RSS
Container Icon

::. Hajar Aswad : Sejarah Sebongkah Batu Dari Surga .::

Telah warid dari Nabi Muhammad SAW ‘Hajar aswad adalah tangan kanan Allah SWT di bumi. Pada hari kiamat akan datang dan mempunyai lisan, akan menyaksikan bagi orang yang menciumnya dengan benar atau batil. (ia) tidak tenggelam di air dan tidak membara (dibakar) dengan api... "Hadits Abdullah bin Ukaim"

Hajar Aswad

Dan Hajar Aswad adalah permulaan untuk memulai thawaf dari sisi tenggara dari ka’bah. Asalnya dari batu surga, warnanya putih seperti warna maqom, dan ia tempat menumpahkan tetesan air mata, doa terkabulkan. Disunnahkan untuk menyentuh dan menciumnya. Ia adalah tangan kanan Allah di bumi artinya ia adalah tempat menyalami Allah SWT ketika berjanji dengan Allah untuk bertaubat. Ia akan menjadi saksi di hari kiamat bagi orang yang menyentuhnya. Dan barangsiapa yang mengulangi, maka dia telah berjanji tangan Rahman. Dan menyentuhnya, (dapat) menggugurkan dosa-dosa. Dan ia adalah tempat pertemuan lisan para nabi, para orang shaleh, para jama’ah haji, orang-orang umrah dan para peziarah. Maha suci Allah yang Maha Agung.

***

Banyak orang masih mempertanyakan mengenai sejarah Hajar Aswad bisa berada di sudut tenggara Kabah yakni tempat buat bertawaf umat Islam saat melaksanakan ibadah haji. Beberapa kisah menuliskan jika Hajar Aswad merupakan batu lonjong yang tidak beraturan dan berwarna hitam kemerahan yang kerap menjadi perebutan umat Islam saat melaksanakan ibadah haji.

Suatu cerita yang ditulis buku sejarah Kabah, kisah rumah suci yang tak lapuk dimakan zaman karangan Ali Husni Al-kharbuthli menerangkan, bahwa pada saat pembangunan Kabah mencapai tahap terakhir, ternyata beberapa bagian sudut masih kekurangan batu.

Menurut sejarawan dan pemikir muslim dari Persia Ath-Thabari, saat ingin menyempurnakan bangunan Ka'bah, Nabi Ismail mencari bahan yang bisa melengkapi sudut kosong tersebut. Namun ketika Nabi Ismail hendak mencari bahan bangunan itu, Nabi Ibrahim memerintahkan kekosongan sudut Ka'bah itu hanya diisi dengan batu yang telah dipilihnya.

"Ketika Nabi Ismail ingin menyempurnakan Ka'bah dengan sebuah benda, tetapi Nabi Ibrahim berkata, "jangan"!," terang Nabi Ibrahim, dikutip dari buku sejarah Ka'bah, kisah rumah suci yang tak lapuk dimakan zaman karangan Ali Husni Al-kharbuthli, Rabu (25/6).

"Carilah batu seperti yang aku perintahkan," kata Nabi Ibrahim "

Mendengar perintah itu, Nabi Ismail pun segera pergi mencari batu yang diperintahkan Nabi Ibrahim. Ketika kembali, ternyata Nabi Ibrahim sudah meletakkan sebuah batu di sudut kosong itu.

"Wahai ayah, dari manakah engkau mendapatkan batu itu?" tanya Nabi Ismail

"Yang membawa batu ini adalah dia yang tidak dapat menunggumu yaitu Malaikat Jibril. Ia membawanya dari langit," jawab Nabi Ibrahim.

***

Hajar Aswad telah terlibat dalam peristiwa-peristiwa sejarah yang penting sepanjang sejarahnya yang sangat panjang tersebut, Salah satunya yang penting adalah peristiwa yang melibatkan Nabi Muhammad SAW sebagai pemeran utama. Hal itu terjadi sekitar lima tahun sebelum Muhammad diangkat sebagai nabi dan rasul, yakni ketika beliau berumur 35 tahun, dimana saat itu diadakan pemugaran Ka’bah karena adanya beberapa kerusakan.

Pemugaran tersebut dilakukan atas dasar kesepakatan para pemuka kabilah suku Quraisy yang ada di Kota Makkah. Akan tetapi, terjadi perselisihan yang hampir saja mengakibatkan pertumpahan darah di antara sesama masyarakat Quraisy, ketika akan menetapkan siapa yang berhak menempatkan kembali Hajar Aswad pada posisinya semula. Masing-masing tokoh merasa paling berhak untuk menempatkan kembali batu tersebut.

Saat perselisihan semakin memuncak, muncullah Abu Umayyah bin Mughirah Al-Makhzumi memberikan masukan agar permasalahan tersebut diserahkan kepada seseorang yang akan menjadi sang pengadil. Dia menyarankan agar orang tersebut adalah siapa orang yang pertama kali memasuki Masjidil Haram melalui Bab Al-Shafa pada hari itu. Usulan tersebut disetujui oleh semua pemuka Quraisy. Ternyata, orang yang pertama kali memasuki Masjidil Haram melalui Bab Al-Shafa pada hari tersebut adalah Muhammad bin Abdullah. Maka disepakatilah Muhammad bin Abdullah sebagai orang yang akan mengadili perkara penempatan kembali Hajar Aswad tersebut.

Pada peristiwa inilah semakin memperlihatkan kualitas pribadi Muhammad bin Abdullah. Melalui kecerdasan dan kebijaksanaan yang dimilikinya, Muhammad sukses memberikan jalan keluar “win – win solution” yang dapat diterima semua pihak. Beliau menghamparkan sehelai kain di tanah, lalu mengangkat Hajar Aswad dan menempatkannya di atas bentangan kain tersebut. Lalu beliau meminta setiap pemuka kabilah Quraisy memegang masing-masing sudut dan sisi kain tersebut dan bersama-sama mengangkatnya untuk membawa Hajar Aswad ke tempatnya semula. Saat sampai ke dekat tempat Hajar Aswad, Nabi Muhammad SAW mengangkat dan menempatkan Hajar Aswad ke tempat aslinya.

Dengan melalui cara Nabi Muhammad SAW tersebut, para pemuka Quraisy merasa sama-sama punya andil dalam menempatkan kembali Hajar Aswad ke tempatnya semula. Cara yang sederhana dan bijaksana yang ditempuh Muhammad bin Abdullah tersebut berhasil menghindarkan persengketaan yang hampir terjadi dan berhasil pula memuaskan semua pihak. Maka sejak saat itu, rasa percaya dan hormat kaum Quraisy kepada Muhammad bin Abdullah semakin meningkat.

Peristiwa besar lain yang melibatkan Hajar Aswad adalah peristiwa pencurian dan penyanderaan Hajar Aswad yang dilakukan oleh kelompok atau golongan Qaramithah. Pada akhir abad ke-9 M mereka melakukan pemberontakan kepada pemerintahan Islam Dinasti Abbasiyah yang sedang berada dalam periode kemunduran dan perpecahan. Pada tahun 317 H Pasukan Qaramithah di bawah pimpinan Abu Thahir Al-Qurmuthi berhasil mengobrak-abrik kota Makkah, mencuri Hajar Aswad dan membawanya ke pusat gerakan mereka di belahan timur semenanjung Arabia di kawasan Teluk Persia.

Lalu Hajar Aswad mereka bawa ke Kufah dan mereka menyanderanya pada tahun-tahun 930-951 M (317-339 H). Mereka meminta tebusan untuk mengembalikan Hajar Aswad tersebut. Jumlah uang tebusan yang mereka minta sangat besar sehingga susah untuk dipenuhi oleh pemerintah saat itu.


Setelah berlangsug selama 22 tahun Hajar Aswad di tangan para penyandera tersebut, akhirya kaum Qaramithah di bawah Abu Ishak Al-Muzakki mengembalikan Hajar Aswad ke tempat asalnya di Ka’bah. Menurut riwayat, Khalifah Al-Muthi’ Lillah dari Dinasti Abbasiyah harus mengeluarkan uang sebanyak 30.000 dinar sebagai imbalan pengembalian Hajar Aswad tersebut.


Sumber Dari : http://hajimabrurbarokah.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments: