Dialah Sa'ad As-Sulami
(Rasulullah SAW memanggilnya Julabib), seorang tokoh pemuda diantara sahabat
Rasul yang berasal dari keluarga terpandang di kabilahnya bani Sulaim. Namun
karena ia berkulit hitam, mereka (bani Sulaim) menolak keberadaan Julabib.
Suatu hari ia datang menghadap Rasulullah SAW.
"Ya Rasulallah, apakah
hitamnya kulit dan buruknya wajahku dapat menghalangiku masuk surga?"
"Tidak, selama engkau yakin kepada Rabbmu dan membenarkan Rasul dan
risalah yang dibawanya..." jawab Rasulullah SAW.
Kemudian Julabib
menegaskan, "Demi Allah, sesungguhnya aku bersaksi bahwa tiada ilah yang
berhak diibadahi selain Allah, dan engkau adalah hamba dan Rasul-Nya. Akan
tetapi Ya Rasulullah, aku telah mencoba melamar wanita yang ada di sekitar sini
dan yang jauh dari sini, dan mereka semua menolakku."
Maka Rasulullah SAW
menungkapkan, "Wahai kekasihku Julabib, Maukah engkau aku nikahkan dengan
seorang wanita yang pandai dan cantik? Tahukah engkau rumah Amr bin Wahb dari
bani Tsaqif? Ia adalah orang yang baru masuk Islam dan memiliki putri yang
pandai dan cantik. Datanglah ke rumahnya dan katakan bahwa aku melamarkan
putrinya untukmu..."
Dengan gembira berangkatlah
Julabib ke rumah Amr bin Wahb r.a. Setelah memberi salam dan masuk ia berkata,
"Betulkah Tuan yang bernama Amr bin Wahb dari bani Tsaqif?"
"Betul..." jawab Amr bin Wahb, "Siapa Anda? Dan apa keperluan
Anda datang menemuiku?" "Aku Sa'ad As-Sulami dari bani Sulaim,
aku datang karena diutus oleh Rasulullah untuk melamar putrimu." jawab
Julabib. Keluarga Amr bin Wahb amat senang mendengar berita itu, karena ia
mengira bahwa Rasulullah yang melamar putrinya. Maka Julabib pun menjelaskan,
"Bukan begitu Tuan...tetapi Beliau saw. memintamu untuk menikahkan aku
dengan putrimu." Amr bin Wahb pun terkejut dan berkata, "Kamu pasti
berdusta..!!!"
Mendengar ucapan yang keras
dari Amr bin Wahb, Julabib pergi dengan wajah murung menemui Rasulullah.
Sementara itu putri Amr bin Wahb yang mendengar percakapan tadi berkata pada
Ayahnya, "Hai Ayah, carilah selamat, carilah selamat! Jangan sampai Allah
dan Rasul-Nya murka dan kau akan dipermalukan dengan turunnya ayat dari langit
tentang perbuatanmu ini. Jika Allah dan Rasul-Nya rela aku menikah dengan orang
itu, maka akupun rela menikah dengannya." Amr bin Wahb pun bergegas pergi
mengejar, dan segera menemui Rasulullah.
Hingga keduanya menghadap kepada
Rasulullah. Kemudian Rasulullah SAW bertanya, "Inikah orang yang menolak
lamaranku untuk kekasihku Julabib?" Amr bin Wahb mengakui, "Benar ya
Rasul, maafkan kekhilafanku karena aku mengira ia telah berdusta. Jika memang
engkau yang memerintahkan, maka aku rela menikahkan putriku dengan pemuda dari
bani Sulaim ini." Seketika itu Rasulullah SAW. pun memimpin pernikahan
Sa'ad As-Sulami (Julabib) dengan putri dari Amr bin Wahb bani Tsaqif.
Kemudian
Rasulullah SAW. berkata pada Julabib, "Pergilah pada beberapa orang
Muhajirin, datanglah kepada Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan dan Ali bin
Abi Thalib." Maka Julabib mendatangi mereka semuanya, Abdurrahman bin Auf
r.a. memberi bahkan dilebihkan, Utsman bin Affan r.a. memberi serta melebihkan,
begitu pun 'Ali bin Abi Thalib r.a. memberi bahkan melebihkan. Julabib telah
mendapatkan ratusan dirham.
