Sering
kita memandangi langit yang indah dengan semburat sinar matahari di pagi hari.
Ia bagaikan kanvas biru yang terhampar luas dengan guratan cat putih lapisan
awan. Kita juga suka menikmati malam purnama dengan pendaran sinar rembulan
yang menerangi ufuk. Cahayanya menancapkan ketenangan tidak menyilaukan, tidak
pula memudarkan keindahan.
Selain
keindahan dan kekokohan langit yang luas tanpa retak itu, pernahkah kita
merenungkan bahwa tempat yang berjarak 500 tahun perjalanan dari muka bumi itu
adalah sebuah negeri dimana makhluk-makhluk mulia tinggal. Ya, di sanalah
tempatnya para malaikat.
Allah
ﷻ
menciptakan malaikat dari cahaya. Cahaya apa? Tidak dijelaskan rincian tentang
hal ini dan kita tidak dibebani syariat untuk mencari tahu tentang hal itu.
Ibunda Aisyah menyampaikan bahwa Rasulullah ﷺ
bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api, dan Adam
diciptakan dari apa yang telah disifatkan kepada kalian (tanah).” (HR. Muslim
no. 2996)
Dan
jumlah mereka sangatlah banyak. Rasulullah ﷺ
bersabda,
مَا فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلَّا وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ
سَاجِدًا لِلَّهِ
“Tidak
ada satu ruang selebar 4 jari, kecuali di sana ada malaikat yang sedang
meletakkan dahinya, bersujud kepada Allah.” (HR. Ahmad No. 21516).
Di
antara hal yang disaksikan Rasululullah ﷺ saat isra
mi’raj adalah
فَرُفِعَ لِي البَيْتُ المَعْمُورُ، فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ، فَقَالَ: هَذَا
البَيْتُ المَعْمُورُ يُصَلِّي فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ، إِذَا
خَرَجُوا لَمْ يَعُودُوا إِلَيْهِ آخِرَ مَا عَلَيْهِمْ
“Kemudian
ditunjukkan kepadaku baitul Ma’mur. Aku pun bertanya kepada Jibril, beliau
menjawab, ‘Ini Baitul Ma’mur, setiap hari ada 70.000 malaikat yang shalat di
dalamnya. Setelah mereka keluar, mereka tidak akan kembali lagi, dan itu
menjadi kesempatan terakhir baginya.‘ (HR. Bukhari 3207 dan Muslim 164).
Artinya
jumlah malaikat itu sangatlah banyak. Lebih banyak dari jumlah manusia. Dan
sejumlah besar malaikat itu dipimpin oleh Malaikat Jibril ‘alaihissalam.
Sebelum
bertutur tentang Jibril, sejenak kita simak beberapa malaikat yang dipimpin
oleh Jibril. Kita rangsang nalar kita dengan mengenal keagungan penciptaan
mereka sebelum kita berbicara tentang yang paling istimewa di antara mereka.
Karena terkadang nalar kita yang lemah ini tidak bisa langsung meloncat
membayangkan dan mentadabburi sesuatu yang paling istimewa sebelum dikenalkan
dengan hal-hal yang istimewa di bawahnya.
Al Qur'an
dan sunnah menyebutkan beberapa malaikat yang hendaknya dikenal oleh kaum
muslimin. Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, Munkar dan Nakir, Raqib dan
Atid, Ridwan dan Malik. Merekalah malaikat-malaikat yang tidak lalai dari apa
yang Allah SWT perintahkan, tidak pula mereka memaksiati Tuhannya.
Para
malaikat adalah makhluk yang terbuat dari cahaya yang Allah ciptakan dengan
sayap-sayap. Allah ﷻ berfirman,
الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ
رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۚ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا
يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Segala
puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai
utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap,
masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada
ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (QS. Fathir: 1).
Di
antara malaikat yang dipimpin oleh Jibril adalah malaikat pemikul arasy.
Pemikul ciptaan Allah ﷻ yang terbesar.
Rasulullah ﷺ bersabda:
أُذِنَ لِىْ أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ مَلاَئِكَةِ اللهِ مِنْ حمَلَةِ
الْعَرْشِ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إلَى عَاتِقِهِ مَسِيْرَةُ سَبْعِمِائَةِ سَنَةٍ.
“Aku
diidzinkan untuk menceritakan tentang salah satu malaikat Allah pemikul arasy,
yaitu antara daging telinga (tempat anting. pen) dengan pundaknya sejauh tujuh
ratus tahun perjalanan.” (HR. Abu Dawud no 4727).
Salah
satu dari pemikul arasy itu adalah Malaikat Israfil sang peniup Sangkakala. Tahukah Anda
besarnya Sangkakala itu? Diameternya adalah antara langit dan bumi. Sedangkan
jarak langit dan bumi adalah 500 tahun perjalan dengan kuda yang tercepat.
Dari
al-Abbas bin Abdul Muthallib, Rasulullah ﷺ
bersabda,
هَلْ تَدْرُوْنَ كَمْ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ؟ قُلْنَا: اَللهُ وَرَسُوْلُهُ
أَعْلَمُ. قَالَ: بَيْنَهُمَا مَسِيْرَةٍ خَمْسَمِائَة سَنَة…
“Apakah
kalian tahu berapa jarak antara langit dan bumi?” Kami (para sahabat) menjawab,
“Allah dan Rasul-Nya lah yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Jarak langit
dan bumi adalah perjalanan 500 tahun…” (HR. Abu Dawud dan selainnya).
Allahu
Akbar! Bayangkan! Betapa agungnya penciptaan malaikat pemikul arasy. Itulah
salah satu malaikat yang begitu besar dan Jibril adalah pemimpinnya.
Malaikat
lainnya adalah Malaikat Malik, penjaga neraka. Pernahkah Anda mendengar hadits
tentang sifat fisik penduduk neraka? Penduduk neraka adalah orang-orang yang
Allah besarkan fisik mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا بَيْنَ مَنْكِبِي الكَافِرِ فِي النَّارِ مَسِيْرَةٌ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ
لِلرَّاكِبِ المُسْرِعُ
“Jarak
antara dua ujung pundak orang kafir di dalam neraka sejauh perjalanan 3 hari
yang ditempuh penunggang kuda yang larinya cepat.” (HR. Bukhari 6551 dan Muslim
2852).
Allah
besarkan jisim mereka agar adzab yang mereka derita lebih maksimal dan lebih
terasa di setiap lekuk dan jengkal tubuhnya. Kalau penduduk neraka sebesar itu,
lalu bagaimana dengan Malaikat Malik, penjaga neraka. Malaikat yang ditakuti
oleh para kriminal dan pendosa penghuni Jahannam itu. Suatu ketika, kelak
penduduk neraka meminta kepada Malik agar menyampaikan kepada Allah supaya
mereka dimatikan saja. Karena tidak tahan dengan pedihnya derita adzab.
وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُم مَّاكِثُونَ
“Mereka
berseru: “Hai Malik biarlah Rabbmu membunuh kami saja”. Dia menjawab: “Kamu
akan tetap tinggal (hidup di neraka ini selama-lamanya)”. (QS. Az-Zukhruf: 77).
Lalu
bagaimana pula hebatnya Malaikat Izrail yang bertugas mencabut nyawa? Malaikat
yang tunggal ini mampu mencabut nyawa manusia di segala penjuru dunia, di ujung
timur dan barat, dalam waktu serentak. Dalam detik yang sama. Dan dia sama
sekali tidak pernah lalai dalam melakukannya. Ia tidak pernah terlambat
mengeksekusi manusia. Tidak juga terlalu cepat. Semua ia lakukan dengan presisi
dan akurasi waktu yang luar biasa tepatnya.
Ya
ilahi.. ya Rabbi.. rasa-rasanya imajinasi kami terlalu uzur untuk membayangkan
agungnya penciptaan para malaikat-Mu. Pemuja akal dan logika pun begitu lemah
berhadapan dengan nash-nash ini. Sehingga menolaknya mereka jadikan solusi
untuk menutupi kelemahan itu.
Berbicara
tentang Jibril tentu akan semakin membuktikan ketidak-berdayaan logika manusia.
Allah ﷻ mengabarkan bahwa para malaikat ada yang
memiliki dua sayap, tiga, empat, atau lebih. Sedangkan akal manusia hanya mampu
menggambarkan mereka dengan dua sayap saja, di kiri dan di kanan. Bagaimana
kalau tiga sayap? Bagaimana kalau empat? Apalagi 600 sayap seperti Jibril.
Rasulullah ﷺ bersabda,
Dari
Ibnu Mas’ud radhialahu ‘anhu,
رَأَى مُحَمَّدٌ ﷺ جِبْرِيْلَ لَهُ سِتُّمِائَةِ جَنَاحٍ قَدْ سَدَّ الأُفُق
“Muhammad
ﷺ melihat Jibril (dalam wujud aslinya pen.).
Ia memiliki 600 sayap yang menutupi langit.” (HR. An-Nasa-i).
Ibunda
Aisyah radhiallahu ‘anha pernah bertanya kepada kekasihnya, Rasulullah ﷺ
tentang dua ayat di dalam Alquran. Yakni ayat dalam surat:
وَلَقَدْ رَآهُ بِالْأُفُقِ الْمُبِينِ
“Dan
sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang.” (QS. At-Takwir:
23).
Dan
surat:
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَىٰ عِنْدَهَا
جَنَّةُ الْمَأْوَىٰ
“Dan
sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada
waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat
tinggal.” (QS. An-Najm: 13-15).
Rasulullah
ﷺ menjawab, “Itulah Jibril yang tidak pernah
kulihat ia dalam wujud aslinya. Kecuali pada dua kesempatan itu saja. Aku
melihatnya turun dari langit, dimana tubuhnya yang besar memenuhi ruang antara
langit dan bumi.” (HR. Muslim, No. 177).
“Rasulullah
ﷺ melihat Jibril dengan bentuk aslinya. Dia
memiliki enam ratus sayap. Setiap satu sayapnya dapat menutupi ufuk. Dari
sayapnya berjatuhan mutiara dan yaqut dengan beragam warna.” (HR. Ahmad No.
460).
Maha
suci Allah yang telah menjadikan pertemuan antara malaikat terbaik dan manusia
terbaik sebagai pembawa syariat-Nya. Adakah kepalsuan yang datang dari Dia yang
Maha Benar, kemudian disampaikan kepada malaikatnya yang al-amin untuk
diwahyukan kepada al-amin dari anak Adam?
Allah
Ta’ala mensifati Malaikat Jibril dengan firman-Nya,
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ﴿١٩﴾ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ
مَكِينٍ﴿٢٠﴾مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ
“Sesungguhnya
Alquran itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril),
yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang
mempunyai ‘Arsy, yang ditaati disana (di alam malaikat) lagi dipercaya.” (QS.
at-Takwir: 19-21).
Juga
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَىٰ﴿٥﴾ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَىٰ
“Yang
diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai akal yang
cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.” (QS. an-Najm:
5-6).
Itulah
kemuliaan Alquran. Malaikat yang paling mulia adalah yang paling layak
mengemban amanah wahyu-Nya dan manusia yang paling mulia adalah yang paling
layak menerimanya.
Di
dalam Shahih Bukhari juga disebutkan, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Nabi ﷺ bersabda: “Jika Allah mencintai seorang
hamba, maka Dia memanggil Jibril dan berfirman bahwasannya Allah mencintai
fulan maka cintailah fulan, dan Jibrilpun mencintainya. Kemudia Jibril pun
mengumumkan kepada penghuni langit, bahwasannya Allah mencintai fulan, maka
cintailah ia, dan para penghuni langit pun mencintai fulan. Kemudian
dikabulkanlah permohonannya di dunia.” (HR. Bukhari).
Ketika
Jibril menyeru kepada para malaikat untuk mencintai seorang hamba, maka seluruh
malaikat penghuni langit akan tunduk kepadanya. Karena dialah Jibril sang
pemimpin Israfil yang perkasa dan pemimpin Malik Khazin neraka. Dialah Jibril
pemimpin malaikat maut yang taat. Dia pula pemimpin Mikail, Ridwan, Raqib, Atid
dan selainnya.
Telah
disebutkan sebelumnya, 15 abad yang lalu Jibril dengan wujud aslinya pernah
turun di langit Mekah, antara langit pertama dan muka dunia. Di dalam Alquran
dan hadits dijelaskan pula bahwa Jibril beberapa kali turun ke bumi untuk
berjumpa dengan kekasih-kekasih Rab-Nya atau menghukum para pendosa yang
durhaka.
Pada
masa kerasulan Muhammad ﷺ,
Jibril pernah menapaki tanah Madinah menemui kekasih Rab-Nya, Muhammad ﷺ.
Ia datang sebagai pengantar kalam Ilahi atau sebagai pendidik para sahabat
Nabi.
Imam
Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari ibunda Aisyah radhiallahu ‘anha
menjelaskan bagaimana wahyu datang kepada Nabi ﷺ.
Aisyah berkata, al-Harits bin Hisyam pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ
يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يَأْتِيكَ الْوَحْيُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْيَانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ
وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَيَّ فَيُفْصَمُ عَنِّي وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ وَأَحْيَانًا
يَتَمَثَّلُ لِي الْمَلَكُ رَجُلًا فَيُكَلِّمُنِي فَأَعِي مَا يَقُولُ
“Wahai
Rasulullah, bagaimanakah cara wahyu sampai kepadamu?” Beliau ﷺ
menjawab,”Terkadang wahyu itu datang kepadaku seperti suara lonceng, dan inilah
yang terberat bagiku, dan aku memperhatikan apa dia katakan. Dan terkadang
seorang malaikat mendatangi dengan berwujud seorang lelaki, lalu dia
menyampaikan wahyu kepadaku, aku pun memperhatikan apa yang dia ucapkan.”
Beberapa
kali Jibril datang kepada Nabi dengan sifat-sifat kemalaikatannya. Keadaan
inilah yang terberat bagi Nabi. Dan terkadang ia datang dengan fisik laki-laki.
Umar
pernah bercerita bahwa ada seorang laki-laki yang mengenakan pakaian putih
bersih dan rambut yang sangat hitam datang menemui Nabi ﷺ.
Tidak ada seorang sahabat pun yang mengenal laki-laki itu, tetapi ia kelihatan
begitu dekat dengan Nabi. Ia bertanya tentang Islam, iman, dan ihsan. Di akhir
pertemuan Nabi bertanya kepada Umar, “Wahai Umar, tahukah engkau siapakah dia?”
“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Jawab Umar. “Sesungguhnya dia Jibril.
Dia datang untuk mengajarkan agama kepada kalian”. Sambung Rasulullah ﷺ
(HR. Muslim).
Ada
salah seorang sahabat Nabi ﷺ
yang Jibril suka menyerupainya saat menjadi manusia. Namanya Dihyah bin
Khalifah al-Kalbi. Dari Anas, Nabi ﷺ
bersabda, “Jibril datang serupa dengan fisik Dihyah. Dan Dihyah adalah seorang
laki-laki yang tampan”. (Siyar A’lamin Nubala, Hal: 554).
Saat
situasi genting di Perang Badr. Umat Islam yang berjumlah tiga ratus beberapa
belas orang dengan tanpa persenjataan lengkap disongsong oleh 950 pasukan
musyrik Mekah dengan perlengkapan perangnya. Jibril datang atas perintah Rabnya
dengan membawa ribuan pasukan malaikat dari langit ke-3.
Rasulullah
ﷺ mengabarkan kepada Abu Bakar,
“Bergembiralah wahai Abu Bakar. Pertolongan Allah datang. Ini Jibril di giginya
ada debu-debu (dari medan perang)”. (Fiqhu ash-Shirah, Hal: 408).
Dalam
hadits yang lain, beliau bersabda,
هَذَا جِبْرِيْلُ آخِذٌ بِرَأْسِ فَرَسِهِ عَلَيْهِ أَدَاةُ الْحَرْبِ
“Ini
adalah Jibril sedang memegang kepala kudanya, dan ia membawa peralatan perang.”
