Catatan Terakhir Claudia |
Namanya Santa Maria
Claudia, anak usia 8 tahun, yang diajak bunuh diri oleh sang
ayah, Oktavianus Cahyo Saputro, masih menjadi perbincangan hangat
para tetangga Sri Lestari, ibu kandung Claudia. Perempuan yang membantu
kakak iparnya berjualan soto di Jalan Adisumarmo, Kartasura - Sukoharjo, itu
dalam keseharian memang terlihat pendiam. Sejak kematian suami dan puteri
semata wayangnya, perempuan berusia 34 tahun itu belum terlihat lagi karena
warung soto sang kakak, menurut pantauan Si Momot, juga belum buka hingga hari
ini.
Sehari-hari, Sri Lestari
tampak tekun membantu sang kakak, Bambang, yang beristerikan Tanti, berjualan
soto di Warung Soto Gobyoss di sebelah utara SMPN 1 Kartasura, Sukoharjo. Tak
banyak yang tahu bahwa Sri Lestari baru saja bercerai dari sang suami, Oktavianus
Cahyo Saputro (36 tahun).
Catatan terakhir Claudia
sebelum meninggal dalam aksi bunuh diri yang dilakukan ayahnya, Jumat
(20/3/2015) malam. (KOMPAS.com/M Wismabrata)
Sri tidak mau mengungkapkan
alasan dirinya minta bercerai dari sang suami, tetapi pembicaraan yang
berkembang di antara para tetangga di RT.4/RW.2 Ngabeyan Kartasura,
sebagaimana disampaikan salah satu warga kepada Si Momot, sang
suami diketahui menjalin hubungan dengan perempuan lain yang beralamat di
seputaran Manahan Solo.
Apapun alasan perceraian
itu, sang anak ikut menjadi korban. Santa Maria Claudia tewas
setelah disertakan sang ayah, Oktavianus Cahyo Saputro, menabrakkan diri
ke kereta api yang sedang malaju kencang pada Jumat (20/3/2015) malam sekitar
pukul 21.10 WIB di dekat perlintasan Brengosan, Manahan, Solo.
Cahyo nekat bunuh diri
dengan mengajak putri semata wayangnya menabrakkan diri ke kereta api Gajayana
jurusan Solo-Jakarta yang sedang melaju kencang. Dia diduga sangat menderita
setelah gagal mendapatkan hak asuh dalam sidang perceraian yang sedang
dijalaninya.
*** Surat Kerinduan Claudia ***
Sebelum meninggal, Claudia
sempat menuliskan kerinduan untuk bisa bersama lagi dengan kedua orangtuanya di
buku hariannya. Secarik kertas berwarna merah muda yang bertuliskan “catatan”
di bagian atasnya adalah milik Claudia.
Di dalam catatannya
tersebut, gadis mungil itu mengungkapkan bahwa dia baru saja berulang tahun
ke-8. Claudia lalu bertutur bahwa dirinya begitu sedih saat mengetahui proses
perceraian kedua orangtuanya.
“… Aku sedih sekali, papa mamahku akan berpisah, aku sedih sekali dan aku tadi makin sedih, aku kangen mama dan aku bisa cuma bedoa kepada Tuhan, dan aku senang bisa bertemu mamah…” demikian tertulis.Dalam catatan terakhir itu pula, Claudia menulis harapannya.
“… Tadi malam ulang tahunku ke-8 tahun, aku sangat senang sekali. Semoga tambah sehat tambah pintar dan semoga bahagia selalu tidak boleh sedih,” tulisnya.
Surat itu, seperti dirilis Kompas.com, ditulis Claudia sehari
setelah ulang tahun dirinya pada tanggal 21 Desember. Saat itu, dia harus
tinggal bersama ayahnya dan hanya bisa bertemu dengan ibundanya saat pulang
sekolah. Selama proses perceraian, Claudia dilarang oleh sang ayah untuk
bertemu dengan ibunya.
Kepolisian menyebutkan,
Claudia memang diajak bunuh diri bersama ayahnya. Bocah yang masih mengenakan
baju tidur berwarna putih dengan motif bunga itu mengalami luka parah di bagian
kepala. Tubuhnya terempas belasan meter dan terseret kereta api.
Warga sempat menolong
Claudia. Namun, dia meninggal sebelum sampai di RS Kasih Ibu, Solo. Sementara
itu, Cahyo tewas di lokasi kejadian karena luka parah di sekujur tubuhnya.
Beberapa saksi mata mengaku
melihat Cahyo membopong putrinya berjalan ke rel kereta api saat KA Gajayana
melaju kencang.
Pihak keluarga Sri Lestari
masih tidak percaya dengan peristiwa yang merenggut nyawa Claudia dan ayahnya
itu. Semenjak pulang merantau dari Bali, Cahyo dan istrinya memang kerja
serabutan.
Sri Lestari bekerja di
warung soto kakaknya, sedangkan Cahyo sempat bekerja di sebuah pabrik. Sejak
saat itu, hubungan keduanya mulai merenggang. Cahyo berpisah dengan istrinya
yang kemudian tinggal bersama dengan kakaknya. Claudia pun tinggal bersama Cahyo.
“Sejauh saya mengenal
saudara ipar saya, Cahyo, memang sangat sayang kepada Claudia. Menjelang
putusan pengadilan, ayahnya tidak terima apabila Claudia diasuh ibunya, bahkan
sempat mengancam akan melakukan apa pun agar bisa mengasuh anaknya tersebut,”
ujar Bambang, kakak ipar Cahyo.
Pihak keluarga sudah
berusaha untuk mendamaikan keduanya agar tidak bercerai. Namun, keinginan Sri
Lestari untuk berpisah dengan suaminya tidak terbendung.
Kisah Claudia adalah kisah
memilukan dampak sebuah perceraian bagi seorang anak. Apapun alasan sebuah
perceraian maka biasanya anaklah yang menjadi korban.
Sumber Dari : http://simomot.com
0 comments:
Post a Comment