirat Allah SWT, Jibril berkata : "Aku sama sekali tidak mampu mendekati Allah, perlu 60.000 tahun lagi aku harus terbang. Itulah jarak antara aku dan Allah yang dapat aku capai. Jika aku terus juga ke atas, aku pasti hancur luluh".

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Dialog Rasulullah SAW dengan Gunung .::

Tidak hanya mampu berdialog dengan binatang saja mukjizat yang dimiliki oleh Rasulullah SAW, namun juga mampu berdialog dengan gunung, yang merupakan ciptaan Allah SWT yang tidak bernyawa.

Rasulullah SAW adalah sosok yang selalu dekat dengan umatnya, terbukti dengan seringnya Beliau melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya, dari satu desa ke desa lainnya agar lebih mengenal umatnya. Dalam perjalanan yang dilakukan kali ini, Rasulullah SAW mengajak salah satu sahabatnya yang bernama Uqa'il bin Abi Thalib untuk menemani.

Di perjalanan, ada seorang nenek yang tergeletak lemah di jalanan, wajahnya yang tua renta semakin terlihat menyedihkan akibat pucat dan lemas kondisi tubuhnya. "Apa yang terjadi dengan engkau Wahai Ibu?" tanya Rasulullah SAW. Nenek yang kondisinya lemah itu pun menjawab, "Ak...akkkuuuu laaa...paar.." Mendengar jawaban itu, Rasulullah SAW yang pada saat itu membawa bekal secukupnya, langsung memberikan bekalnya, hingga habislah bekal Rasulullah SAW kala itu.

Meskipun tanpa bekal sedikit pun, Rasulullah SAW dan Uqa'il tetap melanjutkan perjalanan. Setelah perjalanan panjang ditempuh dengan melewati gurun yang panas dan kering, kondisi Rasulullah SAW dan Uqa'il menjadi melemah karena banyak sekali tenaga yang terkuras untuk melewati hamparan pasir dan panasnya yang membuat dahaga semakin hebat.

Rasulullah Kehausan

Sesampainya di daerah pegunungan, Rasulullah SAW merasa sangat haus dikarenakan jauhnya perjalanan melewati gurun. Lalu Beliau menyuruh Uqa'il untuk mencari minuman dan buah untuk megisi perut. Uqa'il pun menuruti perintah Nabi, ditelusurinya gunung untuk mencari sumber air dan pepohonan untuk diambil buahnya, namun Uqa'il tidak mendapati sumber air dan hanya buah-buahan saja yang ia dapat.

"Ya Rasul, aku tidak mendapati air di gunung ini, padahal aku sudah mengelilinginya, namun belum aku temukan juga," ujar Uqa'il.

Mendengar penuturan sahabatnya itu, Rasululullah SAW bersabda, "Hai Uqa'il, dakilah gunung itu dan sampaikanlah salamku kepadanya serta katakan 'Jika padamu ada air, berilah aku minum'," tutur Rasulullah.

Mendengar jawaban Rasulullah yang tidak masuk akal itu, membuat Uqa'il kebingungan dan tidak mengerti. namun Uqa'il tetap pergi melaksanakan perintah sembari bertanya-tanya dalam hati, "Apakah Rasul bersungguh-sungguh dengan ucapannya, apa yang harus aku lakukan, menyampaikan salamnya ataukah hanya diam dan balik ke Beliau lagi," ujar Uqa'il dalam hati.

Walaupun pikirannya penuh dengan keheranan, Uqa'il tetap mendaki gunung. Di tengah pendakian, Uqail mendengar suara asing, dan berkata, "Uqa'il, pergilah mendaki gunung, patuhilah perintah Beliau," perintah suara yang asing itu yang tak lain adalah Malaikat Jibril. Uqa'il akhirnya sampai pada puncak gunung lalu menyampaikan salam Rasulullah SAW kepada gunung perihal air yang dibutuhkan dia dan Rasulullah SAW. Setelah menyampaikan salam, Uqa'il pun kembali menuju tempat Rasulullah SAW.

Rasulullah Memerintah Gunung

Sesampainya di dekat Rasulullah SAW, betapa kagetnya Uqa'il ketuka melihat Rasulullah SAW berbicara dengan gunung. 
"Wahai tauladanku Muhammad, maafkan aku dikarenakan menghambat perjalanan engkau dengan tidak menyediakan air ketika engkau datang. Aku takut engkau tidak memaafkanku, jika itu terjadi pasti aku merasakan panasnya api neraka," ungkap gunung itu.
Mendengar suara yang berasal dari gunung, membuat Uqa'il semakin bingung dan sekaligus takjub kepada Rasulullah, dikarenakan salah satu ciptaan Allah yang tidak bernyawa itu dapat berbicara dengan Beliau. "Aku akan memaafkan kamu, tapi bolehkah aku minta sedikit air untuk membasahi tenggorokanku," tutur Rasulullah. 
"Dakilah gunung ini hingga sampai puncaknya, setelah sampai, berjalanlah berbelok menuju tempat yang dipenuhi dengan bebatuan besar yang melingkar, di tengahnya terdapat sumber air dan buah-buahan untuk bekal engkau, Wahai Rasulullah," jelas gunung itu kepada Rasul.
Uqa'il berserta Rasulullah SAW akhirnya mendaki gunung itu kembali dan Beliau berjalan sesuai dengan perintah gunung. Sesampainya di tempat yang dijelaskan gunung tersebut, Uqa'il sangat terkejut karena ketika mengelilingi gunung itu tadi, Uqa'il tidak mendapati tempat seindah itu yang terdapat sumber air sangat jernih dan banyaknya pohon yang berbuah segar dan nikmat.


Sumber Dari : http://kisahislamiah.blogspot.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Pelajaran Dari Seorang Pengemis Tua .::

Minta sedekahnya den, seikhlasnya saja buat makan den…”lirih suara itu terdengar diantara lalulalang jama’ah Masjid Kampus yang baru saja usai menunaikan sholat Jum’at. Dua anak kecil kembar siam bertubuh kurus kering menatapku dengan pandangan sayup. Dengan ekspresi memelas keduanya kompak menyodorkan sebuah gelas air mineral bekas kepadaku. “Minta sedekahnya buat makan den…”, dengan kompak mereka ulangi kata-kata sakti itu.

Atas dasar kemanusiaan hatiku tergugah dan memberi mereka beberapa rupiah uang sepantasnya. Walau kutahu sebenarnya Perda setempat dengan tegas melarang masyarakat memberi uang kepada pengemis ataupun kaum gelandangan jalanan. Namun hati kecilku seperti berbisik, “Bukankah sebagai sesama makhluk Tuhan kita memang harus saling tolong-menolong dan menyayangi?”. Setelah kukasih sedekah sepantasnya nampak kebahagiaan terpancar dari wajah polos mereka. Dengan wajah berseri-seri sepasang anak kembar siam itu berlari menghampiri seorang nenek tua yang juga sedang mengemis di sudut tangga luar masjid. Perlahan diam-diam kubuntuti langkah mereka.

Pengemis (Ilustrasi)
“Nenek … nenek …. dik Safira sama dik Sahira dapet uang banyak nek …”, cerita mereka kepada sang nenek renta itu. “Alhamdulillah ya nak, jangan lupa syukur sama Gusti Allah SWT. Karena Dia-lah yang menggerakkan hati orang-orang agar bersedekah kepada kita”. “Gusti Allah itu siapa nek?”, Tanya sepasang anak kembar siam itu dengan polosnya. “Gusti Allah itu zat yang telah menciptakan kita semua. Zat yang mengatur hidup mati kita. Termasuk rejeki untuk nenek, dik Safira juga dik Sahira. Nenek yakin suatu saat nanti kalian pasti akan mengerti…”, dengan penuh kasih sayang nenek tua itu menjelaskan. Diam-diam di salah satu anak tangga itu aku duduk termenung mendengarkan percakapan mereka bertiga yang nampak begitu hangat. Agar mereka tidak tersinggung aku pura-pura saja memainkan Handphone jadul kesayanganku.

Seminggu berlalu begitu cepat. Lagi-lagi aku berjumpa kembali dengan tiga pengemis itu. Begitu seterusnya, setiap hari Jumat aku selalu berjumpa dengan nenek tua dan sepasang pengemis kecil itu. Rasa penasaran terus menghantui pikiranku. “Siapa nenek tua renta yang rutin mengemis di Masjid Kampus itu? Lalu siapa pula kedua anak kecil kembar siam yang sering menemaninya?”, pikiranku terus melayang. Akhirnya kuputuskan untuk mengenal lebih dekat ketiga pengemis itu. Bagaimana keluarganya dan apa alasan mereka mengemis. Suatu hari Jumat masih di masjid yang sama .. Usai sholat Jumat seperti biasa lagi-lagi aku berjumpa dengan nenek tua dan kedua anak kecil itu sedang mengemis.

Momen yang tepat untuk memperoleh jawaban atas rasa penasaranku. “Maaf sebelumnya nek …, saya lancang mengganggu sebentar. Kalau berkenan saya ingin ngobrol-ngobrol santai dengan nenek”. “Oh ya silahkan saja mas, dengan senang hati…” “Bisakah nenek ceritakan kepada saya apa alasan nenek memilih profesi sebagai pengemis?” Lalu nenek tua itupun mencurahkan kisah hidupnya, “Dari dalam hati nenek paling dalam sebenarnya nenek malu ngemis gini mas, tapi ya mau gimana lagi mas. Nggak ada pekerjaan lain yang bisa nenek lakuin. Nenek sudah lama ditinggal suami.

