“Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman dan keduanya mengucapkan. Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman". (Q.S. an-Naml 27:15)
Nabi Sulaiman a.s adalah
seorang nabi yang kehidupannya banyak diliputi oleh keajaiban-keajaiban. Dari
mulai pengalaman mistisnya hingga kepemilikan kekayaan duniawinya begitu
mencengangkan siapapun. Tentunya sebagai seorang nabi, itu semua adalah karena
mukjizat yang datang dari Allah SWT semata untuk membuktikan kebenaran
kenabiannya, yang memang kondisi pada jaman itu menghendaki seorang nabi
memiliki keajaiban-keajaiban sedemikian.
Berikut ini kisahnya ketika Sulaiman a.s. diajak oleh seorang Raja Jin untuk
mengelilingi langit.
Sejak kecil Nabi
Sulaiman a s. telah diperkenalkan kepada dunia-dunia lain selain dari dunia
ini. Tersebutlah kisahnya ketika ibunda Nabi Sulaiman a.s., yang memiliki
kenalan seorang raja jin yang bernama Thoyib, mengajukan suatu keinginan kepadanya : "Wahai Raja,
mengapa anakku Sulaiman kau diamkan saja, Ajaklah ia berkeliling untuk melihat ke pulau-pulau yang ghaib-ghaib, agar ia tahu
alam yang halus-halus di seluruh samudera dan di seluruh gunung yang penuh
dengan keindahan dan penuh dengan keajaiban yang akan lihat oleh mata biasa itu". Hal itu disebabkan
karena Sulaiman a.s, meskipun masih remaja, akan tetapi sudah diangkat menjadi
seorang raja. banyak tamu-tamu yang berdatangan ke istananya. Ibunya khawatir
menyaksikan Sulaiman kecapaian menghadapi tamu-tamu yang datang silih berganti
itu. Agar anaknya dapat melepaskan sejenak kejenuhan kesehariannya, maka sang
ibunda meminta Raja Thoyib untuk itu. "Apa yang menjadi
kehendak Sang Puteri akan saya laksanakan," demikian Raja Thoyib
menyanggupi permintaan Ibunda Sulaiman.
Mulailah Nabi Sulaiman a.s berangkat bersama Raja Thoyib ke alam lain dengan menunggang kereta kuda
singgasana yang besar yang terbuat dari kaca yang bening seperti gelas,
bercahaya gemerlapan dari kilaunya komala yang indah. Bagian depannya dilapisi emas yang bercahaya pula. Melesatlah kereta kencana Nabi Sulaiman a.s. bersama
Raja Thoyib ke angkasa. Selama 300 tahun perjalanan, apabila dilakukan
oleh makhluk biasa, namun oleh mereka hanya dalam sekejap saja. Tempat yang pertama didatangi adalah hamparan
samudera lautan yang biru bergantung di sebelah atas, terdapat pula
gunung-gunungnya yang membiru. Nabi pun berucap syukur ke hadirat Allah SWT
atas kebesaran alam yang dilihatnya. Ada pula laut yang berwarna kuning,
bergelombang, berombak, ada juga lautan seperti emas bercahaya. Nabi pun
keheranan, serta bertanya kepada Raja Thoyib, "Paman Raja, laut apakah itu yang senantiasa
bercahaya?"
Jawab sang Raja, "Itulah asal muasal segala kencana dari kencana yang telah
diciptakan sebagai keraton Banujin tatkala itu. Dinamakan dengan Sayhub. Adapun
yang senantiasa bergerak-gerak putih bercahaya gemilang itu disebut dengan
Samudera Kisthi, ialah asal-mula perak. Tetapi emas dan perak yang ada di dunia
bukanlah berasal dari sini. Mereka itu bukan dari bumi. la adalah emas dan
perak milik setan Sunu atau anak setan yang sekarang berdiam di tempat itu."
Samudera jin itu kelihatan begitu bening.
Cahayanya berkilauan dan mengeluarkan bau harum. Terletak dekat Samudera Bubur
Kemenyan. Tempat yang lainnya lagi adalah “Telaga Kasturi", beningnya
bagaikan beningnya kaca. wangi dan baunya semerbak di sekitarnya. Ada lagi
Samudera Kembang di dekat tempat itu. Di dalam samudera ini merupakan tempat
berkumpulnya kembang-kembangan dengan bunga-bunganya yang beraneka ragam,
beserta kumbang-kumbangnya. Tempat itu semua merupakan sarana atau tempat
jin dan setan untuk mengambil bahan-bahan wewangian, dan Tuhan apabila
berkehendak akan menyiramkan sari-sari bunga. Seperti hujan air mawar misalnya,
airnya itu akan diambil dari sana, jadi merupakan persedian untuk hal itu. Kemudian
terlihat pula ada gunung-gunung ratna, gunung suwasa, gunung biduri, gunung
angkik berhadapan dengan gunung belerang merah. Gunung kaca gemilang berkilap
jernih. Itu adalah kaca cermin ketika terjadi, apabila terdapat bintang
mendekatinya maka akan menjadi hancur. Apabila kelihatan dari dunia, benda itu
akan memancar dan disebutnva dengan teja sulaksa.
Terlihat lagi sekelebat gunung baja, dan
gunung batu berhadapan dengan kemenyan serta gunung rumput bertebaran amat
sangat luasnya. Gunung rumput itu apabila sewaktu-waktu ada bintang berputar
mendekati ia akan terbakar. Dengan terbakarnya rumput-rumput itu maka menimbulkan
kepulan-kepulan asap. Dan apabila rumput habis terbakar maka asap pun akan
berhenti pula, ungkap Raja Thoyib. Peristiwa ini di dunia oleh manusia terkenal
dengan sebutan ‘Bintang Kukus’ atau ‘Bintang Berekor’, karena tentu saja mereka
melihatnya dari jarak jauh. Kemudian sekelebatan lagi melihat gunung
timah, gunung tembaga, dan yang paling ujung kelihatan gunung mega, apabila
didekatkan akan kelihatan hujan. Dan apabila tersibak oleh cahaya matahari akan
menimbulkan pelangi yang indah sekali. Katanya lagi, "Manusia di dunia menamakannya juga dengan
pelangi atau bianglala. Sesungguhnya timbulnya bianglala ini disebabkan dari
air hujan yang terbias oleh cahaya matahari, itulah maka timbul pelangi,
apabila mendungnya itu luas, maka akan kelihatan pelanginya itu melengkung
mengikuti biasan cahaya mataharinya".
Perjalanan mereka dilanjutkan kembali. Lalu
ada lagi yang terlihat, yaitu gunung sinar. Sinarnya begitu dingin.
Bertumpuk-tumpuk seraya berkerlap-kerlip; terang redup-terang redup. Ada lagi
terlihat gunung embun. Airnya sangat dingin. Berhadapan dengan gunung api dan
gunung bara. Di antara keduanya terdapat gunung belerang. Di sana keluar minyak
yang meleleh. "Itulah sesungguhnya (gunung embun) yang memberi embun
kepada dunia. Dan apabila Ilahi berkehendak, akan menghujani dengan api serta
bara kepada yang telah dikehendaki Ilahi agar dilaknat-Nya. Itulah sebagai
persediaannya dan sewaktu-waktu, saat-saat rembulan dekat melewatinya, asap
belerang itu akan meleleh deras panas serta tinggi daya kekuatannya. Apabila
jatuh ke dunia, misalnya, jatuhnya di gunung atau di lautan, suaranya
bergemuruh terdengar oleh manusia. Manusia yang tidak menemui akalnya akan
menamainya dengan ‘andaru’ jatuh".
Nabi Sulaiman tertawa lucu seraya berkata,
"Yah,
memang jauh sekali dari kebenarannya. Manusia di dunia banyak sekali salah
terka". Dalam
perjalanan berikutnya, terlihat pula telaga susu. Di ujungnya kelihatan
mengental. Sang Nabi pun bertanya, "Pamanku yang mulia, apakah itu sebenarnya?
Lautan itu kelihatan amatlah sangat putih?" Lalu Raja Thoyib menjawab,
"Itu
adalah samudera hayat. Kelak samudera hayat inilah yang akan menghujani tempat
manusia-manusia yang telah mati, dan akan bangun hidup kembali. Peristiwa itu
adalah kelak setelah hancurnya dunia (kiamat). Manusia menyebutnya dengan
putih-putihnya langit dan kelihatan pada malam hari apabila cuaca terang dan
bintang bergemerlapan. Mereka biasa mengatakannya dengan ‘kayu rapuk’", katanya “Manusia hanya beraninya mengira-ngira saja,
sebab mereka tidak tahu sendiri," ungkap Raja Thoyib. Nabi Sulaiman tersenyum lalu
terlihatlah di sebelah kanan ada lautan lagi yang melebihi hitamnya warna
hitam. Begitu pekatnya terlihat. Lautan yang hitam airnya itu disebabkan
terhalang oleh bayangan ikat Kuthil Bahmut. Merupakan ikat pinggang bumi dan
langit," kata Raja Thoyib. Ada lagi samudera yang berwarna merah dan
mendidih. Samudera ini adalah berisi air darah. Ada pula samudera yang penuh
dengan marjan, mutiara, dan akar bakar. Ada samudera yang tidak berisi air,
melainkan cuma pasir belaka. Terdapat pula lautan biji-bijian, biji sawi, biji
lada dan cabai. Di tempat itu biasa digunakan oleh jin dan setan mengambil
bumbu-bumbuan. Ada juga lautan mustika putih dan buah majakan akar delima yang
digunakan sebagai tempat jin dan setan biasa mencari kebutuhan akan rasa sepet.
Perjalanan pun dilanjutkan kembali lagi lebih
tinggi. Berkilat-kilatan bagaikan petir. Hingga sampailah di sebuah pulau.
Mereka mendatangi kaki gunung Jabal Qaf’ yang begitu indahnya. Rumah-rumahnya
terbuat dari emas, begitu pula lembah-lembahnya. Jalan-jalannya terbuat dari
emas, serba lebar dan bersih mengkilat. Menur, intan di sepanjang jalan,
pakajah jumanten, kerikil mirah dan mirah wulung. Gunung dan emas suasa. Angin
mengalir semilir mewangi. Hujannya pun adalah air mawar yang begitu wangi. Air
sungainya juga beraneka ragam warnanya Dengan ikan-ikannya yang aneh. Berbadan
emas, bersisik kencana, beludru, halus, dan sebagainya. Rajanya memiliki
bala tentaranya yang sangat banyak. Mereka adalah dari bangsa makhluk halus.
Seluruhnya berkudrat penuh kesaktian. Perumahannya pun menggantung di udara. Di
bawah dan di atasnya memancar cahaya bagaikan bintang-bintang berkelipan.
Bergerak dari bawah ke atas berurut. Nabi Sulaiman a.s begitu takjub
menyaksikan keajaiban tersebut. Menurut keterangan Raja Thoyib "itu adalah negara Umared, negeri Buneja
Wartaka. Rajanya bernama Sultan Nar Kurera".
Perjalanan dilanjutkan ke arah yang lebih
jauh. Segera mereka mendapati sebuah hamparan luas bagaikan kilatan sutera
dewangga yang temaram yang warnanya tak pernah luntur. Nabi Sulaiman a.s. pun
bertanya "Wahai Paman, tirai sutera apakah itu sesungguhnya?
Bagaimana pula cerita asal-mulanya itu?" Raja Thoyib menjawab, "la adalah batas dari keraton Saridatulu
yang agung. Itu adalah sorga dari Sultan
Nar Kurera dengan dibatasi
oleh tirai-tirai yang indah itu. Selamanya tirai itu tak akan rusak dan luntur.
Selamanya memiliki keajaiban. Kesaktiannya adalah seluruh setan tidak akan bisa
memasuki ke dalam batas dari padang indah itu. Apabila ada setan yang memaksa
ingin memasukinya maka setan akan termakan api dan hancur leburlah menjadi
debu, tetapi masya Allah, memang serba ghaib, apabila debu-debu itu telah
menjauh lagi dari tempat tirai itu, maka kembalilah setan itu hidup selamat kembali
seperti semula. Seluruh alam yang ada di sana adalah sama, ialah menuju ke
tempat sorga dari keraton agung tersebut". Dan ketahuilah, terlebih-lebih akan
serba ghaibnya di dalam sana, disebutnya sebagai tempat sorga, tetapi anehnya
apa-apa yang ada di sana serba bergelantungan tanpa gagang. Dan ketahuilah
pula bahwa mereka bergerak dan berusik bagaikan manusia. Apabila mereka itu
dipanggil, maka akan mendekat dan apabila disuruh pergi mereka akan pulang
menjauhi dan pada berjalan. Dan ketahuilah, mesjid-mesjid yang berdatangan di
‘Arsy juga akan demikian halnya. Perumahannya juga akan demikian. Apabila
diperintahkan untuk pergi, maka ia akan bergerak bergeser menjauh, bahkan
gunung-gunungnya, apabila diperintahkan berjalan, bergeraklah mereka. Begitu
pula pepohonan, kolam-kolam, tembok tembok batas akan dapat berjalan. Diajak
berbicara pun akan melayani. Seluruh isinya yang ada di sana bisa berkata-kata.
Apabila ditanya, mereka akan menjawab" Nabi Sulaiman a.s bergumam di
dalam hati, "Aku baru menemui hal-ihwal demikian. Kekayaannya tanpa
tanding Serba ada, Raja Nur Kurera itu. Bahkan makanan dan minuman apapun
yang telah masuk ke dalam perut, bisa muncul kembali. Ada pula tulang-belulang
burung yang dapat hidup kembali. Lalu terdapat duri-duri ikan yang, ketika
dibuang ke air, tiba-tiba kembali hidup. Seluruh buah-buahan bergantungan pada
tangkai dahannya. Dahannya dapat diperoleh cukup dengan melambai-lambaikan
tangan, maka mereka akan mendekat. Yang aneh lagi, setelah dipetik, pada
dahan itu akan segera tumbuh buah yang sama. Tidak ada pergantian musim, tanpa
ada musim penghujan, kemarau, dan sejenisnya. Itulah kudrat Ilahi Yang
Manakuasa.
Di kesempatan berikutnya, Raja Thoyib
mengajak Nabi Sulaiman a.s jalan-jalan ke sebuah tempat pemandian yang begitu
indah rupanya. Telaga yang sangat luasnya. Airnya jernih bercahaya. Dari dasar
telaga itu berkilauan yang berasal dari pancaran intan komala. Bertenda sutera
dewangga berwarna biru laut sangat indahnya. Ciduk tempat mengambil airnya
terbuat dari jumanten mulia. Makhluk-makhluk di tempat ini diberi
kelebihan oleh Allah SWT, yakni dapat berganti rupa. Seperti kelebihannya dari
para malaikat. Pernah Nabi Sulaiman a.s mengambil sejumput emas, lalu
dibuangnya. Teryata emas itu merupakan penjelmaan seorang makhluk, dikarenakan
begitu kuatnya ia melakukan tapa. la suci dan bisa menjadi apa pun yang bisa
dilihat dan tampak di kejauhan bagaikan bintang dekat, namun tidak kena dicapai
oleh kegelapan malam. Itu karena kuat bertapanya, maka menjadi sangat lurus
sekali dan waspada, la pun mampu memperoleh ilham dari Allah SWT dan mampu
mengetahui apa yang bakal terjadi di dunia sebelum terjadinya. Ketika
berpaspasan lagi, ia telah menjelma sebagai seorang Panembahan bangsa Banujan
yang tidak terkena mati melainkan nanti apabila hari kiamat. Namun, di hari
akhirat kelak, ia akan ditakdirkan tidak bisa merasakan kehangatannya seorang
lelaki.
Kini, Raja Thoyib dan Nabi Sulaiaman a.s.
tengah menuju ke puncak bukit Jabal Qaf. Di tempat ini, penuh dengan bebatuan
jumanten mulia yang menyorot mengkilat. Raja Thoyib berucap kepada Nabi
Sulaiman a.s.,"Duhai Nabi Sulaiman, ketahuilah itu! Biru-biru di angkasa
yang terlihat dari bumi kita itu dan lautan-lautan yang ada di angkasa membiru
itu adalah sorotnya Jabal Qaf. Kini telah kelihatan di sebelah kiri kanan di
bawah dan di atas jagat raya ini, bumi pun telah kelihatan ada dalam ruang
lingkup Jabal Qaf ini bagaikan sebuah piring terletak di atas meja".
Di puncak bukit ini mereka dapat melihat
bulan dan matahari yang berada di bawah Jabal Qaf. Bila menengadah ke atas
terlihat benda-benda bergemerlapan, banyak matahari, bahkan sangat-sangat
banyak bulan, demikian pula bintang-bintangnya tidak terbilang. Ternyata
menurut Raja Thoyib, itu adalah bayangan pantulan benda-benda ‘Arsy Allah dan
serba bercahaya. Mereka berdua didatangi oleh seorang raja mahluk banujan,
saking hormatnya kepada Nabi Sulaiman a.s, Seluruh bangsa Banujan takluk kepada
Nabi Sulaiman a.s. Nabi dan Raja Thoyib diiring menuju ke Keraton Ajrak dengan
iring-iringan yang sangat fantastis. Keraton Ajrak begitu indahnya melebihi
keindahan yang pernah dilihat sebelumnya. Disuguhi dengan makanan yang beraneka
macam. Makanannya bercahaya dengan cita rasanya yang berbeda. Setelah puas
di tempat ini, Nabi Sulaiman a.s. mengajak Raja Thoyib melanjutkan
perjalanannya mengelilingi langit lagi. Perjalanan pun sampai di sebelah timur
laut ‘Arsy di kerajaan Banujin. Alam ini telah tercipta sebelum bumi tercipta.
Di tempat ini, lebih indah dibanding dengan tempat-tempat sebelumnya. Raja dan
keratonnya pun demikian, lebih indah dan sakti dibanding dengan sebelumnya. Di
sini merupakan alam Julfah, yaitu sebuah alam yang lebih halus dan tinggi
perdabannya. Di alam ini segalanya serba emas Namun, ada yang unik, penghuni
alam ini tidak mengenakan pakaian ke atasannya. Raja di sini adalah Raja Farkas.
Mereka berdua disuruh masuk ke dalam keraton
Julfah yang begitu indah dan lebih lengkap. Satu singgasana dan keraton yang
ada di sini ukurannya seperti luasnya bumi dan langit dunia (lapis pertama).
Nabi Sulaiman a.s. dihadiahi pula sebuah singgasana. Langit di sini terbuat
dari emas intan yang begitu indah. Di tempat ini, anginnya pun terasa manis dan
wangi. Adapula rasa masam, gurih dan sebagainya. Hanya sekadar menikmati dari
baunya saja, akan mengenyangkan perut. Mereka berdua mencoba berkeliling
melihat-lihat keadaan sekitarnya. Saat berjalan-jalan ini, mereka mendengar
suara-suara tanpa wujud dari berbagai bahasa. Tanya sang Nabi kepada Thoyib, "Duhai Paman, suara siapakah sesungguhnya
itu? Bagaikan suara-suara di dalam negara, suara-suara ramai itu sangat
jelasnya tetapi sungguh gaib, tanpa terlihat jenis dan wujudnya. Negara apakah
itu sesungguhnya? Aku sangat ingin sekali mengetahuinya". Raja Thoyib menjawab "Itu adalah suara dari alam Asna. Ialah
salah satu alam kehidupan yang di dalamnya banyak terdapat raja-raja yang lebih
mulia dan sangatlah halusnya lebih dari alam kehidupan di alam Julfah ini.
Padahal sesungguhnya sama saja mereka itu berwujud dan bernyawa. Bernyawa sukma
sejati, mereka sejajar dengan seluruh isi ‘Arsy Ilahi. Di sana selamanya tanpa
ada huru-hara dan kedengkian. Kiamat pun mereka tidak terkena kerusakan seperti
halnya ‘Arsy yang pada saat-saat kiamat tidak kena kerusakan, abadi ajali
selama-lamanya. Seluruh kehidupan selamanya akan selamat dan lestari setata
dengan alam kehidupan sorga Ilahi". Seluruh isi alam Asna sama dengan keadaan
di sorga. Makan minumnya mereka itu tanpa buang (air) kotoran. Syahwat terasa
sangat nikmatnya, tetapi tanpa mengeluarkan air mani. Apabila beranak, bagaikan
diciptakan saja tanpa lahir. Semua itu seperti adat kebiasaan sorga di Janatun
Na’im yang kekal abadi ajali dan indah dan sukar untuk dicari bandingannya Maka
Karenanya alam Asna tak terlihat oleh mata, sebab segala isinya merupakan nyawa
halus”.
Demikian menurut cerita orang-orang kuno,
Asna sesungguhnya tempat bermukimnya nyawa-nyawa yang tidak sembarangan, di
mana masuknya di dalam jisim. Oleh karena itu, jadinya kemudian atas jasmani
dan rohani. Semua nyawa bersukma asli masih nyawa yang murni, sejenis bangsa
yang serba latif, bangsa luhung dan agung, sebagai bangsa kepangeranan abadi
tidak kena rusak selamanya, ajali abadi (seperti di sorga yang dijanjikan)
serba apa yang terjadi (ajeg kang sungkan dumadi). Semakin lama semakin
berkembang dan meluas alamnya. Berbeda dengan adat-kebiasaan yang ada di dunia,
semakin lama semakin rumit dan semakin berantakan tak karuan. Nabi
Sulaiman a.s ingin sekali mendatangi alam tersebut. Raja Thoyib pun menerima
ajakan itu. Dengan kereta kuda kencana tunggangannya mereka melesat pergi ke
angkasa raya. Bagaikan kilat cahaya api meteor. Menuju arah barat. Dalam
sekejap mereka pun telah sampai di alam Asna. Letaknya di sebelah selatan
Gunung Erab. Tempat ini berada di barat daya letak ‘Arsy Allah Taa’la. Di sana
jagad Asna terlihat semua.
