Rashid Faddah
dan Dalia Shurrab, telah mengikat janji untuk menikah sejak tiga tahun lalu di
Gaza, Palestina. Namun mereka hingga kini tidak bisa menjalani kehidupan
berumah tangga, karena blokade Israel.
Rashid Faddah dan Dalia Shurrab |
Rashid yang tinggal di Tepi Barat tidak bisa menjemput kekasihnya di Gaza, untuk menikah dan tinggal bersama dirinya. Padahal, pria 35 tahun itu telah membeli apartemen sederhana di Nablus untuk tempatnya tinggal bersama gadis pujaan hatinya itu.
Dalia, terjebak
di Khan Younis, Jalur Gaza. Tidak bisa kemana-mana, terutama ke Nablus, karena
blokade Israel pada tahun 2007 mencegah perpindahan warga keluar dari Gaza.
Israel
berdalih, kebijakan tersebut untuk menghukum Hamas yang mereka anggap
organisasi teroris. Akibat blokade ini, ribuan warga Gaza tidak dapat bertemu
keluarga mereka, termasuk pasangan, yang ada di Tepi Barat.
"Kawan-kawan
saya mengatakan 'bisakah kau menikahi seseorang yang tidak berasal dari Gaza?'
Saya katakan pada mereka bahwa Dalia adalah wanita pilihan saya," kata
Rashid, dikutip dari The Independent.
Rashid pernah
berada di satu titik dimana dia ingin pindah ke Gaza yang tengah dilanda
perang. Namun Dalia melarangnya. Alasannya bukan hanya karena Gaza sangat
berbahaya, namun Rashid kemungkinan akan jadi pengangguran di wilayah itu
karena lapangan pekerjaan yang terbatas.
Kisah cinta
mereka dimulai pada tahun 2011. Keduanya adalah bagian dari program pertukaran
pemuda di Nablus. Saat itu, Dalia tidak bisa mendatangi acara itu karena izin
bepergian ditolak oleh Israel.
Akhirnya,
sekelompok pemuda ini menjalin hubungan di internet. "Kami mulai berbicara
di grup, kemudian berlanjut ke percakapan pribadi, dan menemukan bahwa kami
punya banyak kesamaan," kata Rashid.
Satu hari,
Rashid mendapati di Facebook bahwa Dalia sedang berada di Yordania. Lantas saja
dia meluncur ke negara itu untuk menemui wanita yang sudah membuatnya mabuk
kepayang.
Di tempat itu,
Rashid melamar Dalia dan meminta izin pada ayahnya. "Itu saat kami serius.
Saya menelepon orang tuanya di Gaza dan meminta izin untuk menikahinya,"
kata Rashid.
Ditanya soal
kelebihan Dalia yang memikat hatinya, Rashid menjawab, "dia cerdas, lucu,
ramah, berpendidikan dan punya ambisi. Dan dia juga baik."
Sementara Dalia
mengaku menyukai Rashid karena pria itu memandangnya dengan hormat, berbeda
dengan pria lainnya.
"Dia
menghargai pemikiran, hobi dan cita-cita saya. Dia tidak membuat saya merasa
gemuk dan buruk seperti kebanyakan masyarakat melabeli wanita yang kelebihan
berat badan. Dia melihat saya sebagai wanita yang spesial dan cantik,"
tutur Dalia.
Rashid dan
ayahnya nekat mengunjungi Gaza pada tahun 2012 dengan mengambil jalur memutar
melalui Mesir dan Yordania. Mereka berdua menandatangani surat perjanjian untuk
menikah.
Walikota
Nablus, Ghassan Shala, mengatakan pada keluarga Rashid bahwa Dalia akan ada di
pelukan mereka di Tepi Barat dalam hitungan bulan.
Namun tiga
tahun telah berlalu, dan 20 surat permohonan perjalanan telah dilayangkan, dan
pasangan itu belum juga bisa bersama. Bahkan Presiden Mahmoud Abbas juga telah
diminta tolong, tapi hasilnya nihil.
Dalia dan
kawan-kawannya meluncurkan kampanye di Facebook mencari dukungan dari dunia
Arab untuk cinta mereka. Laman tersebut telah mendapatkan dukungan dari 40 ribu
orang, mayoritas mendukung perjuangan Dalia dan Rashid untuk bersatu.
Satu-satunya
cara Dalia dan Rashid berkomunikasi adalah melalui telepon atau Skype. Dalia
sempat terpikir untuk menyerah. Namun dukungan di Facebook mendorongnya untuk
tetap memperjuangkan cintanya.
"Ulang tahun Rashid dua hari lagi. Saya kira kami akan merayakannya melalui telepon karena listrik mati," keluh Dalia.
"Ulang tahun Rashid dua hari lagi. Saya kira kami akan merayakannya melalui telepon karena listrik mati," keluh Dalia.
Sumber Dari : http://www.cnnindonesia.com
0 comments:
Post a Comment