Banyak orang mengatakan bahwa kisah paling romantis yang menyayat hati
adalah sejarah cinta Romeo dan Juliet. Ada juga yang terinspirasi dengan kisah
cinta singkat yang terselip dalam film Titanic; kisah Jack and Rose. Tidak
kurang banyak yang sudah membaca kisah percintaan sang pujangga dunia Kahlil
Gibran dan kekasihnya May Ziadah. Kalau pembaca pernah menonton drama cinta
dari Korea Selatan pasti takkan asing dengan Winter Sonata. Kisah cinta yang
cukup membuat emosi turun naik setiap hari. Dan terus terang saja, ada yang
sanggup membatalkan sholat mereka gara-gara tidak khusyuk saat menonton kisah
cinta Kang Joon Sang dan Yoo Jin.
Namun, pada tahun 1998 yang silam, para arkeolog di Korea Selatan
menemukan sebuah makam yang berisi sosok pria yang sudah di awetkan, atau
berbentuk mumi ketika melakukan pemnggalian makam kuno di Kota Adong, Korea
Selatan. Di yakini mumi ini bernama Eung Tae Lee yang hidup di abad ke-16.
Setelah menjalani ujikaji, para arkelog menyatakan bahwa pria ini
sepertinya meninggal dunia pada usia 30 tahun. Mendiang adalah bagian dari klan
Goseong Yi. Mengapa kisah ini ditulis? Untuk apa?
Kisah ini menjadi bahan menarik untuk di tulis sebagai hidangan mata dan
hati pembaca karena terselip keunggulan sebentuk ukiran cinta di dalamnya.
Kisah kematian mendiang Eung Tae Lee begitu dramatis karena saat di temukan,
mumi ini mendekap selembar surat dengan isi yang sangat menyentuh dan tidak di
pungkiri beberapa orang arkeolog meneteskan airmata saat membaca isi surat
tersebut.
Surat itu ditulis oleh istrinya yang sedang hamil
Untuk : Ayah Won
Juni 1, 1986
Kamu selalu bilang, “Sayang, mari kita hidup bersama sampai rambut kita memutih. Bagaimana bisa kau pergi lebih dulu tanpaku? Siapa yang harus bercerita kepada anak kita dan bagaimana aku harus hidup? Bagaimana kau bisa pergi mendahuluiku?
Bagaimana kamu akan membawa hatimu padaku dan bahaimana aku membawa hatiku padamu? Setiap kali kita istirahat bersama, kamu selalu bilang, “Sayang, apakah orang lain bisa saling menghargai dan saling mencintai satu sama lain seperti kita?” Kini, kamu meninggalkan semua kenangan itu.
Aku tak bisa hidup tanpamu. Aku hanya ingin pergi denganmu. Tolong bawa aku bersamamu. Perasaanku padamu, aku tak bisa melupakannya di dunia ini, kesedihannya tak mengenal batas. Dimana aku akan menambatkan hatiku sekarang dan bagaimana aku bisa hidup dengan anakmu?
Mohon baca surat ini dan ceritakan perasaanmu dalam mimpiku. Karena, aku ingin mendengarkanmu bercerita dalam mimpiku. Aku menulis surat ini dengan harapan kau tetap bisa berkomunikasi denganku. Ketika aku melahirkan anak kita, siapa yang akan dipanggilnya ayah? Siapa yang tahu bagaimana perasaanku saat ini? Tidak ada tragedi seperti ini di bawah langit.
Kamu ada di dunia lain, dan tidak akan mengalami kesedihan sepertiku. Mohon baca surat ini lebih dekat dan datanglah dalam mimpiku. Aku percaya, aku bisa melihatmu dalam mimpiku.
Surat yang ditulis dengan bait-bait yang penuh kesedihan itu dialamatkan
kepada ayah dari anak yang sedang dalam kandungannya. Di sisi kepala mumi itu,
para arkeolog juga menemukan sepasang sandal yang terbuat dari anyaman jerami
dan rambut istrinya sendiri. Inilah isi dari surat yang hingga kini menjadi
salah satu momen cinta paling bersejarah di dunia.
Di masa duka itu, ia memotong rambutnya, menjalinnya dan merajut
rambutnya bersama helaian jerami menjadi sepasang sandal untuk suaminya. Sandal
itu dikuburkan bersama dengan jenazah suaminya. Itulah benda terakhir
penuh cinta dan air mata yang dibuat oleh sang istri untuk suaminya.
Konon kisah nyata ini menggeser kepedihan fiksi Shakespeare, Romeo dan Juliet.
Inilah, sebuah lagi kisah cinta sejati yang benar-benar menjadi sejarah
di dunia. Cinta sejati itu ada. Tapi biasanya terlihat setelah salah satunya
pergi dan tak akan pernah kembali lagi. Pedih ataupun manis, semuanya menjadi
bagian hidup yang penting bagi para pencinta.
Semoga kita semua bisa saling menghargai dan tidak menjadikan cinta sebagai sebuah lelucon.
Sumber Dari : https://loveinglass.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment