Perkenalkan
nama saya Sri. Saya lulusan S1 di IAIN MATARAM NTB, jurusan hukum bisnis Islam.
Saya akan bercerita tentang kisah cinta yang unik, ini adalah kisah cintaku
bersama kekasihku. Semua orang pasti mengenal cinta, pasti merasakan indahnya
cinta, sakitnya cinta, dan ngangenin orang yang kita cintai. Namun cintaku
memang indah dan penuh rintangan yang begitu mendalam, sampai saat ini masih
dan masih terus saya rasakan.
Awalnya
aku mengenal dia lewat telepon yang diberikan nomornya oleh ayah temanku waktu
kuliah dulu. Dia adalah Safwan yang bekerja di malaysia sebagai TKI. Saya tidak
pernh melihat wajahnya, karena kami berkenalan lewat teleponan. Yang saya
dapatkan hanya suaranya yang indah, romantis, penuh perhatian. Setiap hari
menelpon dan sms, saya tidak peduli berapa banyak uang yang dia habiskan untuk
menelpon saya,. Kami berkenalan cukup lama lewat telepon, hampir dua tahun
lamanya.
Selama
hari demi hari, bulan demi bulan, dia tetap menelepon saya, bahkan kami
berkomitmen untuk kejenjang yang lebih serius yakni pernikahan. Hari-hariku
terasa indah dan berbunga-bunga. Setiap hari saya bercerita dengan teman kampus
saya kalau saya akan segera menikah. Teman-teman kuliah saya bertanya dari mana
dan kenapa mereka tidak dipertemukan. Saya berterus terang dan bercerita kalau
saya dan dia kenal lewat telepon dan belum bertatap muka.
Teman teman saya
heran bahkan menegur saya untuk tidak berkenalan dengan orang yang belum kita ketahui
asal usulnya. Namun aku tetap yakin dia adalah jodohku. Karena dekapan
jantungku, rasa cintaku, dan rasa kasih sayangnya sangat mendalam kurasakan.
Bahkan setiap saat aku tetap merindukannya dan berkhayal bisa bertemu dan
memeluknya dengan erat.
Safwan
nama yang indah dan sulit untuk digantikan oleh yang lain. Telepon demi telepon
berjalan dengan lancar, bahkan jika dia tidak sms atau menelepon, saya yang
menelpon dari Lombok. Bayangkan kalau kita telepon keluar negeri banyak uang
yang kita habiskan. Bahkan saya rela berhutang di langganan tempat saya memesan
pulsa. Sampai-sampai lima ratus ribu rupiah saya berhutang pulsa demi dapat
mendengar suaranya. Namun hutang pulsa tidak jadi masalah asalkan saya dapat
mendengar suaranya.
Semua
teman temanku heran bahkan membentakku yang selalu isi pulsa hanya untuk dapat
berhubungan dengan Safwan. Saya tidak menghiraukannya, yang penting saya puas
dengar suaranya. Dengan berkomitmen bila bertemu kami langsung akan menikah,
tak sabar hati menunggu hari bahagia itu bersama Safwan. Dengan berjalannya
waktu, hari, bulan dan tahun akhirnya Safwan sudah cukup kontrak di Malaysia,
dia akan pulang ke Indonesia, dan langsung menikahiku. Tak henti-hentinya ku
bahagia dan bercerita ke teman teman kuliahku.
Saat
persiapannya untuk pulang ke Indonesia, dia menelepon dan bertanya “mau
oleh-oleh apa sayang?” katanya. Aku hanya menjawab “cukup kamu selamat sampai
rumah itu sudah cukup untukku”. Namun dia bersikeras untuk membawakan dan
membelikan hadiah untukku. Akhirnya aku minta di belikan emas dan dia
menyanggupinya. Saya ingat waktu dia akan pulang itu adalah hari Jumat, tanggal
Sepuluh bulan Februari. Dia sudah pesan tiket, terasa hati bergebu-gebu dan tak
sabar untuk melihat nya.
Akhirnya
waktu kepulangannya ke Indonesia sudah tiba. Saat naik bis, dia mengabariku.
Saat turun dari bis, dia memberi kabar. Saat di bandara Kuala Lumpur pun dia
masih memberi kabar. Katanya jam dua belas dia sudah di bandar Lombok. Hatiku
bahagia, bahkan sempat bilang ke dia kalau saya akan jemput dia di bandara
namun dia menolak, “ tunggu aku di kos saja sayang” katanya. Tanpa banyak
komentar saya menunggunya.
Jam
demi jam aku menanti kabar dia, karena sesudah mendapat kabar di bandara Kuala
Lumpur tidak ada lagi kabar tentang dia. Saya menanti-nanti bahkan tidak
mematikan ponsel saya supaya mudah mendengar jika dia sms kalau sudah tiba di
Lombok, namun tidak ada kabar. Hati dan perasaanku hancur bagaikan pecahan
kaca, isak tangisku pun tidak berhenti,
aku menangis dan menangis dan terus bersedih, kesedihan yang sangat mendalam .
Aku
menanti hari esok, esok, esok dan hari sesudahnya, tapi sampai saat ini pun
saya tidak pernah mendapatkan kabar tentang dia. Saya hanya penasaran kenapa
dia, ada apa dengan dia, sehingga tidak memberikan kabar kalau dia sudah sampai
di Lombok. Apa salah saya sehingga dia tidak mau memberikan kabar tentang
dirinya.
Sampai
detik ini saya masih mengharapkan kabar darinya. Tiga hal yang ada di benak
pikiranku, apakah dia cacat, apakah dia sudah punya istri, atau apa dia sudah
meninggal sehingga tidak berani memberi kabar ke saya. Itulah yang menjadi
pertanyaanku selama ini terhadapnya. Aku pun tetap menanti kabar darinya,
sampai detik ini. I Love You Safwan
Sumber Dari : http://ceritaanda.viva.co.id
0 comments:
Post a Comment