Anda
pernah meyaksikan film aksi Colombiana yang dibintangi aktris Zoe Saldana?
Film
ini bercerita tentang seorang perempuan yatim piatu yang tumbuh menjadi seorang
pembunuh bayaran yang lihai dan kejam. Semua sasaran Cataleya, nama karakter
yang diperankan Saldana, adalah para penjahat, khususnya pengedar narkotika,
termasuk mereka yang membunuh kedua orangtuanya.
Nah,
kisah Cataleya ini tentunya hanya sebuah rekaan untuk kepentingan hiburan
semata. Siapa nyana, kisah semacam ini dijalani seorang perempuan Filipina. Sosok
Cataleya di dalam film terlihat sangat glamor dan bisa menikmati hidup dari
penghasilannya sebagai pembunuh bayaran. Tetapi tak ada keglamoran dalam
kehidupan sang pembunuh bayaran asal Filipina, sebut saja bernama Maria.
Dia
terpaksa pindah dari satu rumah ke rumah lainnya karena khawatir akan
keselamatannya. Dia juga cemas karena tak bisa meninggalkan pekerjaan dengan
bayaran Rp 5,7 juta per pembunuhan. Dia kini terjebak di dalam perang brutal
melawan narkoba yang dikobarkan pemerintah Filipina, sejak Presiden Rodrigo
Duterte berkuasa sekitar dua bulan lalu.
Maria,
bukan nama sebenarnya, kini terikat kontrak dengan pemerintah Filipina, untuk
menghabisi para pengedar narkoba, terutama di level-level rendah. Awalnya,
Maria menawarkan jasanya lewat suaminya yang adalah anggota kepolisian
Filipina. Kini Maria sudah membunuh lima orang.
"Pekerjaan
pertama saya dua tahun lalu. Saat itu saya merasa sangat takut dan gugup karena
itu adalah pekerjaan pertama saya," kata Maria kepada BBC.
Maria
adalah anggota dari sebuah tim yang terdiri atas tiga orang perempuan. Maria,
yang berasal dari kawasan miskin di Manila, mengatakan dia disewa karena
perempuan dinilai tak akan menimbulkan kecurigaan para korbannya.
Lalu
siapa yang memberikan perintah pembunuhan itu? "Bos kami, perwira
polisi," kata Maria.
Di
satu siang, saat BBC bertemu dengan Maria, dia mengatakan, rumah aman yang
ditinggali bersama sang suami sudah diketahui. Sehingga mereka harus pindah
sesegera mungkin. Maria mengenang, awal dari profesi barunya ini dimulai ketika
suaminya diperintahkan untuk membunuh seorang pengutang sekaligus pengedar
narkoba.
"Suami
saya diperintahkan membunuh orang-orang yang tidak bisa membayar utang
mereka," kata Maria.
Pekerjaan
ini memberi penghasilan tambahan bagi suaminya hingga sebuah situasi yang lebih
menantang muncul.
"Suatu
hari, mereka membutuhkan seorang perempuan. Suami saya menawari saya pekerjaan
itu. Saat saya melihat pria sasaran, saya mendekati dia dan menembaknya,"
tambah Maria. Bagi warga miskin seperti Maria, pendapatan tambahan dari
membunuh seseorang cukup berarti. Hasil bayaran membunuh itu kemudian akan
dibagi tiga atau empat sesuai jumlah orang di dalam tim itu.
Namun,
Maria menanggung beban sangat berat dan merasa sangat berdosa. Sayangnya dia
tak bisa melakukan apa-apa untuk meringankan beban hidupnya itu.
"Saya
merasa bersalah dan itu mempengaruhi hidup saya. Saya takut keluarga orang yang
saya bunuh datang mengejar saya," tambah dia.
"Saya
tak ingin anak-anak kami suatu hari datang kepada kami dan mengatakan mereka
harus meninggalkan kami karena kami mendapat uang dari membunuh orang
lain," kata dia.
Sejak
dua bulan Rodrigo Duterte berkuasa, hampir 3.000 orang yang diduga pengedar
narkoba tewas. Separuhnya tewas dibunuh orang tak dikenal.
Sumber Dari : http://internasional.kompas.com
0 comments:
Post a Comment