Pada
zaman Rasulullah SAW jika para sahabat yang mulia bermimpi, biasanya mereka
akan mengadukan dan menceritakannya kepada Baginda Rasul. Suatu malam, seorang
sahabat nabi yang masih remaja bernama Abdullah bin Umar ra., pergi ke Masjid
Nabawi. Dia membaca Al-Quran sampai kelelahan. Setelah cukup lama membaca
Al-Quran, dia hendak tidur.
Seperti
biasa, sebelum tidur dia menyucikan diri dengan cara berwudhu, baru kemudian
merebahkan badan dan berdoa,
“Bismika Allahumma ayha wa bismika amutu; ya Allah, dengan nama-Mu aku hidup dan dengan nama-Mu aku mati.”
Demikianlah,
Baginda Rasul menuntunnya cara tidur yang baik. Sehingga, dalam tidur pun,
malaikat masih mencatatnya sebagai orang yang tidak lalai. Dengan menyucikan
diri, ruh orang yang tidur akan mendapatkan hikmah dan siraman doa para
malaikat.
Sambil
pelan-pelan memejamkan mata, Abdullah bin Umar terus bertasbih menyebut nama
Allah hingga akhirnya terlelap. Di dalam tidurnya yang nyenyak, dia bermimpi.
Dalam
mimpinya, dia berjumpa dengan dua malaikat. Tanpa berkata apa apa, dua malaikat
itu memegang kedua tangannya dan membawanya ke neraka. Dalam mimpinya, neraka
itu bagai sumur yang menyalakan api berkobar kobar. Luar biasa panasnya. Di
dalam neraka itu, dia melihat orang-orang yang telah dikenalnya. Mereka
terpanggang dan menanggung siksa yang tiada tara pedihnya.
Menyaksikan
neraka yang mengerikan dan menakutkan itu, Abdullah bin Umar seketika berdoa,
“A’udzubillahi minannaar. Aku berlindung kepada Allah dari api neraka.”
Setelah
itu, Abdullah bertemu dengan malaikat lain. Malaikat itu berkata, “Kau belum
terjaga dari api neraka!”
Pagi
harinya, Abdullah bin Umar menangis mengingat mimpi yang dialaminya. Lalu, dia
pergi ke rumah Hafshah binti Umar, istri Rasulullah SAW. Dia menceritakan
perihal mimpinya itu dengan hati yang cemas.
Setelah
itu, Hafsah menemui Baginda Nabi dan menceritakan mimpi saudara kandungnya itu
pada beliau. Seketika itu, beliau bersabda, “Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah
bin Umar kalau dia mau melakukan shalat malam!”
Mendengar
sabda Nabi itu, Hafshah bergembira. Dia langsung menemui adiknya, Abdullah bin
Umar dan berkata,
“Nabi mengatakan bahwa kau adalah sebaik-baik
lelaki jika kau mau shalat malam. Dalam mimpimu itu, malaikat yang terakhir kau
temui mengatakan bahwa kau belum terjaga dari api neraka. Itu karena kau tidak
melakukan shalat tahajud. Jika kau ingin terselamatkan dari api neraka,
dirikanlah salat tahajud setiap malam. Jangan kau sia-siakan waktu sepertiga
malam; waktu di mana Allah SWT memanggil-manggil hamba-Nya; waktu ketika Allah
mendengar doa hamba-Nya.”
Sejak
itu, Abdullah bin Umar tidak pernah meninggalkan shalat tahajud sampai akhir
hayatnya. Bahkan, kerap kali dia menghabiskan waktu malamnya untuk shalat dan
menangis di hadapan Allah SWT. Setiap kali mengingat mimpinya itu, dia
menangis. Dia berdoa kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka.
Apalagi
jika dia juga ingat sabda baginda Nabi SAW, “Sesungguhnya penghuni neraka yang
paling ringan siksanya pada hari kiamat adalah seseorang yang diletakkan pada
kedua telapak kakinya bara api yang membuat otaknya mendidih. Dia merasa tidak
ada orang lain yang lebih berat siksanya daripada dia. Padahal, sesungguhnya
siksa yang ia terima adalah yang paling ringan di dalam neraka.“
Dia
berusaha sekuat tenaga untuk beribadah kepada Allah, mencari ridha Allah, agar
termasuk hamba hamba-Nya yang terhindar dari siksa neraka dan memperoleh
kemenangan surga.
Akhirnya, dia bisa merasakan betapa nikmatnya shalat tahajud. Betapa agung keutamaan shalat tahajud. Tidak ada yang lebih indah dari saat-saat ia sujud dan menangis kepada Allah pada malam hari.
Sumber Dari : https://ervakurniawan.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment