Seorang
nenek duduk bersimpuh di emperan sebuah toko oleh-oleh di Jalan Jenderal
Sudirman, Kota Magelang, Jawa Tengah. Di hadapannya, puluhan bungkus plastik
bawang putih dan kemiri di atas tampah (wadah yang terbuat dari anyaman bambu).
Mbah Rohani |
Kepala
nenek bernama Rohani itu terus tertunduk. Ia tampak serius membaca lembar demi
lembar sebuah kitab berbahasa Arab. Sesekali suaranya terdengar lirih. Tidak
lama, seorang ibu separuh baya menghampiri untuk membeli sebungkus bawang putih
dan kemiri miliknya.
Dengan
cekatan dan ramah, sang nenek yang karib dipanggil Mbah Ro itu melayani pembeli
tersebut.
"Ini
bawang lanang, harganya Rp 20.000 per bungkus. Bagus untuk obat darah tinggi
(hipertensi), dibuat sambal lalu dicampur dengan minyak goreng juga enak
sekali," kata Mbah Ro, kepada Kompas.com saat bertandang di lapaknya,
Selasa (14/6/2016).
Nenek
berusia sekitar 90 tahun itu kemudian kembali melanjutkan membaca kitab
berjudul Latiful Mutaharoh. Meski sudah lanjut usia, Mbah Ro sama sekali tidak
kesulitan membaca setiap baris tulisan arab dalam kitab itu meski tanpa bantuan
kacamata.
Pendengarannya
juga masih bagus untuk wanita seusia Mbah Ro. Beberapa menit kemudian, Mbah Ro
menutup kitab dan merapikannya. Ia lantas membungkus bawang-bawanngnya ke dalam
plastik bening sembari berbagi cerita.
Menurut
nenek dengan lima cucu dan sembilan cicit itu, membaca Al Quran maupun kitab
sudah menjadi kebiasaanya sejak kecil. Sebagai muslimah, ia tidak pernah
meninggalkan kebiasaan itu karena telah diperintahkan oleh Allah SWT dan
Rasul-Nya.
"Sebelum
berangkat jualan saya baca Al Quran dulu sebentar. Nah kalau sambil jualan
begini baca kitab yang isinya soal fiqih Islam, soal wudhu, soal puasa, dan
sebagainya. Saya sudah sampai jilid tujuh," ucap Mbah Ro.
"Nanti
malam baca Al Quran lagi di rumah. Kalau baca (Al Quran) di sini (lapak) suka
dibilang pamer," sambungnya.
Mbah
Ro mengatakan sejak kecil memang gemar berdagang. Semula ia memiliki lapak di
dalam Pasar Rejowinangun. Namun lapaknya hancur akibat peristiwa kebakaran pada
tahun 2008 silam. Dia tetap berjualan meski terpaksa di emperan toko tidak jauh
dari Pasar Rejowinangun.
Menurut
Mbah Ro, empat anak-anaknya sudah melarangnya berjualan. Namun ia tidak bisa
hanya berdiam diri di dalam rumah. Apalagi hanya berpangku tangan meminta belas
kasih anak-anaknya maupun orang-orang sekitarnya.
"Simbah
memang dari dulu sudah dagang, ini yang dicontohkan kanjeng Nabi Muhammad SAW,
angsal donya lan akhirate (dapat dunia dan akhirat),” tuturnya.
Mbah
Ro yang tinggal sendiri di Kampung Ganten, Kota Magelang itu, mengaku
dagangannya pernah diangkut petugas Satpol PP yang sedang razia beberapa bulan
lalu. Mbah Ro harus berdebat dengan petugas demi mendapatkan kembali
bawang-bawang miliknya.
"Simbah
diantar teman ke kantor Satpol PP. Sampai disana simbah masih disemayani
(dijanjikan) kalau bawang simbah baru bisa diambil dua hari lagi," kenang
Mbah RO sembari menyeka air matanya.
Pada
bulan Ramadhan ini, Mbah Ro tetap menjalankan ibadah puasa wajib pada Ramadhan
tahun ini. Bahkan, pada hari-hari biasa, Mbah Ro sudah menjalankan puasa sunah
Senin dan Kamis.
"Shalat
dan puasa itu wajib. Kalau sedang sakit dibolehkan shalat sambil tidur, boleh
pakai isyarat, namanya wajib ya nggak boleh ditinggalkan," ucap Mbah Ro
yang asli Dusun Gedongan, Mertoyudan, Kabupaten Magelang itu.
"Kalau
puasa Senin dan Kamis itu dulu diajarkan sama guru ngaji simbah agar mudah
membaca dan membaca Al Quran. Di akhirat nanti ini (Al Quran) yang akan
menolong simbah," kata dia.
Mbah
Ro kemudian mengingatkan bahwa usianya sudah tidak muda lagi. Hampir semua
kawan-kawan seusianya sudah meninggal dunia. Semua yang ia jalani di dunia
adalah anugrah dari Allah SWT yang patut disyukuri.
"Yang
ngasih sehat itu kan Gusti Allah, kita hanya harus bersyukur dengan cara
ngibadah,” ujarnya.
Menggetarkan
hati netizen
Kisah
Mbah Ro ini belakangan menjadi perbincangan netizen di media sosial Facebook
dan twitter. Salah seorang warga telah memposting foto Mbah Ro ini yang sedang
berjualan bawang sembari membaca kitab.
Setelah
postingan di media sosial itu, Mbah Ro mengaku mendapatkan banyak kejutan
setiap hari. Ada orang yang tiba-tiba memberinya Al Quran, mukena, hingga
memborong bawang dan kemirinya.
“Kulo
mboten mangertos (saya tidak mengerti), kok tiba-tiba banyak yang datang ke
sini, sedanten kersane Gusti Allah (semua atas kehendak Allah),” tuturnya.
Foto
Mbah Ro yang kemudian menyebar secara viral itu dibanjiri pujian oleh netizen.
Tidak sedikit yang berkomentar bahwa Mbah Ro adalah sosok nenek yang patut
dicontoh oleh siapapun.
Sumber Dari : http://regional.kompas.com