Kemudian ia pergi ke pasar
untuk membeli mas kawin, dan beberapa pakaian untuk hadiah kepada istrinya yang
belum sempat ditemuinya. Tetapi mendadak terdengar seruan, "Wahai
kuda-kuda Allah, bergeraklah... bergeraklah...!!!" sebuah tanda seruan
untuk berjihad. Julabib menatap ke arah langit dan berkata, "Ya Allah,
kecantikan istriku mungkin takkan sebanding dengan kecantikan surga-Mu, maka
aku akan memenuhi panggilan jihad-Mu." Maka ia mengembalikan semua
belanjaannya, dan membeli baju besi dan kuda serta tameng untuk berperang dan
segera dikenakannya.
Hingga wajahnya tidak terlihat kecuali hanya kedua
matanya. Ketika tiba dalam barisan, Rasulullah saw mulai mengabsen satu persatu
setiap barisannya. Nampak Julabib yang menghindar dari pandangan Rasulullah
saw. Ketika Rasulullah bergerak ke arah kiri, ia menyelundup ke arah kanan. Dan
begitu sebaliknya. Mungkin Julabib khawatir jika Rasulullah mengetahui
keikut-sertaannya maka Rasulullah akan menyuruhnya pulang untuk menemui
istrinya terlebih dahulu.
Melihat perbuatan Julabib,
Rasul hanya tersenyum. Saat Julabib menyingsingkan lengannya, rupanya Beliau
saw. tahu bahwa itu adalah Julabib, seorang pemuda yang baru saja menikah
tetapi belum bertemu dengan istrinya. Tetapi Rasul membiarkannya. Sementara
orang-orang saling bertanya tentang penunggang kuda baru ini. 'Ali bin Abi
Thalib r.a. berkata, "Mungkin ia datang dari Negeri Syam untuk mempelajari
agamamu dan melindungimu." Tatkala peperangan terjadi, Julabib maju dengan
bersemangat, ia bergerak dengan lincah, menghantam ke kiri dan ke kanan, hingga
kudanya kelelahan. Ia pun turun dari kudanya dan terus bergerak maju dan maju.
Hingga akhirnya peperangan usai.
Ketika pasukan kembali dari medan jihad,
Rasulullah saw bertanya, "Di mana kekasihku Julabib?". Para sahabat
hanya saling pandang seraya bertanya-tanya siapakah Julabib yang dimaksud
Rasul? Rasulullah mengulang kembali pertanyaannya "Di mana kekasihku
Julabib?" seraya berkaca-kaca. Tiga kali pertanyaan itu diungkapkan Rasul,
namun tak ada seorang pun yang tahu tentang kabar dan keberadaan Julabib.
Pasukan pun kembali ke
medan jihad mencari sosok Julabib. Rupanya Julabib telah syahid. Jasadnya
berada di tengah-tengah tujuh mayat orang kafir. Kemudian Rasul berjalan menuju
jasad Sa’ad As-Sulami, diletakkan kepalanya dipangkuannya dan dibersihkannya
dari debu dengan kain. Lantas Rasulullah saw menangis, kemudian tersenyum, dan
kemudian memalingkan wajahnya yang telah memerah. Maka ditanyakanlah, "Ya
Rasulullah, tadi kami melihat engkau begini, begini, dan begini (menangis, tersenyum,
lalu memalingkan wajah)?". Beliau menjawab, "Aku menangis karena aku
akan merindukan seorang Sa'ad As-Sulami (Julabib).
Kemudian aku tersenyum
karena ia sudah menggenapkan separuh agamanya (nikah), hingga aku melihat ia
telah berada di tepian telaga jernih yang tepiannya terbuat dari intan dan
permata (surga). Lalu aku memalingkan wajah karena melihat bidadari berkumpul
dan berlarian menghampiri Julabib, sedang gaunnya tersingkap hingga aku melihat
betisnya. Aku malu melihatnya, karena bidadari itu hanya milik Julabib. Sang Pengantin Surga pun telah syahid. Kemudian Rasulullah saw mengumpulkan
semua barang dan kendaraan milik Julabib untuk diserahkan kepada putri Amr bin
Wahb, seraya berkata, "kataknlah pada Amr bin Wahb, Sesungguhnya Allah
telah menikahkan Sa’ad As-Sulami dengan wanita yang lebih baik dari putrimu
(bidadari surga)." Wallahu a'lam bi shawwab.
Semoga manfa'at dan menjadi
motivasi keimanan.
Sumber Dari : http://bogor43.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment