Berikut
ini adalah kisah nyata mengenai seorang ayah yang menjadi orangtua tunggal bagi
anak semata wayangnya. Ia menjadi orangtua tunggal setelah istrinya meninggal
pasca melahirkan. Dengan hanya bekerja sebagai penarik becak (rickshaw) ia
berjuang untuk membesarkan anaknya.
Organisasi
kesehatan dunia (WHO) kemungkinan akan menerbitkan sebuah buletin berisi kisah
Bablu Jatav, seorang penarik becak berusia 38 tahun dari distrik Bharatpur
India. Shanti istrinya meninggal dunia pada tanggal 20 September tahun lalu
(2012), saat melahirkan Damini, anak pertama mereka.
Karena
Bablu Jatav hidup seorang diri dan jauh dari sanak saudara serta teman yang
dapat dimintai bantuan untuk merawat dan mengasuh bayi perempuannya (Damini)
yang baru berusia 1 bulan ini, maka Bablu pun memutuskan untuk merawat Damini
sendiri sebagai ayah dan sekaligus pengganti ibu bagi anaknya.
Dan
yang memilukan adalah karena tidak adanya orang yang dapat dimintai bantuan
untuk menitipkan Damini saat Bablu bekerja, maka setiap hari Bablu harus
menarik becak sembari menggendong Damini yang baru berusia 1 bulang tersebut
dalam kain gendongan yang diselempangkan di pundaknya, dibawah teriknya panas
matahari di Bharatpur.
Pekerjaan
memandikan anak, menyuapi makanan, memberikan susu, mengganti popok, dan juga
hal-hal lain yang harus dilakukan dalam merawat bayi, harus dilakukan oleh
Bablu disela-sela kesibukannya sebagai penarik becak, seringkali hal ini juga
membuatnya kurang istirahat karena harus menidurkan anaknya setiap kali
terbangun ditengah malam.
Teriknya
matahari debu jalanan serta hiruk pikuk jalanan, membuat Damini sakit parah.
Damini kemudian dilarikan ke sebuah rumah sakit swasta di Jaipur di negara
bagian Rajasthan. Pihak rumah sakit menyatakan Damini menderita gangguan
pernapasan, syok karena pengaruh lingkungan, gagal ginjal, gangguan elektrolit
dan jamur septikemia (suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya patogen dalam
darah)
Bablu
Jatav yang hanya berpenghasilan pas-pasan tentu saja harus berkerja lebih keras
lagi untuk mampu membiayai perawatan Damini, sedangkan untuk menyewa becak saja
ia harus menyisihkan 30 rupee, plus setiap bulan ia secara rutin harus menyisihkan
500 rupee untuk sewa rumahnya, belum lagi biaya hidup hariannya, maka akan
menjadi lebih berat saat ia harus menyisihkan lagi uang tambahan bagi biaya
perawatan Damini.
Berita
mengenai perjuangan Bablu rupanya cepat menyebar di India, hingga situs BBC
Hindi memuat kisahnya. Sehingga datanglah berbagai tawaran bantuan untuk Bablu. Dalam
sebuah wawancara dengan media lokal Bablu mengatakan bahwa ia masih takut
menikah lagi, karena putri semata wayangnya masih kecil, dan ia tidak bisa
mempercayakannya pada orang yang baru ia kenal.
Damini
adalah buah hati yang sangat dinanti-nantikan setelah 15 tahun ia menikah
dengan Shanti. Ia merasa sangat sedih dan terpukul karena Shanti harus pergi
meninggalkannya saat buah hati yang didambakannya hadir. Bablu memutuskan untuk
membesarkan Damini sekuat tenaganya agar kepergian dan pengorbanan Shanti dalam
memberikan buah hati untuknya tidaklah sia-sia.
"Saya
tidak butuh apa-apa bagi diri saya sendiri, semua saya berikan untuk putri
saya. Saya memang buta huruf tapi saya ingin mengirimnya ke sekolah yang baik.
Saya juga ingin memberikan pesan kepada orang-orang yang meninggalkan anak
perempuan, bahwa anak perempuan tidaklah menjadi beban, melainkan berkat Tuhan,
“kata Bablu seperti dikutip dari media First Post.
Pemerintah
daerah wilayah Rajashtan dan beberapa donor swasta berhasil menggalang dana
bantuan untuk biaya perawatan Damini, dan juga memberikan sebuah becak baru
bagi Bablu.
Beberapa
LSM bahkan menawarkan untuk merawat Damini setidaknya untuk 2 tahun kedepan.
Perjuangan
Bablu Jatav, tampaknya menuai hasil yang manis . . . . perjuangan tulus dan
niat baik, mampu mendatangkan kebaikan pula.
Sumber Dari : http://www.astrodigi.com
0 comments:
Post a Comment