Shalawat
serta salam untuk Rasulullah SAW, manusia mulia yang dengan segala
pengorbanannya, dengan segala cinta, dan semua yang beliau berikan pada jalan
dakwah dan ummat, membuat kita sampai detik ini mampu menikmati nikmat Islam
yang sangat luar biasa dahsyatnya.
Bayangkan,
bagaimana Rasulullah SAW dulu harus menerima berbagai caci dan maki, berbagai
hinaan, cemoohan, gunjingan, diasingkan, dikucilkan, bahkan sampai dilukai
secara fisik dan dihina. Namun, betapa besar hati beliau, manusia mulia utusan
Allah SWT, dengan segala kerendahan hati dan penuh cintanya, Rasulullah tak
sedikitpun menyimpan dendam dan malahan memaafkan mereka. Dengan sabar terus berjalan,
perlahan demi perlahan, dengan pertolongan Allah SWT, maka Islam menjadi agama yang
kuat hingga kini. Masya Allah.
Perjuangan
dan keluhuran budi Rasulullah SAW tak hanya membuat para sahabat dan saudara dekat
beliau begitu menghormati dan mencintai beliau, namun juga membuat para
musuh-musuh Islam yang membenci beliau kala itu berbalik menjadi penasaran dan
banyak diantara mereka yang kemudian menjadi mualaf dan bahkan akhirnya menjadi
mujahid dan mujahidah Islam yang luar biasa cinta kepada Islam dan Rasulullah SAW.
Nah, berikut ini adalah beberapa kisah mengharukan sekaligus bisa menginspirasi
kita, dari para sahabat Rasulullah SAW yang rela berkorban demi manusia mulia yang
mereka cintai karena Allah SWT, siapa lagi kalau bukan Rasulullah.
Bilal Bin Rabah / بلال ابن رباح
Siapapun
pasti mengenal sosok ini. Mantan budak berkulit hitam yang dimerdekakan oleh
Abu Bakar serta kemudian masuk ke dalam Islam. Bilal seperti para sahabat yang
lain, dia sangat mencintai Rasulullah. Sejak masuk Islam, Bilal mulai rajin dan
banyak belajar kepada Rasulullah tentang Islam.
Dia
adalah muadzin pertama yang mengumandangkan adzan. Suaranya sangat merdu,
sehingga membuat banyak orang terharu mendengar suaranya dan bergegas
menunaikan sholat. Kematian Rasulullah meninggalkan duka yang mendalam bagi
para sahabat, termasuk Bilal. Kemudian Bilal memutuskan untuk pergi dari
Madinah, kota yang selalu mengingatkannya pada sosok mulia yang amat dia
cintai, yaitu Rasulullah. Bertahun-tahun Bilal pergi, hingga suatu hari Bilal
didatangi Rasul lewat mimpi. Rasul melihatnya dengan prihatin sambil bertanya,
“Ada apa dengan engkau wahai Bilal? Kenapa engkau jadi seperti ini? Tak maukah
engkau mengunjungiku lagi?”.
Bilal
terbangun dan menangis, kerinduan kepada Rasulullah SAW kemudian mendorongnya untuk
kembali ke Madinah dan berziarah ke makam Rasulullah SAW. Setiba di Madinah dan
setelah berziarah ke makam Rasul, dua pemuda mendatanginya. Mereka adalah Hasan
dan Husain bin Ali, cucu Rasulullah SAW yang telah beranjak dewasa. Mereka
berpelukan dengan Bilal yang telah mulai menua dengan penuh kerinduan. Lalu
salah satu diantara mereka meminta Bilal kembali mengumandangkan adzan, karena
mereka ingin mengenang Kakek mereka, Rasulullah SAW. Bilal memenuhi permintaan
mereka, dia kemudian mengumandangkan adzan lagi setelah sekian lama tak
melakukannya.
Ketika
Bilal mengumandangkan lafadz pertama adzan, seluruh Madinah hening. Semua
tertegun, karena suara yang telah lama tak mereka dengar dan sangat mereka
rindukan kini kembali terdengar di Madinah. Bilal terus mengumandangkan adzan
hingga kemudian sampai pada “Asyhaduanna muhammadarrasulullaah..”. Bilal tak
mampu mengucap nama Rasulullah, berulangkali dia mencoba namun dia tak mampu,
karena tangisnya selalu pecah. Seluruh warga Madinah tanpa terkecuali pun
langsung ikut menangis. Hari itu Madinah penuh keharuan karena rasa rindu pada
sosok Rasulullah SAW. Bilal kemudian menghentikan adzannya, adzan terakhir yang tak
pernah dia selesaikan karena tak mampu membendung kerinduannya pada Rasulullah.
Sejak
kepergian Rasulullah SAW, Bilal hanya sanggup mengumandangkan adzan selama tiga
hari. Setiap sampai kepada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi (Aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, ia langsung menangis
tersedu-sedu. Begitu pula kaum muslimin yang mendengarnya, larut dalam tangisan
pilu.
Menjelang
saat-saat kematiannya, pada saat itu Bilal berada di Damaskus. Istrinya berkata
“Benar-benar suatu duka.” Tapi Bilal berkata “Tidak. Katakanlah: Benar-benar
kebahagiaan, karena besok aku akan menemui Rasulullah S.A.W. dan para sahabat.”
Dapatkah
kalian bayangkan, seberapa besar imannya? Dia sedang sekarat, tapi malah merasa
senang karena dengan meninggalkan dunia, maka dia akan bertemu dengan
Rasulullah. Karena Rasulullah S.A.W. bersabda “Dunia ini adalah penjara bagi
orang-orang yang beriman, dan surga bagi orang-orang kafir.”
Abu Bakar Ash-Shiddiq / أبو بكر الصديق
Dia
adalah sahabat terdekat Rasulullah. Diberi gelar Ash-Shiddiq karena dia selalu
membenarkan apa yang diucapkan dan dilakukan Rasulullah. Dia adalah orang
pertama yang langsung beriman begitu Rasulullah menerima wahyu kenabian dan
diperintahkan untuk menyebarkan agama Islam. Dia pula yang selalu mendampingin
Rasulullah kemanapun beliau pergi. Abu Bakar disebut dalam QS. At-Taubah ayat
40, “Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya beerada dalam gua”.
Kala
itu, Abu Bakar dan Rasulullah bersembunyi di Gua Tsur dari kejaran musuh. Dalam
kondisi gelap dan pekat, Rasulullah kelelahan dan Abu Bakar mempersilahkan
Rasul tidur dipangkuannya. Rasul kemudian terbangun dan mendapati Abu Bakar
dalam keadaan pucat dan menangis, namun dia tak bersuara.
Rasul
heran dan bertanya, “Ada apa wahai Abu Bakar?”, kemudian Abu Bakar menjawab,
“Sesungguhmu aku melihatmu tertidur karena lelah maka aku tak berani
membangunkanmu ya Rasulullah, walaupun kemudian harus kutahan ketika ada ular
menggigit kakiku.”. Rasullah kemudian menangis mendengarnya.
Abu
Musa al-Asy’ari mengisahkan, suatu hari dia berwudhu di rumahnya lalu keluar
menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Musa berangkat ke masjid
dan bertanya dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dijawab bahwa Nabi
keluar untuk suatu keperluan. Kata Abu Musa, “Aku pun segera pergi berusaha
menysulunya sambil bertanya-tanya, hingga akhirnya beliau masuk ke sebuah kebun
yang teradapat sumur yang dinamai sumur Aris. Aku duduk di depan pintu kebun,
hingga beliau menunaikan keperluannya.
Setelah
itu aku masuk ke kebun dan beliau sedang duduk-duduk di atas sumur tersebut
sambil menyingkap kedua betisnya dan menjulur-julurkan kedua kakinya ke dalam
sumur. Aku mengucapkan salam kepada beliau, lalu kembali berjaga di depan pintu
sambil bergumam “Hari ini aku harus menjadi penjaga pintu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.” Tak lama kemudian datanglah seseorang ingin masuk ke kebun,
kutanyakan, “Siapa itu?” Dia menjawab, “Abu Bakar.” Lalu kujawab, “Tunggu
sebentar.” Aku datang menemui Rasulullah dan bertanya padanya, “Wahai
Rasulullah, ada Abu Bakar datang dan meminta izin masuk.” Rasulullah menjawab,
“Persilahkan dia masuk dan beritahukan padanya bahwa dia adalah penghuni
surga.”
Sumayyah Bint Khayyat / سمية بنت خياطّ
Sumayyah
adalah mujahidah atau wanita pertama yang syahid di jalan Allah. Dia awalnya
tidak mau memeluk agama Islam, hingga kemudian anaknya masuk Islam, sehingga
dia dan suaminya ikut. Setelah masuk Islam, Sumayyah kemudian menutup auratnya
dengan hijab. Dia menjadi wanita yang sangat patuh dan mencintai Islam. Kaum
kafir Quraisy berang melihatnya. Apalagi Sumayyah dan keluarganya adalah budak
keluarga Abu Jahal.
Abu
Jahal kemudian menangkapnya dan suaminya beserta anaknya untuk disiksa. Mereka
dipaksa untuk mengingkari Allah dan Rasulullah. Namun mereka bertiga tak
bergeming, tetap teguh dengan keimanan mereka. Mereka tak peduli disiksa
bagaimanapun. Hingga kemudian Abu Jahal menghina Rasulullah di depan Sumayyah.
Sumayyah langsung naik pitam karena tidak terima Rasulullah dihina serendah
itu. Dengan berani dia meludahi wajah Abu Jahal dan balik menghinanya serendah
mungkin.
Tentu
saja Abu Jahal naik pitam dan segera mengambil tombak, kemudian menusuk
Sumayyah, serta menusukkan tombak itu pula pada kemaluannya, terus sampai
Sumayyah syahid. Kemudian Abu Jahal dan para pengikutnya juga menyiksa suami
Sumayyah, hingga mengikuti Sumayyah pula untuk syahid di jalan Allah.
Itulah
kisah ketiga sahabat Rasulullah SAW yang begitu mencintai Islam, Allah, dan
Rasulnya. Mereka adalah para ahli syurga yang telah dijamin Allah atas syahid
mereka. Sesungguhnya mereka tidak mati, karena mereka akan hidup kekal di
syurga Allah. Darah mereka harum dan keharumannya akan terus tercium di syurga.
Semoga
kisah-kisah di atas menginspirasi kita, bahwa betapapun beratnya amanah yang
Allah berikan pada kita sekarang, sungguh tak ada apa-apanya dengan perjuangan
Rasulullah dan para sahabat pada jaman dulu dalam membela Islam. Dan tak lupa
selalu kita curahkan shalawat kita pada Rasulullah, manusia mulia yang begitu
mencintai kita, ummatnya, jauh sebelum beliau bertemu kita.
Sumber Dari : http://www.pintusurga.com
0 comments:
Post a Comment