RSS
Container Icon

::. Suara Hati Ketika Suamiku Ingin Menikah Lagi .::


Ini adalah ungkapan suci seorang istri ketika mendengar permohonan ijin dari suaminya untuk menikah lagi. Istri mana yang rela suaminya menikah lagi dan membagi cinta untuk dua wanita? Rasanya tidak ada seorang wanita pun di dunia ini yang ingin diduakan, apalagi diduakan di depan mata.

Rasanya duniaku runtuh ketika mendengarmu, suamiku tersayang, meminta ijinku untuk menikah lagi. Membayangkan dirimu, lelaki yang paling kusayangi, membagi segala bentuk cinta, perhatian, dan kebahagiaan lainnya dengan wanita lain bukan hanya membangkitkan rasa cemburuku, tapi juga rasa sakit hati tak berujung. Jangan protes jika aku merasa begitu cemburu, hatiku sudah seperti disayat sembilu mendengarmu ternyata akan segera membagi cintamu.

Jangan memprotesku yang memiliki sejuta cemburu, wahai suamiku. Cemburuku ini adalah bukti nyata besarnya rasa cinta yang kumiliki untukmu. Cintaku sudah tidak perlu lagi kau ragukan. Aku begitu menghormatimu sehingga secepat kilat aku mengoreksi diriku sendiri. Apa sebetulnya kurangku hingga membuatmu berpaling kepada wanita lain. Apa saja kelemahan diriku yang membuatmu harus melabuhkan separuh hatimu untuk wanita lain. Rasanya semua upaya sudah aku kerahkan untuk membahagiakanmu, namun akhir yang harus aku terima tetaplah dimadu.

Sepanjang malam aku memikirkan jawaban atas pertanyaan tersulit yang kau lontarkan. Apa yang harus kukatakan untuk menjawab pertanyaan yang sebetulnya sangat tidak ingin aku jawab itu? Suamiku tercinta, tidak ada seorang wanita pun di dunia ini yang ingin cintanya dibagi dengan wanita lain. Tidak akan ada wanita yang rela melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain di depan mata. Sebelum kau melakukannya, duhai suamiku, pernahkah kau mencoba berada di posisiku dan menjadi aku? Maukah kau diduakan olehku? Tahukah kau bagaimana perasaanku? Membayangkannya saja aku sudah tak mampu, bagaimana aku harus melaluinya?

Kodratku sebagai wanita tentu menolaknya. Aku tidak mau membagi suamiku baik secara fisik maupun secara emosional dengan wanita lain. Pernikahan kita adalah tentang kita berdua, bukan tentang dia. Bagaimana mungkin kau tega memasukkan sosoknya di kebhidupan kita? Nanti, apakah rasa bahagiaku masih bisa sama? Bisakah kau memberikan jaminan cinta yang sama rata antara aku dan dia? Ribuan pertanyaan menyerang otak dan batinku. Rasanya batinku tidak lagi mampu memikirkan jawaban pertanyaanmu.

Tibalah hari di mana aku harus menjawab pertanyaanmu. Kukembalikan batinku kepada Tuhanku. Bahasa iman menggugah kesadaranku kembali. Aku harus menguatkan diriku dan diri suamiku. Kuyakinkan diriku bahwa ini semua sudah diatur oleh Tuhan. Jika aku memprotesnya, sama saja dengan aku memprotes keputusan Tuhan. Jodoh sudah digariskan oleh Tuhan dan jika jodoh wanita itu adalah suamiku, apakah aku harus menyalahkannya? Suamiku telah bertahun-tahun menjadikan aku ratu di hidupnya, maka tidak seharusnya aku menyebutnya sebagai pengkhianat atas segala rasa kasih sayangku.

Aku memutuskan untuk mengatakan "ya, aku mengijinkanmu menikah dengan wanita itu." Semoga ketika kau telah bersamanya, akan ada penghargaan lebih atas kebersamaan kita. Dan aku pastikan kau tidak akan merasa ditinggalkan olehku. Aku tahu bebanmu akan terasa lebih berat ke depannya karena akan sangat sulit bagimu untuk memilih. Maka aku tak akan membawamu pada posisi memilih.

Sekaranglah saatku untuk membuktikan padamu bahwa aku pantas menjadi perhiasan terindah yang pernah kau miliki dengan sebentuk cinta yang aku miliki. Aku buka pikiranku dengan keikhlasan. Dan keikhlasan itu akhirnya berbuah pikiran bahwa engkau bukanlah milikku yang abadi.

Semoga kelegaan hatiku dan kemuliaan niatmu bukan hanya sekedar omong kosong. Semoga seua itu akan menjadi bukti nyata pernyataan cinta kita yang hanya karena Tuhan. Dan kini, aku mempersembahkan wanita itu untukmu. Benar- benar sebuah akhir yang sangat melegakan bagi sebuah kecintaan yang hanya karena Tuhan.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments: