Dengan
tersenyum dan bangga anak kecil itu mengatakan, Alhamdulillah seminggu lalu
bapak meninggal karena ditembak oleh pasukan Israel.
Pendidikan
berbasis pesantren adalah pendidikan ala Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam
untuk ‘meyatimkan’ anak-anak supaya lebih cepat mandiri dan dewasa.
Adalah
proses pendidikan yang luar biasa sebagaimana hikmah kehidupan Rasulullah yang
ditinggalkan oleh Abdulllah bin Abdul Muththalib sejak di dalam kandungan, dan
ditinggalkan Siti Aminah di masa kecilnya.
Demikian
disampaikan Praktisi Pendidikan, Rully Cahyo Nufanto, M.KPD saat memberikan
tausyiah di Masjid ar-Riyadh, Pesantren Hidayatullah Balikpapan, belum lama
ini.
Rully
menceritakan sebuah pengalaman seorang dokter dari Malang, sebut saja Dr. Agus
yang pernah bertugas ke Palestina ketika terjadi konflik parah akibat dari
agresi militer Israel ke Palestina tahun 2006.
Dr.
Agus, kata Rully, saat di perbatasan bertemu dengan seorang anak kecil yang
tengah berjualan kopi. Karena merasa iba dan kasihan, akhirnya Agus memanggil
anak kecil tersebut untuk membeli kopi yang dijualnya.
“Padahal,
saat itu sudah jam sebelas malam,” kata Rully.
Saat
itu, kata Rully, setelah membeli kopi anak kecil itu, Dr. Agus bertanya kepada
anak kecil tersebut apakah bapaknya tidak marah manakala dirinya masih
berjualan kopi sementara waktu sudah larut malam.
“Dengan
tersenyum dan bangga anak kecil itu mengatakan, Alhamdulillah seminggu lalu
bapak meninggal karena ditembak oleh pasukan Israel,” kata Rully mengulang
kembali perkataan anak kecil itu.
Kemudian
saat ditanya Dr. Agus tentang ibunya, kata Rully, dengan tenang anak kecil
penjual kopi itu menjawab bahwa ibunya dua hari lalu syahidah menemui ayahnya
di syurga.
“Lalu,
anak kecil itu diminta Dr. Agus untuk ikut ke Indonesia, sebab Dr. Agus
berharap anak kecil tersebut bisa bertemu dengan teman-teman sebayanya,” kata
Rully.
Tetapi,
masih kata Rully, anak kecil itu justru menjawab, “Kalau aku pergi, siapa yang
akan memperjuangkan negeri Palestina ini?”
Dan
ketika hendak beranjak pergi, lanjut Rully, Dr. Agus memberikan uang
pembeliannya dengan uang lebih kepada anak kecil itu. Setelah itu, anak kecil
penjual kopi tersebut pergi, namun tidak lama kemudian kembali lagi menghampiri
Dr. Agus untuk mengembalikan uang lebih tersebut.
“Dr.
Agus tidak mau menerima uang lebih tersebut dan meminta anak kecil itu untuk
mengambilnya saja. Tetapi, anak kecil tersebut tidak mau sambil berkata, saya
ini bekerja bukan peminta-minta,” kata Rully mengisahkan.
Dari
kisah tersebut, Rully berharap lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia
mampu melahirkan karakter sebagaimana yang dimiliki anak kecil penjual kopi
dalam kisah itu. Karena, itulah sejatinya tugas seorang guru maupun orangtua
untuk mengantarkan generasi-generasi yang sholeh dan sholehah maupun
berkarakter.
“Para
santri di pesantren harus bangga serta bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.
Karena insyaallah akan menjadi generasi penerus risalah Islam yang dibawa
Rasulullah,” pungkas Rully.
Sumber Dari : http://www.hidayatullah.com
0 comments:
Post a Comment