Hartini Soekarno |
Selama
ini, banyak dari kita yang mengetahui bahwa bung Karno merupakan seorang
flamboyan yang memiliki 9 orang istri (walau dalam waktu yang berbeda,
tentunya). Salah satu yang paling teringat di memori masyarakat Indonesia,
tentu saja Ibu Fatmawati. Beliau menjadi ibu negara pertama di negeri ini, dan
menjahit bendera sang pusaka merah putih dengan tangannya sendiri.
Namun
tahukah Anda, bahwa ada sosok keibuan, sederhana dan penuh wibawa bernama
Hartini? Wajahnya penuh kedamaian, senyumnya meluluhkan hati siapa saja yang
melihatnya. Beliau adalah istri keempat bung Karno, yang dipersunting setelah
Fatmawati. Ia bukanlah perempuan dengan pendidikan tinggi luar biasa, apalagi
datang dari keluarga kaya raya.
Hartini
adalah wanita berusia 28 tahun, berstatus janda 5 anak. Anda tentu
bertanya-tanya, apa yang membuat sang putra fajar jatuh hati padanya, bahkan
rela ditolak berkali-kali sebelum akhirnya Hartini bersedia dinikahi?
Perjalanan hidup perempuan yang berpulang di tahun 2002 ini akan membuat Anda
meneteskan air mata, dan belajar bagaimana menjadi perempuan penuh wibawa yang
sesungguhnya.
***
Cinta
yang Berawal dari Semangkuk Sayur Lodeh
Tahun
1952, Bung Karno berkunjung ke Salatiga. Kota kecil yang bersahaja ini
menyambut sang Presiden dengan penuh suka cita. Berbagai hidangan lezat
disajikan, salah satunya adalah menu favorit sang proklamator. Sayur lodeh yang
dibuat sepenuh hati, oleh perempuan anggun dan keibuan bernama Hartini.
Saat
mencicipi sayur khas Jawa itu, Bung Karno langsung jatuh hati. Beliau bahkan
mengungkapkan keinginannya untuk berterimakasih pada sosok yang memasak sayur
lodeh kesukaannya itu. Dengan malu-malu dan wajah menunduk, Hartini maju ke
depan kerumunan. Bisa dibilang, saat itulah cinta pada pandangan pertama Bung
Karno bersemi pada perempuan yang bekerja keras menghidupi 5 orang anaknya
sendirian itu.
***
Hanya
Hartini yang Menolak Pinangan Bung Karno Berkali-Kali
Bung
Karno memang tak pernah memandang apapun saat mencintai seorang perempuan.
Inggit yang lebih tua 12 tahun dan janda, beliau jatuh hati setengah mati.
Begitu pula dengan Hartini, walau berstatus janda 5 orang anak, Bung Karno tak
pernah memusingkannya. Yang beliau tahu, perempuan yang kala itu berusia 28
tahun itu telah mencuri hatinya.
Sikap
Bung Karno yang romantis dan piawai mengambil hati perempuan juga ditunjukkan
pada Hartini. Beliau mengirimkan surat-surat cinta, dengan nama samaran
Srihana. Dalam bait-bait tulisannya, ia menuliskan bahwa: “Tuhan telah
mempertemukan kita Tien, dan aku mencintaimu. Ini adalah takdir.”
Hati
perempuan mana yang tak luluh? Namun bukan berarti Hartini langsung mengiyakan
lamaran Bung Karno begitu saja. Perempuan kelahiran Ponorogo ini bergeming,
karena beliau tahu bahwa sang Presiden telah memiliki istri. Pun ia paham betul
bahwa menjadi istri kedua, beban moralnya sungguh berat luar biasa. Hartini
adalah satu-satunya wanita yang tak langsung berkata iya saat dilamar Bung
Karno, dan Presiden pertama di Indonesia itupun pantang menyerah untuk
mendapatkan hati sang pujaan jiwa.
Hartini
Bersedia Menjadi Istri Kedua, dengan Syarat yang Membuat Bung Karno Menitikkan
Air Mata. Pada
akhirnya, luluh juga hati Hartini. Setelah meminta nasihat pada kedua
orangtuanya, dan memantapkan hati, ia bersedia menikah dengan Bung Karno.
Setelah sang Presiden meminta izin untuk menikah lagi pada Fatmawati, di tahun
1953 akhirnya dua insan yang saling jatuh hati ini meresmikan hubungan cinta di
bawah ikatan suci.
Namun
Hartini tidak serta merta menikah dengan Bung Karno begitu saja. Beliau memberi
syarat yang membuat suaminya itu bergetar hatinya, dan yakin bahwa Hartini
adalah sosok yang benar-benar berwibawa. Perempuan anggun dan sederhana ini
meminta pada Bung Karno tetap menjadikan Fatmawati sebagai first lady. Ia juga
tak ingin Fatmawati sampai diceraikan.
Hartini
juga bersedia menjadi istri kedua, dan menaruh hormat sepenuhnya pada bu Fat,
panggilan akrab Fatmawati. Satu kalimatnya yang membuat semua perempuan
menangis saat mendengarnya: “Saya rela jadi istri kedua, dan jangan ceraikan Bu
Fat. Karena kami sama-sama wanita…”
***
Hartini
Rela Dipoligami, Berkali-Kali
Kala
itu, keputusan Bung Karno untuk memiliki istri lebih dari satu menuai banyak
protes dan kontroversi. Otomatis, nama Hartini juga jadi bulan-bulanan dan
kerap didengungkan sebagai perebut suami orang. Namun apakah perempuan yang
selalu tampak ayu saat memakai kebaya ini protes? Tidak pernah sama sekali.
Beliau
tetap tabah dalam menjalani rumah tangganya bersama Presiden Soekarno. Hartini
paham benar bahwa menerima, diam, dan ikhlas serta bijaksanalah yang menjadi
kunci kebahagiaannya. Beliau mengerti bagaimana cara menyenangkan suami, sampai
Bung Karno mengatakan bahwa Hartinilah istri kesayangannya.
Dengan Perdana Menteri Australia Pada Tahun 1959 |
Seiring
berjalannya waktu, orang nomor satu di Indonesia kala itu tetap jatuh cinta
pada wanita lain. Ada Kartini Manoppo, Yurike Sanger, Haryatie, Ratna Sari Dewi
dan Heldy Djafar datang silih berganti mengisi hati sang negarawan. Hartini
sama sekali tidak cemburu atau membantah, ia selalu memberikan restunya pada
sang suami untuk menikah lagi.
Bukan
tanpa alasan, namun Hartini tahu bahwa kebahagiaan Bung Karno adalah kebahagiaannya
juga. Hingga Bung Karno tutup usia, Hartinilah yang merawat sang suami dengan
sepenuh hati, mulai diusir dari Istana Bogor hingga kritis di Wisma Yaso.
Hartini
mengajarkan kita semua bahwa kebijaksanaan memang begitu susah dilakukan
apalagi jika berbau berbagi. Namun sikapnya yang luwes, lemah lembut dan penuh
kasih, membuat Bung Karno berkata bahwa beliau ingin Hartini kelak dimakamkan
di sampingnya saja. Begitu besar cinta sang putra fajar pada istrinya itu,
menandakan bahwa Hartini tak hanya mau bersanding saat senang, tapi hingga saat
terburuk sekalipun.
Sumber Dari : http://log.viva.co.id
0 comments:
Post a Comment