Sekarang cuma sepasang mutiara itu yang nenek punyai.”, tutur nenek tua itu mengisahkan hidupnya. “Wow sepasang mutiara?, itu mahal sekali kan nek”, cetusku. “Ya, sepasang mutiara itu adalah dua anak kecil kembar ini. Safira dan Sahira namanya”, tutur sang nenek sambil mengelus rambut kedua putri kecil itu. Aku agak bingung bercampur penasaran. Nenek tua itu melanjutkan kisahnya. “Jadi begini ceritanya mas … kira-kira enam tahun yang lalu nenek menolong persalinan seorang mahasiswi yang hamil di luar nikah. Ia mahasiswi perantau dari Pulau sebrang yang terjebak dalam pergaulan bebas.

Lelaki yang telah menghamilinya kabur entah kemana. Karena takut diketahui orangtuanya, ia berikan bayinya kepada nenek untuk selanjutnya dirawat. Dan bayi itu kini telah menjelma menjadi sepasang mutiara ini”, lanjut nenek menjelaskan. “Demi merawat dan membesarkan kedua anak kembar ini nenek rela lakukan apa saja, termasuk mengemis dari masjid ke masjid, dari tempat ke tempat. Nenek ikhlas. Karena nenek yakin suatu saat nanti sepasang mutiara nenek ini akan menjadikan negeri ini bersinar lebih terang”, tutur nenek mengakhiri kisahnya. Terjawab sudah rasa penasaranku. Banyak pelajaran yang aku petik dari kisah pengemis tua dan sepasang mutiaranya itu.


Sumber Dari : http://www.ceritasukses.net

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Tangisan Rasulullah Yang Mengguncang 'Arsy Allah SWT .::

“Dikisahkan, bahawasanya di waktu Rasulullah s.a.w. sedang asyik bertawaf di Ka’bah, beliau mendengar seseorang di hadapannya bertawaf, sambil berzikir: “Ya Karim! Ya Karim!”

Rasulullah s.a.w. menirunya membaca “Ya Karim! Ya Karim!” Orang itu lalu berhenti di salah satu sudut Ka’bah, dan berzikir lagi: “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah s.a.w. yang berada di belakangnya mengikut zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!” Merasa seperti diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya seorang laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya.

Orang itu lalu berkata: “Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokkanku, kerana aku ini adalah orang Arab badwi? Kalaulah bukan kerana ketampananmu dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”

Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah s.a.w. tersenyum, lalu bertanya: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?” “Belum,” jawab orang itu. “Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?”

“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya, sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya,” kata orang Arab badwi itu pula.

Rasulullah s.a.w. pun berkata kepadanya: “Wahai orang Arab! Ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat!” Melihat Nabi di hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya.

“Tuan ini Nabi Muhammad?!” “Ya” jawab Nabi s.a.w. Dia segera tunduk untuk mencium kedua kaki Rasulullah s.a.w. Melihat hal itu, Rasulullah s.a.w. menarik tubuh orang Arab itu, seraya berkata kepadanya:
“Wahal orang Arab! janganlah berbuat serupa itu. Perbuatan serupa itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada tuannya, Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabbur yang meminta dihormati, atau diagungkan, tetapi demi membawa berita gembira bagi orang yang beriman, dan membawa berita menakutkan bagi yang mengingkarinya.”

Ketika itulah, Malaikat Jibril a.s. turun membawa berita dari langit dia berkata: “Ya Muhammad! Tuhan As-Salam mengucapkan salam kepadamu dan bersabda: “Katakanlah kepada orang Arab itu, agar dia tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahawa Allah akan menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil mahupun yang besar!” Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi. Maka orang Arab itu pula berkata: 

“Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengannya!” kata orang Arab badwi itu. “Apakah yang akan engkau perhitungkan dengan Tuhan? ” Rasulullah bertanya kepadanya. ‘Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran maghfirahnya,’ jawab orang itu. ‘Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa keluasan pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan kekikiran hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa kedermawanannya!’

Mendengar ucapan orang Arab badwi itu, maka Rasulullah s.a.w. pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badwi itu, air mata beliau meleleh membasahi Janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata:
“Ya Muhammad! Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu, dan bersabda: Berhentilah engkau dari menangis! Sesungguhnya kerana tangismu, penjaga Arasy lupa dari bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga la bergoncang. Katakan kepada temanmu itu, bahawa Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan memperhitungkan kemaksiatannya. Allah sudah mengampuni semua kesalahannya dan la akan menjadi temanmu di syurga nanti!”

Betapa sukanya orang Arab badwi itu, apabila mendengar berita tersebut. la lalu menangis kerana tidak berdaya menahan keharuan dirinya.


Sumber Dari : http://johneox.wordpress.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Kasih Tak Sampai : Legenda Tanjung Menangis .::

Pantai Tanjung Menangis
Tanjung menangis merupakan nama tanjung yang berada di bagian timur pulau Sumbawa. Pada zaman dahulu, putri dari Sultan Samawa terjangkit penyakit yang sangat aneh, tak ada seorang pun di seantero tanah Samawa yang dapat menyembuhkannya. Sultan Samawa telah melakukan berbagai cara demi menyembuhkan putrinya. Dia telah berkunjung ke rekan-rekannya sesama pemimpin, yaitu kepada sultan Dompu, dan sultan Bima untuk mencari sandro (Tabib) sakti yang dapat menyembuhkan putrinya, namun hasilnya tetap nihil. Bertahun-tahun tuan puteri mengidap penyakit aneh tersebut, namun belum ada orang ataupun sandro yang mampu menyembuhkannya. 

Akhirnya Sultan menggelar sayembara, barangsiapa bisa menyembuhkan putrinya, Apabila dia perempuan maka akan dijadikan sebagai anak angkat namun jika lelaki akan dijodohkan dengan Sang Putri. Sandro atau dukun dari berbagai penjuru Tanah Samawa berlomba untuk menyembuhkan sang putri bahkan Sayembara ini menyebar hingga ke pulau Sulawesi. Telah banyak sandro yang mencoba mengikuti sayembara ini namun belum seorang pun yang berhasil menyembuhkan tuan putri. 

Suatu hari, datanglah seorang kakek tua renta ke kediaman Datu Samawa. Dia berasal dari negeri Ujung Pandang (Sulawesi) dan memperkenalkan dirinya dengan nama Zainal Abidin. Dia telah mendengar kabar tentang penyakit aneh yang diderita tuan putri dan ingin mencoba mengobati tuan putri bila Tuhan Yang Maha Kuasa mengijinkan. Dengan kuasa Allah Taala, melalui tangan serta pengetahuan yang dimiliki Zaenal Abidin, tuan putri pun sembuh seperti sedia kala.

Sesuai dengan janjinya, tibalah waktunya bagi Sultan Samawa untuk membayar janji kepada Zaenal Abidin yang telah menyembuhkan putrinya. Seperti yang telah beliau janjikan, beliau harus menikahkan putri beliau dengan Zaenal Abidin. Namun, karena melihat fisik Zaenal Abidin yang sudah tua renta dan bungkuk pula, Sultan Samawa merasa tidak rela untuk menikahkan putrinya dengan Zaenal Abidin. Sultan Samawapun akhirnya merubah hadiah dari sayembara. Sultan Samawa mempersilahkan Zaenal Abidin untuk mengambil harta sebanyak-banyaknya, berapapun yang diinginkan olehnya, asalkan Zaenal Abidin bersedia untuk tidak dinikahkan dengan tuan putri.

Zaenal Abidin merasa sangat terhina dengan sikap Sultan. Beliau menolak untuk mengambil sepeser harta pun dari istana. Dengan hati teriris, ia pun pulang kembali ke Ujung Pandang menggunakan sampan kecil yang dilabuhkan di sebuah tanjung. Putri Sultan Samawa merasa iba melihat kekecewaan di mata Zaenal Abidin, ia pun menyusul Zaenal Abidin ke tanjung tersebut. Saat putri Sultan Samawa tiba di pelabuhan, Zaenal Abidin ternyata sudah dalam perahu dan melabu sampannya. Atas kekuasaan Allah, Zaenal Abidin yang tua renta tersebut berubah menjadi pemuda yang tampan tiada taranya. Melihat hal tersebut, putri Datu Samawa menangis, menyesali keputusan yang diambil ayahnya serta menangisi betapa tersiksa rasanya ditinggal seseorang yang baru ia cintai.

Sementara sambil berlayar Diatas perahu Zaenal Abidin, pemuda sakti nan tampan itu menembangkan sebuah lawas atau puisi :

Kumenong si sengo sia intan e (Ku mendengar panggilanmu wahai putri)
Leng poto tanjung mu nangis (Diujung Tanjung kamu menangis)
Kupendi onang kukeme. (Aku kasihan namun tiada Daya)

Sambil menangis, putri berlari menyusul sampan Zaenal Abidin hingga tengah laut tanpa menyadari ia mulai tenggelam. Hal ini menyebabkan Tuan Putri Sultan Samawa meninggal di tengah laut sambil menangis. Akhirnya, hingga kini tanjung tempat dimana putri dan Zaenal Abidin berpisah tersebut dinamakan Tanjung Menangis untuk mengenang kisah tragis antara kedua insan tersebut. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS