Sebuah
pernikahan bertujuan menyatukan dua orang yang saling mencintai untuk mendapat
kebahagiaan. Namun dalam realitanya terkadang dalam perjalanan membina rumah
tangga tidak seindah yang kita bayangkan.
Ibarat
rumah semegah apapun, lama kelamaan tentu akan mengalami rusak dan bocor. Mobil
semewah apapun, tentu akan mengalami lecet atau baret bila tidak dikemudikan
dengan baik. Air
setenang apapun, tentu akan ada riak dan gelombangnya. Demikian pula menjaga
komitmen pernikahan. Bila tidak dijaga dengan baik, akan berujung pada
kehancuran.
Seperti
yang dialami wanita **** binti Zulkifly (nama sengaja di samarkan) yang harus
merasakan kesedihan mendalam karena tanpa sepengetahuannya sang suami pergi dan
menikah dengan perempuan lain. Kisah
yang dikutip dari fanspage 'My Media Hub' ini sengaja kami tuangkan sebagai
pembelajaran dengan maraknya peluang dan kejadian perselingkuhan yang banyak
terjadi di kota-kota besar.
Semoga
kisah ini tidak menjadi terulang dan menjadi pelajaran yang sangat berharga
betapa selingkuh itu sangat menghancurkan kehidupan berkeluarga. Mohon bantu sebarkan agar
bisa menjadi manfaat bagi keluarga-keluarga yang lainnya..
Saat
diri dihiasi dengan baju pernikahan, muka dirias dengan berbagai warna. Debaran
jantung juga semakin terasa, dalam beberapa menit lagi saya akan menjadi menyandang title seorang istri. Berkumpul
sanak saudara, adik beradik dan keluarga bakal mertua di rumah. Saat Pak
Penghulu mengatakan, "Sudah siap semua?" Jantung berdegup kencang
entah ke mana perginya. Saat
tangan Calon suami bersalaman dengan Pak Penghulu, air mata saya mulai
menggenang.
"Aku nikahkan kau dengan ********** binti Zulkifly dengan maskawin **** tunai. Sah !!"
Alhamdulillah,
dengan sekali lafaz, saya telah sah menjadi istrinya. Allahu Akbar, air mata
tanpa saya sadari mengalir tanpa henti. Kegembiraan tidak bisa diungkap dengan
kata-kata. Saat
suami memandang wajah saya dengan linangan air mata, dalam hati saya bertanya
"Apa benar dia suami saya yang kami akan sehidup-semati setelah ini?"
Dimulailah
episode kehidupan kami sebagai suami istri, susah senang hidup bersama, melalui
berbagai cobaan setelah menikah. Jatuh
bangun bersama-sama, saat susah menangis bersama-sama, senang bersama-sama di
saat bahagia (termasuk saat menantikan si buah hati).
Saat
hampir setahun pernikahan, ada yang mulai bertanya sudah ada 'isi' atau belum?
Di saat itu juga mulailah hati ini semakin 'down'. Bila
diberitahu pada suami, dia kata "biarkanlah mereka, itu semua kan rezeki
Allah SWT". Hilang rasa sedih bila mendengar semua itu dari mulut suami.
Tahun
kedua pernikahan, rasa bahagia itu tinggi menggunung. Rasa bahagia yang tidak
bisa diungkapkan dengan kata-kata. Namun,
kebahagiaan kami diuji dengan kehadiran orang ketiga yang datang menganggu.
15
Oktober 2015, suami mengatakan dia memiliki agenda kerja di Melaka, untuk
mencari rezeki halal, katanya. Lalu
saya pun berkata, "Pergilah sayang" meskipun naluri saya mengatakan
itu dia pergi ke Melaka bukan untuk tugas pekerjaan. Sampai
satu saat, Allah SWT memberi petunjuk siapa suami saya yang sebenarnya. Allahu Akbar,
hancurnya hati saya ya Allah. Orang yang saya percaya, orang yang saya sayangi
sanggup mengkhianat saya.
Apa
salah dan dosa saya? Saya belajar untuk bersabar, pada pandangan orang, saya
nampak kuat. Dari tutur kata, saya nampak gigih untuk terus senyum. Padahal
semua itu hanya akting saja untuk menunjukkan pada orang kalau saya ini kuat,
tapi hati saya sebenarnya sudah hancur, menangis setiap hari tanpa diketahui
orang.
Pura-pura
berkata dengan keluarga mertua saya keadaan baik-baik saja dan tidak
diceritakan tentang apa yang dia perbuat suaminya. Padahal
hati saya, ya Allah. Takkanlah keluarga mertua tidak sadar kalau saya sedang
bersedih dengan sikap anak mereka?
24
Desember 2015, tanggal yang saya tidak akan lupa sampai ke akhir hayat. Saya
masih lagi istrinya yang sah, tetapi mengapa ini balasan yang mereka berikan
pada saya? Betapa
hancurnya hati, bagaikan mau mati harus menerima kenyataan ini.
Tiga
bulan suami pergi tanpa berita dan akhirnya mendapat kabar bahwa dia sedang
bahagia bersama insan lain yang memiliki ikatan sah.
6
Februari 2016, saya datang sendiri melihat dengan mata saya sendiri betapa
hebatnya suami duduk di pelaminan bersama wanita lain. Begitu
megah sekali pesta pernikahannya. 10.000
tamu dia bisa beri makan, tetapi saya seorang diabaikan selama tiga bulan tanpa
sebutir nasi ditinggalkan? Saya
diabaikan dari 15 Oktober 2015 hingga ke hari ini. Mana sifat perikemanusiaan?
Tatkala baik mengambil anak orang, kenapa ini kesudahan yang dia berikan pada
kami semua?
Begitu
perih untuk saya menerima semua ini. Lepaskanlah saya dengan cara baik.
Pulangkanlah saya dengan cara baik kepada keluargaku. Sebagaimana mereka merasa
hari ini, begitu jugalah kami merasa ketika dikhianati sebelumnya.
Saya
ridha saat dihina, dicaci oleh orang yang dekat dan saya sayang. Hari ini,
hinalah lagi, kecamlah lagi, cacilah lagi. Saya terima semuanya. Banyak lagi
yang masih menyayangi saya dan mendukung saya.
Dulu,
saya kalah karena banyak yang percaya dia dengan sikap pembohongnya. Saya
pejamkan mata, pekakkan telinga dan seolah tidak tahu sebab saya tahu Allah
Ta'ala selalu ada bersama saya. Tidak
ada seorang perempuan pun saat dia dinikahkan meminta diabaikan, disakiti,
dikhianati.
Tidak
ada seorang perempun pun yang sedang menghormatinya dipijak suami,
kehormatannya tidak dilindungi atau harga dirinya tidak ada arti lagi. Tidak
ada seorang pun perempuan yang ingin mengharap simpati suami sendiri, mengemis
kasih untuk menumpang. Suami
mungkin terlepas di dunia. Pura-pura seperti raja, tapi istri diperlakukan
seperti budak.
Nanti
di pengadilan agung Allah, kamu akan ditanya tanpa mampu mengelak. Setiap
kewajiban yang kamu tinggalkan, semua akan diadili meskipun sebesar kuman.
***
Postingan
ini pun menuai beragam komentar yang sebagian besar menaruh simpati kepada si
wanita. Seperti yang diungkapkan akun Azra Sagitarius, "Kalau memang salah
sekali pun dia tidak boleh abaikan
isteri ... kalau tidak suka, naik ruang sidang, lepaskan dengan cara baik,
seperti saat kau nikah begitpula lah saat bercerai ...."
Akun
Nordiana Muhammad pun mengatakan, "Pernah dengar tidak, pepatah mengatakan
bengkoknya istri karena bengkoknya si suami. Kalau isteri ada kesalahan pun
patut kah berbuat macam itu. Kalau sudah tidak mau sekali pun lepaskanlah
dengan cara yg betul, bukan dibiarkan seperti itu...." (*)
Sumber
dari : http://palembang.tribunnews.com
0 comments:
Post a Comment