Sebuah rumah di Jalan Inggit Garnasih Nomor 174, Ciateul, Kota Bandung, Jawa Barat, adalah saksi awal mula kisah asmara Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Sesuai namanya, rumah ini adalah kediaman Inggit Garnasih, istri pertama Soekarno.
Menurut
sejarah yang dikemukakan oleh Romulo, staf Bagian Koleksi Museum Sribaduga,
Soekarno muda tiba di Kota Bandung pada Juni 1921 dengan tujuan berkuliah di
Technische Hoogeschool te Bandoeng atau yang sekarang dikenal dengan nama
Institut Teknologi Bandung.
Melalui
rekomendasi HOS Tjokroaminoto, Soekarno muda dititipkan di rumah salah satu
saudagar dan anggota pergerakan Syarikat Islam Indonesia, Sanusi. Di rumah
Jalan Inggit Garnasih Nomor 174, Ciateul, Kota Bandung, inilah Soekarno
berkenalan dengan Garnasih, istri Sanusi.
Satu
tahun Soekarno muda tinggal bersama Sanusi dan Garnasih dalam satu rumah kecil
dengan 7 ruangan khusus. Akhirnya, bibit cinta terlarang pun tumbuh di antara
Sekarno dan Garnasih.
"Dulu
Ibu Inggit panggil Bung Karno dengan nama Kusno," tutur Romulo, Senin
(8/6/2015).
Disebut
terlarang, lanjutnya, lantaran Soekarno saat itu mencintai istri orang lain.
Bukan hanya itu, usia Soekarno yang pada saat itu masih berusia 21 tahun
terpaut cukup jauh dengan usia Garnasih yang telah mencapai 34 tahun.
Perselingkuhan
antara Soekarno muda dan Garnasih mulai tercium oleh Sanusi. Hingga pada tahun
1922, Sanusi pun menceraikan Garnasih dan merelakannya untuk dinikahi oleh
Soekarno muda.
Setahun
kemudian, pada tanggal 24 Maret 1923 di Bandung, Soekarno akhirnya menikahi
Garnasih secara resmi. Surat nikah antara Soekarno dan Garnasih terpajang di
salah satu sudut di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih.
Ada
hal unik yang tercatat di dalam surat nikah tersebut, yaitu Soekarno dituliskan
berusia 24 tahun dan Garnasih ditulis berusia 23 tahun. Padahal, seharusnya
Soekarno pada saat itu berusia 22 tahun dan Garnasih berusia 35 tahun.
"Karena
ada sebuah kendala, di pengadilan agama pada saat itu tidak memungkinkan istri
lebih tua," ujarnya.
Selain
karena alasan ikhlas untuk dinikahkan dengan sang Putra Fajar, Sanusi
menceraikan Garnasih juga karena alasan lain, yakni menikah kembali dengan
seorang perempuan di Medan, Sumatera Utara.
Masa
pergerakan
Rumah
tangga Soekarno bersama Garnasih berjalan harmonis. Garnasih selalu setia
menemani Soekarno dalam pergerakan rakyat hingga akhirnya Soekarno menjadi
buronan Pemerintah Kolonial Belanda karena dianggap berbahaya.
Pada
masa-masa inilah, Garnasih mendapat nama "Inggit". Karena
kecantikannya, di kalangan pemuda beredar ungkapan "Mendapat senyuman dari
Garnasih bagai mendapat uang seringgit". Kata ringgit kemudian berubah
menjadi Inggit yang kemudian disematkan di depan nama Garnasih.
Inggit
Garnasih juga menemani sang Proklamator saat menjalani masa kelam. Pada tanggal
29 Desember 1929, ketika Soekarno berada di Yogyakarta, ia ditangkap dan
ditahan di penjara Banceuy. Selain itu, Inggit Garnasih juga menemani Soekarno
saat menjalani masa tahanan di penjara Sukamiskin, Bandung.
"Selama
dipenjara di Sukamiskin, Ibu Inggit sangat berjasa karena dia yang
menyelundupkan berbagai informasi kepada Soekarno tentang perjuangan
rakyat," ujar Romulo.
Tidak
hanya itu, Inggit Garnasih juga setia menemani lima tahun masa pengasingan
Soekarno di Ende, Flores, pada tahun 1932 dan di Bengkulu pada tahun 1937.
Keretakan rumah tangga mulai terasa di Bengkulu. Kala itu, Soekarno jatuh cinta
kepada muridnya, Fatmawati.
"Sekitar
tahun 60-an, Soekarno dan Inggit bercerai," tambah Romulo.
Sumber Dari : http://regional.kompas.com
0 comments:
Post a Comment