(HR. al-Bukhari, no. 3995).
Bagaimana
kiranya, jika Jibril yang perkasa turut membantu dalam peperangan? Pasukan mana
yang akan menderita kekalahan ketika Allah telah memberikan pertolongan
sedemikian? Saat kemenangan diraih, ribuan malaikat itu tidak serta merta
menghabisi semua musuh yang ada di medan laga. Inilah hikmah agama kita yang
mulia, 950 orang musyrik itu tidak dibinasakan seketika. Perang dalam Islam
bukan berarti membunuh dan membantai. Jika Allah menghendaki, tentu saja ribuan
malaikat dari langit ketiga itu mampu menghabisi mereka semua. Namun di akhir
peperangan hanya 70 orang musyrik yang tewas dan 70 lainnya ditawan.
Ratusan
atau mungkin ribuan abad yang lalu, saat bumi usianya tak setua saat ini.
Jibril bersama Mikail dan Israfil pernah datang kepada kekasih Allah,
Rasulullah Ibrahim ﷺ. Ketiganya datang
memberikan kabar gembira kepada Ibrahim dan Sarah akan kehadiran buah hati
mereka Ishaq. Kemudian ketiganya bertolak menuju kaum Rasulullah Luth. Di
sinilah tajuk Jibril yang perkasa akan kita pahami secara sempurna.
Allah
ﷻ menciptakan banyak makhluk yang lebih kuat
dari manusia. Bangsa jin salah satu di antaranya. Di masa Nabi Sulaiman salah
satu jin pernah menyanggupi permintaan Nabi Sulaiman mengangkat singgasana Ratu
Bilqis sebelum Sulaiman berdiri dari duduknya.
قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ
أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ
Berkata
Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup
membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai
orang-orang yang berserah diri”.
(QS. An-Naml: 38).
قَالَ عِفْرِيتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ
مِنْ مَقَامِكَ ۖ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ
Berkata
Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa
singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya
aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”. (QS. An-Naml: 39).
Kemudian
malaikat membawanya kepada Sulaiman dengan kecepatan dan kekuatan yang lebih
mencengangkan lagi, yakni lebih cepat kedipan mata singgasana Ratu Bilqis bisa
hadir di hadapan Nabi Sulaiman.
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ
أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ
Berkatalah
seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu
kepadamu sebelum matamu berkedip”. (QS. An-Naml: 40).
Para
ulama menafsirkan ayat ini bahwa orang shaleh itu memohon kepada Allah.
Kemudian Allah perintahkan malaikat membawa singgasana Bilqis dari Yaman menuju
Syam (Palestina) yang berjarak 3000 Km hanya dalam kejapan mata.
Kekuatan
manusia pun masih kalah dibanding hewan-hewan ciptaan Allah; Eastern Lowland
Gorila mampu mengangkat beban seberat 2000 Kg, bahkan semut pemotong daun atau
yang kita kenal dengan semut rang-rang saja mampu mengangkat benda 50 puluh
kali berat badannya.
Lalu
bagaimana dengan Jibril? Makhluk ciptaan Allah yang perkasa dan dianugerahi
pula kecerdasan.
عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَىٰ﴿٥﴾ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَىٰ
“Yang
diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai akal yang
cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.” (QS. an-Najm:
5-6).
Jibril
pernah mencongkel bumi seluas lima desa kemudian mengangkatnya ke langit, dan
membalikkannya hanya dengan satu sayap kanannya. Ya, Jibril mengangkat kampung
kaum Nabi Luth untuk mengadzab mereka.
Kaum
Luth adalah kaum pendosa. Mereka telah menyekutukan Allah, mendustakan
Rasulullah Luth ﷺ, berbuat kotor dengan homoseksual yang
belum pernah dilakukan oleh orang sebelum mereka, dan menantang datangnya
adzab.
Kisah
adzab merek bermula dengan kedatangan Jibril, Mikail, dan Israfil dengan sosok
laki-laki tampan dan gagah menemui Rasulullah Luth. Tiga orang tamu yang
rupawan ini membuat Luth merasa cemas, khawatir kalau kaumnya akan mengganggu
mereka.
“Dan
tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa
susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: ‘Ini
adalah hari yang amat sulit’.” (QS.Huud: 77).
Karena
khianat istri Nabi Luth, kehadiran para tamu pun bocor ke telinga kaum gay ini.
Bertambahlah kegelisahan Luth. Beliau yanga sangat memuliakan tamu dan tidak
ingin tamunya terganggu dan tersakiti.
Luth
berkata: “Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku
dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)”. (QS.Huud: 80).
Akhirnya
para utusan itu berkata:
Para
utusan (malaikat) berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan
Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu
pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan
janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu.
Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat
jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah
dekat?”. (QS. Huud: 81).
Dari
sini kita mengetahui, para wali Allah dari kalangan Rasul pun tidak mengetahui
perkara gaib.
Syahwat
syaithoniyah kaum Luth makin membuncah liar tak terbendung. Malam itu, mereka
mencoba mendobrak pintu rumah Nabi Luth. Lalu Jibril memukul wajah-wajah mereka
dengan ujung sayapnya hingga mereka menjadi buta. Dengan terhuyung-huyung
mereka kembali ke rumah. Lalu Jibril memerintahkan Luth agar keluar bersama
orang-orang beriman lainnya. Dan datanglah adzab yang pedih kepada kaum Luth.
Di
pagi hari, Jibril congkel bumi kampung kaum Luth dengan satu sayapnya. Kemudian
ia angkat ke langit pertama dengan segala isinya. Hingga penduduk langit
mendengar jeritan manusia-manusianya, lengkingan suara anjingnya, dan kokok
ayam yang ada di dalamnya. Setelah itu ia balik bongkahan besar itu, bagian
bawah diputar menjadi sisi atas. Lalu dilemparkan kembali ke bumi. Diikuti
hujan batu dari sijjil.
Qatadah
mengatakan, “Sampai kepada kami bahwa Jibril mengangkat bagian tengah desa.
Kemudian ia lemparkan ke langit. Hingga penduduk langit mendengar gongong dan
salak anjing mereka. Bagian-bagiannya pun saling menghancurkan.” (Tafsir
al-Quran al-Azhim, tafsir Surat Hud: 82-83).
Muhammad
bin Ka’ab al-Qurazhi mengatakan, “Kampung kaum Luth itu ada 5 kampung; Sodom
(Arab: سدوم) –inilah kampung terbesar-, Sha’bah (Arab:
صعبة), Sha’wa (Arab: صعوة),
Atsra (Arab: عثرة), dan Duma (Arab: دوما) (Tafsir al-Quran al-Azhim, tafsir Surat
Hud: 82-83).
Allah
al-Aziz Yang Maha Perkasa, bayangkan!! Daratan sebesar lima desa, dicongkel dan
diangkat beigitu saja menuju langit yang tingginya hanya ditakar dengan mata.
Mata yang lemah, yang tidak tahu berapa jarak pastinya. Pohon-pohon, istana dan
bangunan kokoh, manusia dan hewan, serta segala macam isinya melayang ke ufuk
dengan satu sayap makhluk yang perkasa. Jika demikian apalah artinya kita?
Kita
kadang marah kepada Allah Sang Pencipta tatkala ia menurunkan hujan atau
mamaparkan teriknya matahari ke bumi. Seolah-olah kita mampu melawan-Nya. Kita
kadang membusungkan dada, mengkritik hukum-hukum-Nya karena kita anggap kejam
dan tak adil. Kita tidak kenal limit logika kita. Sebagian dari kita juga
sering menyorotkan mata ke langit, protes atas ketetapan takdir-Nya. Padahal
Dialah al-Alim (Yang Maha Mengetahui) dan al-Hakim (Yang Maha Bijaksana).
Dibandingkan Jibril saja, apalah artinya kita?
Sumber Dari : https://kisahmuslim.com
0 comments:
Post a Comment