Kutarik
nafasku dalam-dalam sebelum memulai cerita ini. Rasanya seperti mengorek kisah
lama yang belum begitu sembuh. Aku mencintai seorang pria dengan sepenuh
hatiku. Tak pernah terbayangkan sedikitpun kalau pada akhirnya aku yang
lepaskan dia.
Kisah
ini berawal pada tahun 1999, saat itu umurku masih sangat muda dan masih
berstatus mahasisiwi semester 8. Layaknya
seorang anak muda aku masih mencari cinta, apalagi waktu itu aku habis disakiti
pacar pertamaku.
Kata
orang cinta pertama itu tak akan terlupakan, tapi bagiku tidak, aku sangat
mudah melupakan cinta pertamaku. Hal itu terjadi karena perpisahanku dengannya
diakhiri dengan penghianatan.
Setelah
hatiku terluka aku mencoba untuk mencari sosok pengganti dari mantanku itu,
akhirnya aku berkenalan dengan seorang laki-laki cerdas yang berumur 2 tahun
diatasku.
Dia
berinisial M. Awalnya kita hanya berteman, tetapi karna selalu bepergian
bersama dia dan sahabat-sahabat kami berdua, akhirnya cinta itupun tumbuh tanpa
bisa kami cegah. Awalnya
tidak ada sahabat kami yang tau tentang hubunganku dengan dia, tetapi akhirnya
mereka tau juga setelah melihat gelagat kami.
Kekasihku
itu bukanlah orang yang romantis, dia cenderung cuek dan acuh bila di depan
teman-teman, tetapi dia bisa lebih manis saat kami jalan hanya berdua, meskipun
kebersamaan kami berdua sangat jarang terjadi karna kemanapun kami pergi selalu
bersama teman-teman.
Pada
awal-awal hubungan kami jujur aku sempat ragu dengan cintanya, mungkin karena
sikap dia yang tidak romantis dan cendrung cuek, meskipun aku mengakui bahwa
dia adalah pria yang sangat humoris. Setelah
satu tahun kebersamaanku dengannya hubungan kamipun harus terpisah karena
kebetulan aku sudah wisuda dan harus kembali ke rumah orang tuaku.
Kepulanganku
ke kota asalku di antar oleh dia dan teman-teman. Aku sangat terharu karena
saat aku sudah memasuki bus, aku melihat air mata mengalir di wajahnya yang
gagah, saat itu aku baru merasakan bahwa dia mencintaiku. Dalam
perjalanan pulang aku tidak berhenti menangis, bayangan wajahnya masih teringat
di dalam benakku. Aku sempat berkata dalam hati bahwa aku benar-benar
mencintainya.
Minggu
pertama kepulanganku, aku menerima surat dari M. Surat itu begitu membuatku
menguras air mata. Dalam surat itu dia mengatakan bahwa dia sangat mencintaiku
dan merindukanku, bahkan dia bercerita bahwa dia sampai menangis saat menulis
surat itu. Aku sangat terharu dan tak bisa kubendung lagi air mataku.
Dua
bulan di rumah orang tuaku, akhirnya aku diterima bekerja di perusahaan swasta.
Minggu pertama aku bekerja, terus terang aku jadi idola di kantor, aku rasa
bukan karna wajahku yang cantik seperti model, mungkin karna sifatku yang mudah
bergaul dengan semua orang, tetapi setelah aku mengumumkan bahwa aku sudah
punya pacar di suatu kota, mereka pun mundur teratur. Selama
perjalanan hubunganku yang jarak jauh, aku sudah tiga kali mengunjungi dia, itu
kulakukan karena aku pikir kekasihku itu masih kuliah otomatis dia tidak punya
dana untuk mengunjungiku di rumah orang tuaku.
Karena
aku yang sudah bekerja dan mempunyai gaji, maka akupun harus mendatanginya bila
rasa kangenku sudah tidak tertahankan. Bencana
terjadi saat kunjunganku ketiga, aku menemukan foto dia berdua dengan wanita
lain, aku sakit hati, aku pikir kesetiaanku selama ini telah dihianati, walaupun
dia bilang itu hanya teman biasa. Saat itu juga aku memutuskan hubunganku
dengan dia.
Semenjak
kejadian itu aku sudah tidak percaya lagi bahwa dia akan setia padaku, apabila
kami masih melanjutkan hubunganku dengan dia. Dua
minggu sudah aku berpisah dengannya, tapi karena cintaku yang begitu dalam aku
tidak bisa melupakannya. Akhirnya aku beranikan diri untuk curhat ke temannya
via telfon, aku mengatakan aku tidak bisa berpisah darinya. Akhirnya atas saran
temannya itu kamipun bersatu lagi.
Beberapa
bulan setelah itu saudaraku pernah bilang begini “pacarmu koq ga pernah dateng
kesini? Seharusnya kalau dia serius denganmu dia pasti akan berusaha untuk
datang, meskipun dia tidak punya uang“. Bagai
tertampar aku baru menyadari kebenaran kata-kata saudaraku itu. Akupun mulai
meragukan cintanya, setelah dua tahun hubungan kami, belum sekalipun dia datang
kerumahku.
Seiring
berjalannya waktu aku mulai dekat dengan teman kantorku yang berinisial H,
meskipun kami masing-masing masih mempunyai kekasih. Awalnya
kita hanya curhat tentang masalah kegalauan kami masing-masing. Aku curhat ke H
bahwa aku meragukan keseriusan pacarku yang tidak pernah mengunjungiku. Diapun
curhat tentang penolakan orang tuanya terhadap pacarnya.
Mungkin
karena sering bersama akhirnya tumbuh benih-benih cinta diantara kami. Kamipun
memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih, meskipun kita masih sama-sama
mempunyai kekasih, dalam artian kita sama-sama mendua. Entah
apa yang ada dipikiran H, saat bermain ke rumahku dia memberanikan diri melamarku
ke orang tuaku. Dua bulan setelah lamaran itu kamipun bertunangan. Jujur aku
tak sanggup mengatakan kepada M bahwa aku sudah bertunangan, aku takut
kuliahnya akan terganggu.
Tetapi
sebelum hari pernikahanku aku beranikan diri untuk menelponnya dan mengatakan
bahwa aku akan menikah, dia sangat marah dan aku hanya bisa mengatakan kata
maaf. Aku tidak berani mengatakan alasanku untuk meninggalkannya. Biarlah
kusimpan dengan baik di dalam hatiku.
Pernikahanku
dengan H berlangsung dengan meriahnya, kami menyewa gedung untuk pesta kami.
Pernikahan kami sampai saat ini sudah memasuki usia 10 tahun dan kamipun sudah
diberi anak 3. Tapi
terus terang sampai saat ini aku masih memimpikan M, meskipun aku tidak
berharap untuk bertemu dengannya, bayangannya pun selalu hadir disetiap
anganku.
Pernikahanku
dengan H adalah pernikahan yang harmonis. Aku sengaja menuliskan di rubrik ini
untuk meminta saran dan pendapat dari pembaca ceritacurhat.com bagaimana caraku
untuk melupakan M. Sekarang M juga sudah menikah dan mempunyai anak. Atas
sarannya saya mengucapkan terima kasih
Sumber Dari : http://www.ceritacurhat.com
0 comments:
Post a Comment