Pada Perang Badar, Allah SWT telah memuliakan Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu dan orang-orang yang dianiaya olehnya. Dia
menjadi tuan, Maha benar Allah tatkala berfirman,
“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).” (QS. Al-Qashash: 5)
Perang Badar (Ilustrasi) |
Adapun
Umayyah bin Khalaf, kesudahannya adalah akhir kehidupan paling buruk dan paling
mengerikan. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk melemparkan bangkai kaum musyrikin
ke dalam sumur Badr, hanya saja Umayyah adalah orang yang gemuk, dia membengkak
seketika itu juga. Tatkala akan diceburkan ke sumur dagingnya mengelupas, maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyatakan, “Biarkanlah dia.” Lantas mereka membiarkannya di
tempatnya dan menimbuninya dengan tanah, hingga terpendam.
Rasulullah
SAW melaknat mereka saat beridiri, sambil menyebut nama-nama mereka seraya berkata,
“Apakah kalian telah mendapati apa yang dijanjikan oleh Rabb kalian?!”
Sungguh
indah, apa yang diungkapkan penyair Rasulullah SAW yaitu Hassan bin Tsabit dalam
menggambarkan orang-orang yang dimasukkan ke sumur, dia berkata dari sebuah
syair yang panjang. Kami pilih darinya bait-bait berikut ini:
Rasulullah
memanggil mereka ketika kami melempar bangkai mereka secara bersama-sama ke
dalam sumur. Bukankah kalian mendapati perkataanku benar dan siksa Allah
menyentuh sampai ke hati. Mereka bisu, seandainya mereka berucap niscaya akan
mengatakan. Engkau benar dan engkau pemilik ide yang jitu.
Orang
kuffar Quraisy kembali ke Mekah dalam keadaan murung penuh dengan kesusahan
serta kekalahan yang telak. Yang pertama kali tiba dengan membawa kekalahan
kaum musyrikin dan bencana mereka, adalah al-Husaiman bin Abdillah al-Khuza’i,
dialah yang menyesali terbunuhnya orang-orang terhormat Quraisy seraya berkata,
“Utbah telah terbunuh, demikian pula Syaibah, Abu Jahal, dan Umayyah. Kemudian
dia menyebut-nyebut para petinggi itu.”
Shafwan
bin Umayyah bin Khalaf berkata, sedang dia duduk dalam kamar bersama sekelompok
orang dari Quraisy, “Demi Allah orang ini tidak berakal, hatinya telah terbang.
Tanyakanlah kepadanya tentang aku, sesungguhnya aku mengira dia akan
menyebutku.”
Sebagian
mereka berkata kepada al-Husaiman, “Apakah engkau mengetahui berita tentang
Shafwan bin Umayyah dan apa yang dilakukannya?”
Dia
menjawab, “Ya, dia sedang duduk di kamar. Sungguh aku telah melihat bagaimana
ayahnya Umayyah bin Khalaf dan saudaranya saat keduanya dibunuh.”
Demikianlah
Allah SWT telah menghinakan Umayyah, kabar kematiannya telah sampai kepada
keluarganya. Dia adalah orang yang hina saat hidup dan ketika mati.
Al-Halabi
rahimahullah menyebutkan dalam
buku sejarahnya, “Telah sampai penghinaan ucapan laknat kepada Umayyah bin
Khalaf melalui lisan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam setelah hijrah ke Madinah, karena Umayyah merupakan
penyebab gangguan Rasul tercinta dan para sahabatnya yang mulia, yaitu
orang-orang yang tertimpa sakit dan demam di awal hijrah mereka. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,
“Ya Allah, laknatlah Syaibah bin Rabi’ah dan Umayyah bin Khalaf sebagaimana
mereka mengeluarkan kami dari tempat tinggal kami, ke tempat yang berwabah.”
Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam
mendoakan Umayyah bin Khalaf dan sekelompok kaum musyrikin tatkala mereka
menyiksa Beliau di Mekah. Mereka semua terbunuh di Badr, karena itu di hari
Badr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam berdiri di atas sumur seraya mengajak mereka berbicara dengan
menyebut nama-nama mereka, “Wahai ‘Utbah bin Rabi’ah, wahai Syaibah bin
Rabi’ah, wahai Umayyah bin Khalaf, wahai Abu Jahal bin Hisyam.” Beliau menghitung
mereka seraya bersabda, “Apakah kalian mendapati apa yang dijanjikan oleh Allah
dan Rasul-Nya? Sesungguhnya aku mendapati apa yang dijanjikan Rabbku benar
terjadi (kemenangan).”
Ya,
Maha Benar Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa
sallam, janji Allah Subhanahu
wa Ta’ala benar adanya. Umayyah bin Khalaf memperoleh kehinaan sebagai
imbalan atas apa yang diperbuat oleh kedua tangannya, Dia menjadi salah satu
penghuni Neraka.
Gembong
kekufuran, Umayyah bin Khalaf, salah seorang pemilik hati yang keras dari
kalangan musyrikin Quraisy, termasuk salah seorang yang berbuat keonaran
dan kerusakan di muka bumi dan merusak hubungan antar sesama manusia. Jelas
bagi kita perjalanan hidupnya, tidak tersisa celah dari kesempatan untuk
mengganggu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melainkan Umayyah adalah salah seorang yang paling
berperan di kalangan orang-orang yang berbuat kejam baik dengan perkataan
maupun perbuatan. Maka dia layak menerima siksa paling berat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala di dunia. Dan di
akhirat lebih pedih dan kekal serta lebih dahsyat.
Bagi
orang yang menelusuri pemikiran Umayyah dan kejiwaannya, dia akan
melihat Umayyah meliuk-liuk dalam hal harta yang hina sebagai bahan
pertumbuhannya, dan berkembang pemikirannya. Dia mengira bahwa harta dan
kedudukan, merupakan tonggak kehidupan dan tambatan kemuliaan.
Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhu
menyebutkan bahwa Umayyah bin Khalaf al-Jumahi mengajak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada
perkara yang dibencinya, menjauhkan diri dari orang-orang miskin dan mendekati
para pembesar Mekah. Maka Allah Subhanahu
wa Ta’ala menurunkan firman-Nya:
“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingati kami.” (QS. Al-Kahfi: 28), maksudnya kami tutup hatinya dari menerima tauhid.
“Serta menuruti hawa nafsunya.” (QS. Al-Kahfi: 28), maksudnya syirik.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah
menurunkan sejumlah ayat yang mulia berkenaan dengan Umayyah, memperingatkan
sifatnya yang tercela, mengancamnya dengan neraka. Alangkah buruknya neraka
sebagai tempat kembali. Kemudian menyebut sebagian sifat yang menjadikannya
termasuk penghuni neraka.
Di dalam surat
Al-Lail firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala:
“Maka, kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman).” (QS. Al-Lail: 14-16)
Allah
Subhanahu wa Ta’ala menyifati
Umayyah, bahwa dia orang yang plaing melarat, karena dia mendustakan Alquran
dan berpaling dari ketaatan terhadapnya. Sebagaimana dia mendustakan Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan berpaling dari keimanan kepadanya, bahkan menghalanginya dan mengganggu orang
yang beriman. Allah Subhanahu wa
Ta’ala menyifatinya (orang yang paling celaka), mengkhususkan baginya
siksa yang menyala-nyala dan api neraka paling panas.
Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhu
berkata tatkala menafsirkan firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:
“Tidak ada yang masuk ke dalamnya, kecuali orang yang paling celaka.”
“Orang yang paling celaka adalah Umayyah bin Khalaf dan yang semisalnya dari orang-orang yang mendustakan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Nabi sebelumnya.”
Di
tempat lain dalam Alquran al-Karim, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisyaratkan sifat tercela lainnya yang
ada pada Umayyah, semuanya menunjukkan keburukannya dan sifat pengecut serta
kesewenang-wenanganannya. Dia tukang mengumpat, memfitnah, dan mencela. Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan surat
al-Humazah yang menjanjikan baginya api neraka yang menyala-nyala.
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.” (QS. Al-Humazah: 1-9)Sekumpulan ulama tafsir dan para penulis sejarah menyebutkan, surat ini turun berkenaan dengan Umayyah bin Khalaf.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Utsman dan Ibnu Umar, keduanya berkata: (Mengenai ayat ini)
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.”
“Kami senantiasa mendengar bahwa (ayat inI) turun karena Umayyah Khalaf.”
Ibnu Ishaq rahimahullah berkata, “Umayyah bin Khalaf, apabila dia melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dia mengumpat dan mencelanya.”
Mengenai makna Al-Humazah dan Al-Lumazah terdapat banyak pendapat:
Al-Humazah
adalah orang yang suka mencari aib, orang yang suka mencari cela manusia dan
menghina di depan yang bersangkutan. Al-Lumazah adalah orang yang suka mencela,
menjelakkan nasab manusia dan menghina di belakang yang bersangkutan.
Sebagian
besar para tabi’in serta fuqaha di kalangan mereka, seperti al-Hasan al-Bashri,
Mujahid bin Jubair –atau Jabr- dan Atha bin Abi Rabah rahimahullah berkata, “Al-Humazah adalah yang mencela, menuduh
seseorang di depan orangnya. Al-Lumazah adalah yang mencela seseorang saat dia
tidak ada (menggunjing).”
Inilah
sifat tercela yang ada pada diri Umayyah bin Khalaf, selain mencela dan
mengumpat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, dia pun mencerca manusia dan mencari aib mereka, saat
berhadapan maupun tatkala berjauhan, ialah akhlak terendah, karenanya dia
dibalas –selain dengan kekufurannya- Neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menyala-nyala yang disediakan untuknya
dan orang-orang sepertinya, yakni mereka yang melukan pelanggaran, melampui
batas dan durhak terhadap perintah Rabb mereka, dan tidaklah Allah Subhanahu wa Ta’ala menzhalimi
seorang pun.
Sumber Dari : http://kisahmuslim.com
0 comments:
Post a Comment