Keadaan yang dilihatnya seperti intan
keseluruhannya. Sorga Asna ini indahnya melebihi keadaan sorga yang ada di alam
Julfah. Segala sesuatunya melebihi, bahkan lebih aheng (aneh dan mustahil) dan
sakti. Apa yang mereka inginkan pasti dijamin kekabulannya (segala terkabul).
Serba membahagiakan dan menyenangkan apa-apa yang telah diciptakan oleh Tuhan
Yang Maha Kuasa. Menciptakan singgasana dan alam serba sekejap, sekejap
mata ada ciptaan Ilahi. Ciptaan-Nya semakin bertambah, apa yang dikehendaki
akan tiba. Terkabul apa yang diminta. Tempat tinggal serba besar, luas, indah
dengan kelengkapan sempurna segala isinya. Sangat takjub sang Nabi melihat
betapa kekayaan dan kebesaran Ilahi dan berbagai jenis apapun yang ada
kelihatan di sana. Banyaknya alam yang ada, semua situasi dan keadaannya
yang beribu-ribu macam. Keringat yang menetes saja akan menjadi segala macam
keadaan yang menjadi ajaib. Kemudian apabila setelah selesai mandi, percikan
airnya bisa menjadi apa saja, berupa keadaan yang aneh-aneh. Tiap hari semakin
bertampah saja keadaan yang serba berkelipan dan berkilauan.
Semakin tambah banyak warna rupanya, bagaikan
air sungai yang mengalir tanpa hentinya. Setiap harinya bertambah keadaan yang
baru. Mereka yang baru berubah, besok lusa sudah bisa berubah lagi. Dan
seterusnya bisa berubah-rubah rupa lagi. Kita bangsa manusia mungkin tidak akan
bisa mengerti semuanya. Seluruh persediaan kebutuhan sehari-hari datang
membanjiri. Tidak ada istilah berkurang. Abadi tidak terkena kematian. Di
tempat ini cahaya berwarna-warni menghiasi. Di bawah alam Asna, Nabi
Sulaiman a.s. melihat terdapat seekor naga terbuat dari intan sebagai ikat
pinggang jagad Asna. Naga ini luar biasa besarnya serta bercahaya, la mempunyai
sorga dan tempat tinggal tersendiri di tempat yang lebih tinggi. Sinarnya
bagaikan cahaya bumi kehijau-hijauan. Nabi pun penasaran menanyakan perihal
naga tersebut. "Sesungguhnya ia adalah raja Bitirin, raja dari segala
naga yang ada di dalam sorga mereka. Semua naga akan setia dan sujud kepadanya," ujar Raja Thoyib. Kemudian sang naga
memanggil Nabi Sulaiman a.s. dengan suaranya yang menggelegar bagaikan petir "Wahai Sulaiman, raja dari seluruh alam,
hamba ucapkan do’a dan terimalah ucapan selamat hamba ini. Semoga hamba beserta
seluruh naga yang ada di sorga hamba ini dapat diterima sebagai pengabdi dan
memperhamba tuan,"
ucap sang Naga.
Di lain tempat, Nabi melihat sebuah telaga di
angkasa. Terlihat pula ikan-ikan intan di dalamnya. Di bagian lainnya terlihat
ikan yang begitu besarnya, begitu indahnya bercahaya. Teryata, menurut
keterangan Raja Thoyib, itu adalah Raja Katari. la sebagai raja ikan-ikan yang
ada di sorga mereka. Ikan-ikan itu berkata, "Selamat dan berbahagialah wahai Tuanku.
Terimalah hamba beserta seluruh ikan-ikan yang ada di dalam sorga hamba ini
untuk mengabdikan diri patuh kepada Tuan". Di tempat lainnya lagi Nabi
melihat gunung permata yang sangat indahnya. Di sana banyak dihuni oleh
raja-raja mulia, ratu-ratu sakti yang sangat berwibawa. Mereka mengenakan
mahkota Badrul Aslaf, berselendang raprapir, indah dan halus, berkain panjang
jubah dengan dilengkapi oleh busana permata mirah, la seperti seorang pembesar
di alam Julfah. Di mana sesungguhnya alam Julfah itu adalah tiruan dari alam
Asna. Masih di dalam keraton alam Asna, mereka melihat sebuah gunung
bercahaya, cahayanya seperti bintang. Terlihat ada juga seorang raja yang
begitu gagah sempurna dengan pakaian yang begitu indah. Ada lagi yang pembesar
yang lain lagi, namun berjenis wanita. Begitu sempurna kecantikannya.
"Duhai Paman Raja Thoyib, siapakah lagi Raja
Puteri itu?"
tanya Nabi Sulaiman a.s. "la adalah Raja Puteri Kokiba, raja seluruh
bintang,"
jawab Raja Thoyib. Raja Puteri pun memberi salam dengan sopannya. Membuat Nabi
Sulaiman a.s tertarik kepadanya. Namun, Raja Thoyib segera mengajak Nabi untuk
melanjutkan perjalanan. Sang Puteri tadi ternyata mengikutinya dari belakang,
seraya memanggil Nabi, "Duh, Tuanku yang mulia, janganlah Paduka Tuan jual mahal,
hamba dekati malah pergi. Hamba ucapkan seluruh pengikut hamba ini, yaitu
seluruh bintang mohon diterima pengabdiannya kepada Paduka Tuan." Nabi Sulaiman menyahut, "Terima kasih atas segala kerelaan dan
keikhlasan Raja Puteri". Kemudian mereka berlalu melanjutkan perjalanannya lagi. Dalam
perjalanannya, mereka melihat gunung bercahaya, cahayanya itu seperti rembulan
yang merupakan isi sorga mereka yang indah. Rajanya adalah seorang wanita yang
begitu cantiknya. Nabi a.s. mencoba bertanya kepada Raja Thoyib mengenai
pemimpin itu. "la adalah yang terkenal namanya dengan Raja Sahira. Raja
dari segala rembulan," ujar Thoyib. Puteri Sahira mendatangi Nabi, katanya, "Persilakanlah Paduka Tuan memerintah
seluruh rembulan."
Nabi a.s. menjawab. "Terima kasih atas kerelaan sang Raja Puteri".
Nabi dan Thoyib kembali melanjutkan
perjalanannya mengelilingi alam-alam latif ini. Tidak lama kemudian, mereka
menjumpai lagi sebuah gunung, tetapi kali ini cahayanya berwarna putih.
Cahayanya seperti cahaya matahari berisi sorga kemuliaan mereka. Rajanya adalah
seorang pria yang sangat tampan. Tingkahnya gesit dan begitu ramah Bola matanya
gemerlap bulat jernih menyejukkan dipandang mata. Seperti biasa, Nabi a.s. pun
bertanya kepada Raja Thoyib mengenai identitas raja tersebut. Dijawab oleh Raja
Thoyib "la adalah Raja Lera. Raja seluruh matahari". Raja Lera pun segera menyahut, "terimalah pengabdian hamba ini beserta
seluruh matahari ini, Tuan." "Terima kasih atas kerelaan sang Raja" ujar Nabi Sulaiman as. Di tempat
lain, ditemuinya gunung petir guruh dan guntur Berisi sorga yang melebihi dari
seluruh yang ada yang pernah dilihatnya Rajanya kelihatan begitu agung dan
berwibawa. Rupanya melebihi dari yang Isinnya. la mengenakan mahkota Badrul
Aslaf samir bakar yang dimuliakan, la senantiasa memegangi tongkat pusakanya.
Tidak pernah jauh ia dari tongkat itu. la berperilaku seperti layaknya seorang
suci. Tutup kepalanya berwarna putih, la sangat sakti, banyak ilmu serta
gurunya. "la adalah Raja Pandita (yang bernama ‘ Alman) di seluruh jagad Asna ini,
jadi asal-mula penghuni Asna adalah dari dia sesungguhnya, la sebagai guru
raja-raja dan ratu-ratu di alam Asna ini. la pula yang menguasai gema," ujar Raja Thoyib, menjawab pertanyaan
sang Nabi a.s.
Ada lagi seorang raja di dekatnya, yaitu Raja
Sangekiru. la yang menguasai suara guntur dan petir. Pemerintahannya bernama
negara Lukamani. Raja Sangekiru dan Raja Pandita selalu beriringan sebagai duet
dalam mengurusi pemerintahannya. Raja-raja itu menyampaikan sanjungan kepada
Sang Nabi dan Thoyib, "Hidup Nabi! Hidup Nabi!". Lalu mereka
bergandengan tangan, di mana Nabi berada di tengah-tengah. Tangan kiri Nabi,
‘Alman yang mengapit, yang lain adalah Raja Sangekiru. Selanjutnya mereka
melesat ke angkasa raya. Thoyib sendiri mengikuti dari belakang. Hanya sekejap
mata mereka sudah sampai di istana Raja Sangekiru. Di sini mereka Raja Thoyib
dan Nabi, dijamu sedemikian dimuliakannya. Makanannya pun serba aneh dan
langka-langka serta mewah. Sebagai rasa hormatnya, Raja Sangekiru
mempersembahkan ciptaannya berupa singgasana yang sangat luasnya beserta
perlengkapannya. Singgasana ini begitu sangat fantastis kehebatannya. Nabi
sendiri begitu terpesona menyaksikannya, karena sepanjang perjalanannya ini, ia
baru kali ini menyaksikan penciptaan singgasana yang meniru ‘Arsy Allah SWT.
Keanehan dan keindahannya bermilyar-milyar rupanya. Luasnya berjuta juta milyar
hektar. "Duhai Tuan, Raja dari seluruh alam. Terimalah itu sebagai
persembahan hamba kepada Tuan Yang mulia, ialah sebuah ‘Arsy," tutur Raja Sangekiru. "Terima kasih atas persembahan sang Raja". Dan aku sendiri bertanya dalam hati,
sebab sang Raja berkehendak mengabdi kepadaku ini. Bukankah sang Raja tak
kurang sesuatu apa, kesaktian sang Raja mampu inenciptakan singgasana yang
begitu luasnya ini dikerjakan dengan hanya sekejap saja. Mengapa koq mau patuh
kepadaku. Aku yang cukup sabar ini apa yang sesungguhnya dapat diharapkan oleh
sang raja. Apakah tidak salah penglihatan sang raja dalam hal ini?" kata
sang Nabi penuh tawadhu.
"Sesungguhnya Tuhan adalah Maha Pengasih dan
Maha Pencipta alam semesta jagad raya ini. Masing-masing dari kehidupan di
seluruh alam ini, siapakah yang tidak ingin mengabdikan dirinya kepada Tuan.
Sebab semua mengetahui, bagi siapapun yang tidak mengabdi kepada Tuan, sudah
pasti akan hancur lebur oleh sejuta guntur dan guruh. Dimana-mana seluruh
kehidupan yang pernah ada, baik di tepi jurang maupun di dalam lembah sekalipun
mereka hancur lebur, karena mereka tidak mau mengabdi kepada Tuan. Kepada
tuanlah yang benar-benar mengerti kepada pesan itu, oleh karena itu, hamba
mempercayakan kepada Paduka Tuan Sulaiman. Adalah karena hamba berdasar kepada
kesamaan iman yang menuju kepada keselamatan serta kesentosaan dan itu semua
adalah atas berkah Paduka Tuan juga," tutur Raja Sangekiru dengan penuh
kerelaan mengakui kekuasaan Nabi Sulaiman a.s. Kemudian di dekat mereka
muncul sekelebat sosok bayangan perempuan. Dia adalah perempuan yang sakti dan
amat sangat cantiknya. Tubuhnya merupakan kesempurnaan sesosok tubuh perempuan
yang tiada tandingannya Dia datang bersama rombongan pengiringnya yang
seluruhnya adalah perempuan. Makhluk penghuni alam Asna terkenal dengan
sangat kuatnya dalam beribadah kepada Allah SWT Mereka tidak ingat lagi waktu
dan diri mereka sendiri ketika beribadah. Ada yang beribadah non stop selama
beratus-ratus tahun, hingga kulitnya menjadi putih mulus.
Kini, raja Thoyib dan Nabi Sulaiman a.s.
melanjutkan perjalanannya turun. Di sana ia menjumpai sebuah alam yang dipenuhi
oleh raksasa-raksasa yang berwajah buruk-buruk. Sebagian dari mereka ada yang
berwajah babi sebagian yang lain berwajah anjing yang lain lagi berwajah buaya
dengan mulutnya yang sering menganga-nganga. Ada pula yang berwajah burung,
gajah, menjangan, naga, dan lain sebagainya. Sang Nabi a.s. bertanya
kepada rekannya ini, "Mengapakah gerangan, wahai Paman Thoyib? Mengapa
raksasa-raksasa itu tidak ada yang sama di masing-masing barisannya itu? Koq
jelek jelek sekali rupa mereka dan bermuka hewan lagi". Raja Thoyib pun menjawab dengan
perlahan, "Mereka itu adalah raksasa yang terkena kuwalat yang terjadi ketika masa
Raja Galanu dahulu. Oleh karena itu. mereka jelek-jelek
dan bermukim di situ begitu
banyaknya tidak dapat diketahui berapa jumlahnya". Raksasa-raksasa itu berlarian
menuju ke arah mereka, ketika menyaksikan kedatangan Nabi a.s. dan Raja Thoyib.
Suaranya bergemuruh membahana. Mereka semua mengucapkan salam hormat serta
pengakuannya atas kekuasaan sang Nabi a.s.
Sumber Dari : http://semestahidayah.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment