Nabi (bahasa
Arab: نبي) dalam agama Islam adalah laki-laki yang
diberi oleh Allah wahyu dan tidak wajib disampaikan kepada umatnya. Rasulullah
SAW dalam sebuah riwayat mengatakan bahwa Nabi yang diutus ke dunia berjumlah
124 ribu orang. Mereka mendapat kelebihan masing-masing dari Allah SWT sebagai
mukjizat.
Salah satu Nabi berikut ini pernah melakukan sesuatu di luar nalar. Ia
mampu menahan matahari ketika berada dalam kondisi perang. Akhirnya, kondisi
terang menjadi lebih lama, matahari juga tertahan sehingga petang tidak kunjung
menjelang. Siapakah Nabi tesebut dan bagaimana hingga Ia mampu memenangkan
perang? Berikut kisahnya.
Nabi
tersebut bernama Yusya’ bin Nun (Joshua), salah seorang nabi yang berasal dari kalangan
Bani Israil. Dalam hidupnya, Nabi Yusya’ menyertai hidup Nabi Musa as dan
mengerjakan perkara-perkara besar. Kisahnya berawal ketika Yusya sang Panglima
Perang ingin merebut sebuah desa. Ia melatih prajuritnya dengan berbagai
strategi.
Nabiyullah
Yusya’ pada saat persiapannya menuju kota yang hendak ditaklukkan dia berusaha
agar pasukannya menjadi pasukan yang kuat dan tangguh. Oleh karenanya, dia
menyortir prajurit-prajurit yang bisa menjadi biang kekalahan, karena hati
mereka lebih disibukkan oleh perkara dunia yang membelenggu hati dan pikiran
mereka. Yusya’ mengeluarkan tiga kelompok prajurit yang tidak dizinkan untuk
pergi berperang.
Pasukan
yang ada ini kemudian dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama adalah mereka yang
sudah berakad nikah namun belum menyentuh istri. Kelompok kedua adalah orang
yang sibuk membangun rumah dan belum menyelesaikan bangunannya. Sedangkan
kelompok yang ketiga adalah mereka yang sedang menantikan kelahiran unta atau
domba yang tengah bunting.
Namun
ketiga kelompok ini justru dikeluarkan dari rombongan. Nabi Yusya’ tidak ingin
pasukannya sibuk hati memikirkan apa yang ditingggalkannya. Baginya, tidak
penting kuantitas, namun bagaimana mereka yang berperang ini memiliki kualitas
yang bagus.
Pasukan
terpilih akhirnya berangkat menuju kota yang akan ditakhlukan pada hari Jumat
menjelang Ashar. Dengan kondisi ini, tentu waktu tidak terlalu banyak untuk bisa
memenangkan perang. Karena Yusya’ berfikir, akan sangat sulit baginya dan
pasukan menang saat malam hari.
Terlebih,
saat itu adalah Jumat sehingga ketika matahari terbenam maka harus
mengehentikan perang karena esoknya Sabtu dan perang di hari Sabtu hukumnya
haram bagi Bani Israil.
Jika
ada waktu untuk berhenti perang, tentu musuh akan berbenah diri dan bisa
mempersiapkan persenjataan. Nabi Yusya’ ketika itu menghadap matahari, Ia
kemudian berdoa kepada Allah SWT agar matahari tidak terbenam. Ia berkata kepada
matahari:
“Kamu diperintakan aku juga diperintahkan.”
Kemudian Yusya’ berdoa kepada Allah, “Ya Allah, tahanlah ia untuk kami.” Ternyata sangat mudah bagi Allah SWT untuk mengabulkan permintaan ini dan Dia menunda terbenamnya matahari hingga kemenangannya diwujudkan Yusya dan pasukannya. Yusya mampu membuat matahari tertahan untuk tidak terbenam, namun hanya dengan kuasa Allah SWT melalui doanya.
Kisah
ini diceritakan Nabi Muhammad SAW. Dari
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Salah seorang Nabi berperang.
Dia berkata kepada kaumnya, ‘Jangan mengikutiku orang yang menikahi wanita
sementara dia hendak membangun rumah tangga dengannya dan dia belum
membangunnya dengannya, dan tidak juga seorang yang membangun rumah tapi belum
melengkapi atapnya. Tidak pula orang yang telah membekali kambing atau unta
betina yang bunting sementara dia menunggu kelahirannya.’ Lalu nabi itu
berperang. Dia mendekati sebuah desa pada waktu shalat ashar atau dekat waktu
ashar. Maka dia berkata kepada matahari,
‘Sesungguhnya kamu diperintahkan dan akupun diperintahkan. Ya Allah, tahanlah
matahari untuk kami.’ Matahari tertahan dan mereka meraih kemenangan. (HR
Bukhari dan Muslim)
Dalam
kisah tersebut diceritakan juga bagaimana pasukan dari Yusya menggelapkan harta
rampasan perang. Memang, umat terdahulu tidak diperbolehkan menggunakan harta
rampasan perang. Hanya umat Nabi Muhammad SAW yang diperbolehkan Allah untuk
menggunakannya. Sementara pada umat-umat sebelumnya, harta rampasan perang
harus dikumpulkan kemudian akan diturunkan api dari langit untuk membakarnya.
“Lalu
dia mengumpulkan harta rampasan perang. Maka datanglah api untuk melahapnya
tetapi ia tidak bisa memakannya. Nabi itu berkata, ‘Ada di antara kalian yang
menggelapkan harta rampasan perang, hendaknya dari masing-masing kabilah ada
satu orang yang membaitku.’ Maka tangan seorang laki-laki menempel dengan
tangannya dan dia berkata, ‘Kalian menggelapkan rampasan perang.’ Maka mereka
datang menyerahkan emas sebesar kepala sapi. Mereka meletakannya lalu datanglah
api dan memakannya. Kemudian Allah menghalalkan harta rampasan perang bagi
kita. Dia mengetahui kelemahan dan ketidakmampuan kita, maka Dia menghalalkannya untuk kita.” (HR Bukhari
dan Muslim).
Semoga
informasi ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang Islam.
Terimakasih sudah membaca.
Sumber Dari : http://www.infoyunik.com
0 comments:
Post a Comment