Suatu malam,
seorang anak perempuan berusia 24 tahun dan ibunya sedang bertengkar. Sebut
saja nama anak itu adalah Putri. Putri kesal karena ibunya dianggap tidak
pernah mengerti apa maunya. Pertengkaran itu membuat Putri nekat meninggalkan
rumah dan tidak membawa apa-apa kecuali telepon genggam miliknya.
Saat
hari makin malam, Putri sadar kalau dia belum makan malam. Perutnya sudah mulai
lapar dan perih, namun dia tidak membawa uang sepeserpun dan tidak membawa kartu
ATM yang ada di dompetnya. Saat sedang duduk di pinggir jalan raya, ada seorang
ibu yang menepuk pundaknya. Ibu itu adalah pedagang soto ayam di pinggir jalan.
"Nak,
wajahmu pucat, apa kamu belum makan?" tanya sang ibu penjual soto.
Putri
tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.
"Kalau
begitu masuklah ke kedai saya, dan makanlah,"
"Saya
tidak punya uang, bu," ujar Putri.
Sang
ibu penjual soto tersenyum dan meminta Putri tetap masuk ke dalam kedai
makannya yang sederhana. Ibu itu bilang tidak perlu membayar karena Putri
mengingatkannya pada anak perempuan si ibu yang sedang kuliah di luar kota.
Putri
menurut dan masuk ke dalam kedai soto. Dia mendapat semangkuk soto ayam lengkap
dengan nasinya. Putri langsung terharu dan bersyukur karena dia bertemu dengan
ibu yang sangat baik dan mau memberinya makan gratis. Soto itu langsung dimakan
dengan hati gembira. Putri berpikir betapa baik ibu ini, lebih baik dibanding
ibunya.
"Terima
kasih, bu. Saya sudah kenyang," ujar Putri ketika sotonya sudah habis.
"Ibu baik sekali, berbeda dengan ibu saya. Tadi saya bertengkar dengannya
dan memutuskan pergi dari rumah," lanjut Putri.
Sang
ibu penjual soto tersenyum.
"Ibu
baik sekali, padahal ibu adalah orang asing yang tidak kenal dengan saya,
tetapi ibu memberikan makan malam gratis untuk saya,"
Penjual
soto itu langsung duduk di depan Putri, wajahnya teduh dan senyumnya sangat
bijaksana.
"Jadi
menurutmu, ibu baik karena memberi satu mangkuk soto gratis ini?" tanya si
ibu.
Putri
mengangguk.
"Apakah
kamu pernah menghitung berapa mangkuk makanan gratis yang sudah diberikan ibumu
setiap hari?" tanya sang ibu penjual soto.
Putri
tersentak mendengar pertanyaan itu.
"Anakku,
kamu tersentuh dengan kebaikan ibu, tapi ibu yakin, ibumu jauh lebih baik
dibanding ibu. Penahkah kamu hitung berapa malam yang dia habiskan untuk
menahan sakit saat mengandungmu, saat mengganti popokmu, saat kamu haus minta
ASI, saat kamu sakit? Ibumu yang melakukan semua itu, bukan ibu, ibu hanya
memberi semangkuk soto, tidak ada apa-apanya dibanding apa yang sudah ibumu
berikan untukmu,"
"Kalau
sekarang kamu merasa kesal dengan ibumu, karena saling salah paham, karena
tidak saling mengerti keinginan masing-masing, cobalah untuk berbicara lebih
baik dengannya. Saat kamu tumbuh dewasa, ibumu semakin bertambah tua. Kamu yang
seharusnya makin banyak mendengarkan dan memahaminya,"
"Soto
ini memang pemberian ibu, tapi ibu yakin, soto ini adalah doa ibumu yang
terkabul, agar kamu tidak kelaparan malam ini," ujar sang ibu penjual soto
sambil tersenyum. "Pulanglah ke rumah, ibu yakin, ibumu sedang cemas
menunggumu," lanjutnya.
***
Seringkali
kita berpikir bahwa ibu adalah orang yang cerewet, keras kepala, dan banyak
maunya. Tapi di balik itu semua, seorang ibu selalu memberi yang terbaik untuk
anaknya dan mendahulukan doa untuk anaknya. Ketika Anda makin dewasa, ibu Anda
semakin tua. Ketika Anda makin kuat, ibu Anda makin lemah.
Maka
rangkullah ibu Anda, dengarkan cerita-ceritanya, kalaupun ada hal yang tidak
menyenangkan darinya, katakan secara halus. Sayangi ibu Anda, selagi Tuhan
masih memberikan waktu itu kepada Anda.
Sumber Dari :https://www.facebook.com
0 comments:
Post a Comment