Anak-anak yang tinggal di desa Atule'er, provinsi Sichuan, China harus mempertaruhkan nyawa bila ingin berangkat ke sekolah. Bagaimana tidak, mereka harus menuruni tebing dengan ketinggian sekitar 1400 meter atau 800 meter dari permukaan tanah, hanya dengan menggunakan tangga dari pohon anggur.
Desa
Atule'er sering disebut sebagai desa tebing karena memang lokasinya berada di
atas tebing tinggi. Itu hanya dihuni oleh 72 rumah tangga dan akses menuju ke
sana sangat sulit. Jangankan
alat transportasi, jalan setapak menuju ke sana saja tidak ada.
Penduduk
desa harus mendaki 17 tangga pohon anggur yang dipasang di tebing bila ingin pergi
ke dunia luar.
Setidaknya
15 anak berusia enam sampai 15 tahun yang merupakan warga desa tersebut,
belajar di sekolah asrama di kaki gunung. Dua
minggu sekali, mereka harus memanjat tangga yang pernah menelan korban jiwa
tersebut.
Mereka
memanjat tanpa alat pengaman sambil membawa tas di punggung. Biasanya, orang
tua mengawal mereka secara bergiliran saat melewati tangga.
Untuk
orang dewasa lincah, mendaki tebing memerlukan waktu 1,5 jam dan saat turun
memakan satu jam. Sebenarnya,
sebuah kereta kabel pernah dibangun untuk menghubungkan desa Atule'er dengan
daerah di kaki gunung.
Hanya
saja, masyarakat tak mampu membayar angsuran listrik untuk menjalankan kereta
sehingga diruntuhkan.
Pemerintah
setempat juga belum mengganti tangga pohon anggur tersebut dengan baja karena
persoalan dana. Begitu
pula untuk membangun jalan menuju desa tersebut yang memerlukan biaya hingga
sekitar 60 juta yuan.
Warga
yang tinggal di sana sangat sedikit, sehingga antara input dan output tidak
sesuai. Padahal, mereka sangat memimpikan adanya sebuah jalan yang
menghubungkan Atule'er dengan dunia luar.
Sumber
Dari: http://jogja.tribunnews.com
0 comments:
Post a Comment