RSS
Container Icon

::. Mohammad Husni Thamrin : Tokoh Betawi Penentang Kebijakan Belanda .::

MESKI terlahir dari keluarga terpandang, Mohammad Husni Thamrin dikenal sangat peduli dengan nasib pribumi yang tertindas oleh kebijakan pemerintah Belanda.

Mohammad Husni Thamrin atau MH Thamrin lahir di Sawah Besar, Jakarta, pada Jumat, 16 Februari 1894. Dia anak dari pasangan Tabri Thamrin dan Nurchomah. Ayahnya seorang pejabat di pemerintahan Belanda, sementara ibunya orang Betawi.

Sang kakek, Ort, adalah seorang Inggris yang merupakan salah satu pemilik hotel di Petojo. Ort menikah dengan perempuan Betawi bernama Noeraini.

Sejak kecil, MH Thamrin atau Mat Seni dirawat oleh pamannya dari pihak ibu karena ayahnya meninggal, sehingga ia tidak menyandang nama Belanda.

MH Thamrin mengawali pendidikan di Institut Bosch. Setelah itu, dia melanjutkan pendidikan di Gymnasium Konning Willem III. Setelah itu dia bekerja di kepatihan. Prestasi kerja yang baik membawanya di Kantor Karesidenan hingga akhirnya bekerja di maskapai pelayaran KPM (Koninklijke Paketvaart Maatscappij).

Perkenalan dengan sosialis bernama Daniel van der Zee, mengantar MH Thamrin yang fasih berbahasa Belanda berkarier di Gemeenteraad (Dewan Kota Praja/ DPRD) pada 27 Oktober 1919 atau saat dia berusia 25 tahun.


Di awal pidato pengangkatannya sebagai anggota Gemeenteraad, Husni Thamrin antara lain bercerita tentang pesan ibunya. "Beliau mengharapkan saya menjadi orang pandai, agar dapat memikirkan kehidupan bersama di sekeliling saya."

Di Gemeenteraad, Husni Thamrin berjuang untuk menuntut perbaikan kota, khususnya perkampungan rakyat.  Dia sering masuk kampung keluar kampung, menyaksikan keadaan rakyat dengan mata kepala sendiri.

Dia pun berpidato di Dewan Kota, menuntut kepada pemerintah supaya segera memperbaiki kampung-kampung di Jakarta. Pidatonya mendapat tanggapan baik. Pemerintah turun tangan. Usaha pertama yang dilakukan ialah membuat saluran air yang cukup besar agar kampung-kampung terhindar dari banjir. Usaha itu kemudian ditingkatkan dengan membangun 'Kanal Ciliwung'.

Empat tahun kemudian atau tahun 1923, Husni Thamrin diangkat menjadi ketua Organisasi Kaum Betawi. Perkumpulan ini bertujuan memajukan perdagangan, pendidikan, dan kesehatan masyarakat.

Husni Thamrin diangkat menjadi anggota Volksraad (Dewan Perwakilan Nasional/DPR) pada tahun 1927. Hal ini bermula saat salah satu kursi Volksraad dinyatakan kosong oleh Gubernur Jenderal. Awalnya, kursi itu ditawarkan kepada HOS Cokroaminoto tetapi ditolak. Kemudian, ditawarkan lagi kepada Dr. Sutomo tetapi juga ditolak.

Dengan penolakan kedua tokoh besar ini, dibentuklah suatu  panitia, yaitu panitia Dr. Sarjito yang akan memilih seorang yang dianggap pantas untuk menduduki kursi Volksraad yang lowong. Panitia Dr. Sarjito akhirnya menjatuhkan pilihannya kepada MH Thamrin. Alasan yang dikemukakannya ialah bahwa Husni Thamrin cukup pantas menduduki kursi itu mengingat pengalamannya sebagai anggota Gemeenteraad.

Menjadi anggota Volksraad, MH Thamrin bersuara lantang tentang kesejahteraan buruh. Dia menuntut agar buruh mendapat hak kesehatan dan gaji yang pantas. Dia juga memperjuangkan penghapusan larangan sekolah swasta seperti Tamansiswa dan Muhammadiyah. Pada 1933, sekolah-sekolah itu diperbolehkan beroperasi.

Dalam Sidang Volksraad, dia juga mengkritik perlakuan terhadap buruh di Sumatera Timur. Hal ini tak terlepas dari hasil kunjungannya ke Sumatera Timur. Dia melihat kondisi buruh memprihatinkan. Mereka dituntut bekerja keras, tetapi kondisi sosial tidak memadai. Dengan sengaja, di sekitar permukiman buruh dibangun tempat judi dan tempat mabuk. Bila melakukan pelanggaran berat, mereka dicambuk atau dirotan.

Ternyata, kritik keras MH Thamrin terdengar hingga luar negeri. Amerika Serikat mengeluarkan reaksi keras. Muncul kampanye untuk tidak membeli tembakau Deli selama Poenale Sanctie atau hukuman yang dikenakan oleh pengusaha perkebunan Belanda kepada para kuli yang dianggap salah atau menyalahi kontraknya, diberlakukan. Akibat reaksi itu, Poenale Sanctie dihapuskan.

Pada 27 Januari 1930, dibentuk "Fraksi Nasional" dalam Volksraad yang diketuai oleh MH Thamrin. Fraksi Nasional terkenal dengan kecaman-kecaman pedasnya terhadap tindakan pemerintah kolonial yang menangkapi pemimpin-pemimpin PNI. Tindakan yang membawa korban dan banyak keluarga menderita itu menggerakkan Thamrin untuk membantu korban-korban di kalangan kaum pergerakan.

Pikiran dan tindakan politis MH Thamrin telah mendorong 'Kaum Betawi' masuk dalam PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia) yang terbentuk dalam tahun 1927 di Bandung.  Husni Thamrin terpilih menjadi bendaharawannya. Pada tahun 1932, dalam kongresnya di Surabaya, MH Thamrin terpilih menjadi Ketua PPPKI dengan wakil ketua Otto Iskandar Dinata, rekannya dalam Volksraad. (Baca juga: Otto Iskandar Dinata, Si Jalak Harupat dari Bojongsoang).

Setelah Dokter Sutomo meninggal p0ada 1938, MH Thamrin yang menjabat sebagai wakil ketua Partai Indonesia Raya dengan gigih memperjuangkan agar istilah Inlander diganti dengan Indonesia atau Indonesisch. Hal itu dia lakukan pada 15 Agustus 1939.

Sebelum Perang Pasifik berkobar, Menteri Perdagangan Jepang Kobajashi berkunjung ke Jakarta. Tujuannya menuntut konsesi yang lebih besar dalam pembelian minyak bumi dan batu bara yang dihasilkan Belanda. Koran-koran memuat pernyataan Kobajashi bahwa Jepang berminat meluaskan pengaruhnya di Hindia Timur. Untuk itu Jepang memerlukan dukungan rakyat Indonesia.

Singkat cerita, Pemerintah Hindia Belanda mulai mencurigai orang-orang Indonesia yang dianggap pro-Jepang. MH Thamrin termasuk yang dicurigai. Ia kemudian dijadikan tahanan rumah pada 6 Januari 1941 karena dianggap berkhianat kepada pemerintahan Belanda.

Saat itu, MH Thamrin sedang sakit. Dia tidak boleh dikunjungi oleh kawan-kawannya, kecuali dokter pribadinya, yakni dr Kayadu, istrinya, anak angkat, dan pembantunya yang setia, Entong. Dalam keadaan sakit dengan status tahanan rumah itu, MH Thamrin tetap memberikan perhatiannya kepada perjuangan nasional. Ia masih mengirimkan pesan kepada kawan-kawannya secara sembunyi-sembunyi.

Beberapa kali dia jatuh pingsan. Sekalipun dr Kayadu yang merawatnya berusaha sekuat tenaga menyelamatkan nyawanya, Tuhan menentukan Iain. MH Thamrin meninggal dunia 11 Januari 1941.

Ribuan orang mengantar sosok yang pernah menyumbangkan 2.000 gulden untuk membuat lapangan Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ, cikal bakal Persija Jakarta, red) di Petojo pada 1932 itu, ke tempat peristirahatan terakhir di Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta.


Berdasarkan SK Presiden RI Nomor 175 Tahun 1960 tertanggal 28 Juli 1960, Mohammad Husni Thamrin dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Bana Alabed : Gadis Cilik Dari Allepo Yang Mengirimi Surat Ke Donald Trump .::


Bana Alabed, gadis cilik berumur tujuh tahun dari Aleppo, Suriah, menulis sebuah surat terbuka kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

"Anda harus melakukan sesuatu untuk anak-anak Suriah karena mereka seperti anak-anak Anda yang layak mendapat kedamaian," tulisnya.

Nama Bana sebelumnya menjadi terkenal karena kicauannya di akun Twitter-nya tentang kondisi rumahnya di Aleppo. Akun Twitter-nya pun menjadi terkenal karena pesan-pesan yang ia tuangkan dari Aleppo timur yang dikepung.

Bana bersama keluarganya berhasil keluar dari Aleppo pada bulan Desember lalu, dalam upaya evakuasi massal. Dia kini bermukim di Turki. Ibu Bana, Fatemah yang membantunya menjalankan akun Twitter, mengirimkan teks surat itu kepada BBC.

Ia mengatakan Bana menulisnya beberapa hari sebelum pelantikan Presiden Trump, karena dia telah berkali-kali melihat Trump di televisi. Berikut ini adalah surat yang ditulis Bana Alabed untuk Presiden Donald Trump.

Donald Trump yang terhormat,

Nama saya Bana Alabed. Saya adalah seorang gadis cilik Suriah berusia tujuh tahun dari Aleppo.

Saya menghabiskan seluruh hidup saya di Suriah, sebelum meninggalkan wilayah timur Aleppo yang dikepung pada Desember tahun lalu.

Saya adalah bagian dari anak-anak Suriah yang menderita akibat perang Suriah.
Tapi kini, saya menemukan kedamaian di rumah baru saya di Turki.

Di Aleppo, saat saya masih di sekolah, bangunannya hancur karena pengeboman. Beberapa teman saya meninggal.

Saya sangat sedih dan berharap mereka bisa bermain dengan saya saat ini.


Di Aleppo saya tidak bisa bermain: itu kota mati.
Kini setelah saya berada di Turki, saya bisa pergi keluar dan menikmatinya.
Saya boleh pergi ke sekolah meskipun saya belum bisa. Itulah sebabnya perdamaian penting bagi semua orang termasuk Anda.

Namun, jutaan anak-anak Suriah tidak seperti saya sekarang, dan mereka masih menderita di berbagai belahan Suriah. Mereka menderita karena orang dewasa. Saya tahu Anda akan menjadi Presiden Amerika Serikat, jadi bisakah Anda menyelamatkan anak-anak dan orang-orang Suriah?

Anda harus melakukan sesuatu untuk anak-anak Suriah karena mereka seperti anak-anak Anda yang layak mendapat kedamaian. Jika Anda berjanji Anda akan melakukan sesuatu untuk anak-anak dari Suriah, saya sudah menjadi teman baru Anda.

Saya menunggu apa yang akan Anda lakukan untuk anak-anak Suriah.

Pemerintah Turki -- tempat di mana Bana dan keluarganya sekarang tinggal, mendukung oposisi Suriah. Namun, posisi Presiden Trump kini belum jelas.

Presiden AS telah berulang kali menekankan keinginannya untuk mempererat hubungan dengan Rusia, dan didukung oleh Presiden Vladimir Putin.

Sementara Rusia adalah pendukung Presiden Suriah Assad di Suriah.

Selama kampanye, ia berbicara tentang penghentian bantuan kepada kelompok pemberontak, -tetapi baru-baru ini, ia juga mengatakan tentang perlunya 'zona aman' bagi Suriah, yang akan membantu pasukan pemberontak.

Sementara itu Iran, Rusia, dan Turki bersama-sama berjanji untuk memberlakukan gencatan senjata selama tiga minggu di Suriah, di tengah pembicaraan damai.

Namun, tanpa persetujuan dari Pemerintahan Assad atau pun pasukan pemberontak, belum jelas bagaimana kesepakatan itu bisa dicapai.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Karena Buah Delima, Sunan Giri Menikahi 2 Wanita Sekaligus Dalam Sehari .::

Sunan Gri ( Maulana Ainul Yaqin )
Sunan Giri salah seorang Wali Songo yang sangat dikenal masyarakat memiliki banyak karomah dan keistimewaan yang diberikan kepadanya oleh Allah SWT. Banyak kisah mengenai keistimewaan dan karomah yang dimilikinya salah satunya adalah meminang dan menikahi dua gadis cantik dalam waktu satu hari.

Kedua gadis cantik tersebut juga bukan sembarang orang melainkan puteri dari Sunan Ampel sesepuh Wali Songo dan Sunan Bungkul.

Kedua istri Sunan Giri tersebut, yaitu Dewi Murtasiah binti Sunan Ampel dan Dewi Wardah binti Ki Ageng Bungkul.

Kisahnya dimulai saat Ki Ageng Supa Bungkul mempunyai sebuah pohon delima yang aneh di depan pekarangan rumahnya.

Setiap kali ada orang hendak mengambil buah delima yang berbuah satu itu pasti mengalami nasib celaka, kalau tidak ditimpa penyakit berat tentulah orang tersebut meninggal dunia.

Oleh karena itu, Sunan Bungkul bernazar, jika ada orang yang selamat tertimpa buah delima miliknya, akan menjodohkan dengan putri kesayangannya, Dewi Wardah.

Kebetulan menjelang pernikahannya dengan Dewi Murtasiyah, Sunan Giri melintas di depan rumah Ki Ageng Bungkul.

Tiba-tiba dia tertimpa buah delima milik Ki Ageng Bungkul, yang dikenal punya tuah namun tidak terjadi apa-apa. Lalu Sunan Bungkul menemui Sunan Giri dan mengatakan nazarnya tersebut.

Mendengar nazar Ki Ageng Bungkul itu, Sunan Giri bingung bukan kepalang. Sebab dia akan melangsungkan akad nikah dengan putri Sunan Ampel gurunya pada hari ini sehingga tak mungkin dibatalkan.

Lalu Sunan Giri menyampaikan ke Sunan Bungkul bahwa dia tidak mungkin menikahi Dewi Wardah karena memang akan berangkat melangsungkan akad nikah dengan Dewi Murtasiah putri Sunan Ampel. Rencana pernikahan dengan Dewi Murtasiah memang telah dipersiapkan sebelumnya.

Namun Sunan Bungkul tetap bersikeras meminta Sunan Giri untuk tetap menikahi puterinya. Akhirnya keduanya pun menemui Sunan Ampel yang dikenal karena kesaktian dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan masalah.

Tapi setelah mendengar cerita yang dikisahkan Sunan Bungkul, Sunan Ampel mengatakan apa yang dialami muridnya itu sudah menjadi takdir yang ditentukan oleh Allah SWT.

Sehingga kata Sunan Ampel, tidak apa-apa kalau Sunan Giri muridnya untuk dua kali menikah dalam satu hari. Karena yang dialaminya itu bukan kehendak sendiri melainkan sudah menjadi takdir Allah SWT.

Akhirnya, dalam sehari Sunan Giri menikah dengan dua gadis cantik sekaligus. Pagi hari menikah dengan Dewi Murtasiyah, setelah seusai Salat Azar dengan Dewi Wardah.

Dari pernikahannya dengan Dewi Murtasiyah dikarunai delapan putera maupun puteri yaitu

1. Ratu Gede Kukusan
2. Sunan Dalem.
3. Sunan Tegalwangi.
4. Nyai Ageng Seluluhur
5. Sunan Kidul
6. Ratu Gede Saworasa
7. Sunan Kulon
8. Sunan Waruju

Sementara dengan Dewi Wardah, Sunan Giri dikarunai seorang putra dan seorang putri yaitu:
 
1. Pangeran Pasirbata

2. Siti Rohbayat.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Cinta Tulus Dari Pemuda Bisu .::

Seorang  pemuda  bisu  bernama  Rafli  amat  sangat  mencintai  seorang  wanita  cantik  dan  populer  bernama  Kinar, setiap  hari  Rafli  memandangi  Kinar  dari  kejauhan, meskipun  Kinar  sama  sekali  tak  mengenal  Rafli, namun  Rafli  begitu  mengenal  Kinar. Setiap hari disela-sela  kesibukannya  membantu  berjualan  disebuah  kampus  dimana  Kinar  menuntut  ilmu,  Rupanya  Rafli  selalu  bingung  bagaimana  cara  ia  mengungkapkan  perasaanya  kepada  Kinar, mungkin  ia  pria  yang  penuh  keterbatasan  sehingga  untuk  mengungkapkan  perasaanya  saja  ia  tak  mampu  dan  tak  mengerti, ingin  rasanya  ia  dekati  Kinar  dan  mengungkapkan  semua  rasa  ketertarikannya  pada  Kinar.


Saat  jam  kuliah  telah  usai  tanpa  diduga  Rafli  yang  tak  tau  apa-apa  tentang  mengungkapkan  sebuah  cinta  berusaha  menarik  tangan  Kinar, "Eh eh ,, kamu  mau  apain  saya,  lepas  lepas ". Kinar  begitu  panik  dan  berteriak  minta  tolong.  Namun  Rafli  terus  menarik  tangan  Kinar sampai  ketempat  sepi, tangannya  membekap  lembut  mulut  Kinar, sesamapainya  ditempat  sepi   Rafli  memandang  Kinar  dengan  begitu  lugu  ia  tersenyum, Kinar  merasa  perbuatan  Rafli  adalah  sebuah  kejahatan,  ia  membrontak  dan  sesekali  ia  ludahi  Rafli, namun  Rafli  hanya  memandangi  Kinar  tetap  dengan  senyuman. 

Kinarpun  kebingungan dan  dengan  emosinya  ia  bertanya "Mau  apa  kau  bawa  aku  kesini.! lepaskan  aku ..!" . Rafli masih  dengan  pandangannya  yang  lugu  kemudian  mengambil  secarik  kertas  dalam  kantong  celananya,  dan  ia  berikan  kepada  Kinar, rupanya  itu  adalah  ungkapan  cinta  dari  Rafli  yang  bertuliskan  "Aku  mencintaimu" .

Kinarpun  semakin  tak  mengerti,  bagaimana  bisa  orang  yang  tak  ia  kenal  bisa  mempunyai  perasaan  cinta  kepadanya. 
"Apa  alasanmu  mencintaiku.? "tanya  Kinar  sembari  emosi  dan  amarahnya  semakin  memuncak.  
Masih  dengan  senyumnya  Rafli  memandang  wajah  Kinar  sembari  memandangi  Kinar  ia  menggelengkan  kepalanya,  menandakan  bahwa  ia  tak  tahu  alasannya.
Masih  dengan  amarahnya  Kinar  berkata "Dasar  idiot  kamu, cepat  lepaskan  aku atau  kamu  bakalan  nyesel".
Rafli  tersenyum, akhirnya  melepaskan  pegangan  tanganya  ke  Kinar, sembari  tangannya  menggisyaratkan  bahwa  ia  ingin  Kinar  jangan  beranjak  dulu, rupanya  Rafli  ingin  membicarakan  sesuatu  dengan  Kinar, lalu  Rafli  mengambil  buku  dan  pena  dari  tas  Kinar , Ia tetap  dengan  senyumnya  sembari  menuliskan  sesuatu,  ntah  apa  yang  dituliskannya, saat  Rafli  menulis  dengan  tenang, dan  disaat  itupun  dipergunakan  oleh  Kinar  untuk  melarikan  diri.

Akhirnya  Kinarpun  lari  menjauh  dari  Rafli  yang  sedang  terus  menulis  sepertinya  Raflipun  menyadari  Kinar  pergi  dan  hanya  bisa  memandangnya, Kinar  berlari  sampai  diujung  persimpangan  dan  rel  kreta,  tanpa  sadar  kreta  bergerak  mendekat  kearah  kinar  berdiri yang  tak  sadar  karena  terlalu  panik, Rafli  yang  tak  bisa  bicara  apalagi  teriak  lalu  mengejar  kinar  sampai  sesaat  kreta  begitu  dekat  dan  hampir  saja  menghantam  tubuh  Kinar  Akhirnya  mereka  berdua  terlempar  menjauh  dari  kreta, hampir  saja  mereka  berdua  terhantam  kreta  yang  melaju  cukup  kencang.

Kerumunan  orang  yang  mendekat  dimana  mereka  berdua  terpental. Beruntung  Kinar  tak terluka  sedikitpun  dan  sementara  Rafli  kepalanya  menghantam  batu  mengakibatkannya  terluka namun  tak  sampai  fatal,  Kinar  berusaha  untuk  membangunkan  Rafli  dari  pingsannya tangannya  menggenggam  kertas  yang  tadi  dituliskannya, saat  Kinar lalu mengambil kertas ditangan Rafli dan membacanya 

"Rafli  sayang  Kinar, Rafli  cinta  Kinar, Rafli  gak  punya  alasan  kenapa  Rafli  mencintai  Kinar, jadi  Rafli  mau  lepasin  Kinar, Rafli  cuma  mau  Kinar  bebas  dan   bahagia" .

Tulisan  itu  membuat  Kinar  menangis, air  matanya  menetes, ternyata  tak  ada  niat  buruk  sedikitpun  dari  Rafli, ia  hanya  ingin  mengungkapkan  rasa  cintanya  kepadaku, namun  ia  tak  tau  bagaiman  caranya. Dan  lebih dari  itu  apa  yang  dituliskan  Rafli  menandakan  bahwa  cintanya  tak  memiliki  alasan, ia  hanya  ingin  melihat  Kinar  bahagia  meskipun  bukan  dengannya.  dan  sejak  saat  itu  Kinar  dan  Rafli  berteman  akrab, dan  saat  Kinar  tanyakan  kejadian  dipinggir  rel  kreta  "Mengapa  kau  melepaskanku  sementara  engkau  mencintaiku."
Rafli  menjawab  masih  dengan  tulisanya

"Karena  Rafli  teringat  nasehat ibu,  bahwa  jika  Rafli  mencintai  seseorang,  jangan  cintai  dengan  sepenuh  hati  Rafli,  cintai  dia  dengan  cukup  dan  cintai  dia  juga  dengan   nuranimu,  karena  hati  bisa  saja  tertutup  dan  gelap, sementara  nurani  tetap  terang  dan  bercahaya, dan  saat  khilaf  datang  nuranimu  pasti  menyadarkanmu".

Dan  Kinarpun  tersenyum  memeluk  Rafli  sambil  berbisik,  Rafli  maukah  engkau  mencintaiku  dengan  hati  dan  Nuranimu.?"


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. 6 Kejadian Unik Jamaah Haji Indonesia Saat Melaksanakan Ibadah Haji .::

Inilah 6 Peristiwa unik yang ikut mewarnai perjalanan 155.200 jamaah haji Indonesia di Tanah Suci.


Ditahan 15 hari akibat membawa Jimat dan Sarang Tawon

Ahmad Malik Tarsawi dari kloter SUB 3 asal Madura terpaksa harus ditahan selama 15 hari oleh aparat Arab Saudi lantaran kepergok membawa barang-barang terlarang berupa jimat dan obat sarang tawon yang diduga mengandung opium. Dia ditahan saat masuk ke Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah pada Rabu 10 Agustus 2016 pukul 23.06 WAS dan baru dibebaskan pada 23 Agustus 2016. Belajar dari kasus ini, Menag Lukman Hakim Saifuddin sampai mengeluarkan imbauan khusus. (Baca: Belajar dari Kasus Jamaah Ditahan, Menag Keluarkan Imbauan Khusus)


“Biasa orang Madura bawa jimat, kalau sarang tawon karena orang yang punya maag, biasanya ditempel (untuk meredakan sakit),” ujar Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Abdul Djamil.


Bolak balik Indonesia-Arab Saudi 2 kali akibat paspor tertukar


Kisah Sri Astuti (60) mirip cerita-cerita dalam sinetron namun hadir dalam kehidupan nyata. Jamaah haji asal Malang tersebut dideportasi karena paspornya tertukar dengan calon jamaah lain yang belum berangkat. Nah lho, kok bisa? (Baca: Kisah Sri Naik Haji, Bak Sinetron Berjudul 'Paspor yang Tertukar')


Akibat kejadian ini Sri harus dideportasi dan terpaksa pulang kembali ke Indonesia meski sudah sampai Jeddah pada pada 30 Agustus 2016. Setelah diurus kembali paspornya melalui proses super kilat akhirnya Sri bisa diterbangkan kembali ke Arab Saudi pada 2 September 2016. Kisah Sri berakhir bahagia karena bisa sampai tanah suci untuk menunaikan ibadah haji dan berkumpul kembali bersama suaminya, Tugiman. Sri tercatat sebagai jamaah haji pertama yang bolak-balik Indonesia-Arab Saudi dalam waktu dekat dan menempuh perjalanan selama 30 jam demi beribadah haji. Semoga menjadi haji mabrur.


Nenek pakai Sprinkle untuk tempat jemuran, picu banjir di tiga kamar


Tak ada angin dan hujan, namun banjir menerjang tiga kamar di Hotel Holiday Inn, tempat jamaah haji Indonesia menginap di Makkah. Pemicunya seorang nenek di kamar 451 Hotel Holiday Inn di rumah nomor 10 di Aiziyah Syimaliyah, Makkah, membuat jemuran dikaitkan pada sprinkle yang ada di langit-langit kamar. Alhasil, air pun memancar dan banjir dadakan datang, sang nenek pun lari kalang kabut. (Baca: Sprinkle Dibuat Jemuran, Kamar Jamaah Haji Kebanjiran)


Jamaah Haji masuk mesin X-ray


Kekonyolan terjadi di Bandara Internasional Pangeran Muhammad bin Abdul Aziz di Madinah. Seorang jamaah haji asal NTT yang tidak disebutkan identitasnya, masuk mesin X–ray karena tak mau lepas dari tas yang dibawanya.


Buang puntung rokok sembarangan berujung Kebakaran


Tindakan yang satu ini tak patut ditiru. Akibat ulah seorang jamaah haji membuang puntung rokok sembarang, jamaah haji pun berhamburan dari pemondokannya di rumah nomor 620 Syisyah, Makkah. Mereka mengira hotel terbakar karena asap tebal masuk ke kamar hotel dari jendela. Usut punya usut asap tersebut berasal dari kebakaran tumpukan sampah di belakang hotel dipicu aksi iseng buang punting rokok sembarangan. Dalam insiden ini tiga mobil pemadam kebakaran Arab Saudi sampai diterjunkan untuk memadamkan api. (Baca: Puntung Rokok Jamaah Haji Indonesia Picu Kebakaran)


Ulah sopir bus bikin jamaah tak miqot di Bir Ali

Sebanyak 42 jamaah haji Kloter 2 Banjarmasin yang sudah sampai di Makkah sejak Sabtu lalu, pada Senin 22 Agustus dikirim kembali ke tempat miqot di Bir Ali, Madinah. Ada sebuah insiden yang membuat mereka tidak berihram di Bir Ali saat perjalanan dari Madinah ke Makkah. Padahal ini menjadi syarat sempurnanya ibadah haji.


Gara-gara kasus ini PPIH Arab Saudi harus bekerja keras untuk mencarikan solusi. Maklum, aturan di Arab Saudi beda dengan di Indonesia. Ada ketentuan jamaah haji yang sudah masuk Makkah tak boleh keluar kota lagi. PPIH Arab Saudi harus menempuh jalur birokrasi panjang untuk mendapatkan izin membawa jamaah keluar Makkah. Itu pun dilakukan setelah tim konsultan bimbingan haji mengkaji masalah ini dan memberikan opsi kepada jamaah haji yang terlanjur masuk Makkah tanpa mengambil miqot di Bir Ali.


Sumber Dari : http://news.okezone.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Antara Cinta Dan Nafsu .::

Pengalaman yang ingin kuceritakan ini belum lama terjadi, mungkin sekitar 6 bulan yang lalu. Saat itu aku tengah menjalin hubungan dengan seorang pria, hubungan itu berawal dari status pertemanan biasa saja.

Dan dari pertemanan itu muncul chemistry diantara kami yang membuat kami cepat akrab. Tapi meski demikian, diantara kami tidak pernah terjalin status hubungan berpacaran. Bisa dikatakan hubungan kami adalah tanpa status atau istilah kerennya teman tapi mesra.

Aku menjalin hubungan dengannya karena aku baru saja putus dengan pacarku. Berkenalan dengannya tiga hari setelah aku putus dengan pacar yang kini menjadi mantanku. Kami berkenalan lalu saling dekat, kami menjadi akrab dan saling berbagi. Kami pun sering jalan keluar.

Karena kedua orang tuaku sibuk dan aku pun sedang dalam masa galau, aku pun menerima setiap ajakan dia untuk keluar jalan bersama dengan senang hati. Kami keluar layaknya pasangan pada umumnya. Kami menikmati dunia kami tanpa memperdulikan apapun yang orang lain katakan. Aku sendiri juga tidak tahu apakah ini termasuk cinta atau pelampiasan?

Karena semakin lama kami semakin dekat, kami pun semakin berani melangkah jauh meski tanpa status hubungan apapun. Saat itu dirumahku sedang kosong, kami baru saja menghabiskan waktu malam minggu. Karena rumahku termasuk kawasan komplek, otomatis suasana rumah pun sepi.

Aku dan dia duduk berdua di ruang tamu setelah kami lelah berjalan-jalan. Aku pun juga tidak tega untuk mengusirnya. Saat itu aku menyandarkan kepalaku ke bahunya dan tanpa kami dapat cegah atau kontrol, secara perlahan kepalanya semakin dekat hingga bibir kami saling bertemu.

Lama kami berciuman hingga kami tidak tahu bahwa waktu telah lama berlalu. Karena waktu telah menunjukkan pukul 11 malam, aku memintanya untuk pulang. Ternyata ciuman serta pelukan itu tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Kami melakukannya kembali di tempat-tempat lain dan tidak hanya di rumah kami saja. Semakin lama, semakin sering. Sepertinya aku mulai terjerat di antara cinta dan nafsu.

Namun lama kelamaan aku jadi berfikir dan tidak tahu juga mengapa aku melakukan hal itu? Apakah ini cinta? Ataukah hanya sekedar nafsu? Saat dengan mantanku, aku bahkan tidak pernah melakukan hal itu hingga akhirnya dia memutuskanku karena dia mengira bahwa aku wanita polos dan tak sejalan dengannya. Tapi mengapa aku bisa begini?


Hubungan kami hampir berjalan 2 bulan. Rasanya waktu berlalu begitu cepat. Namun lama-lama aku jadi bosan dengannya. Aku bosan berciuman tanpa rasa dengannya. Awalnya memang ciuman itu berasa seperti terdapat suatu getaran yang membuat kami ketagihan. Tapi lama-kelamaan semuanya seperti membosankan. Mungkin begitulah nafsu, dia membosankan dan layu. Tidak seperti cinta yang selalu membahagiakan.

Beberapa hari kemudian aku mendapat kabar bahwa aku tukang perusak hubungan orang. Tentu saja aku tidak terima tuduhan itu. Aku tidak tahu menahu apa pun tentang hal itu. Otomatis aku bertanya-tanya. Hingga akhirnya aku mngetahui bahwa dia telah memiliki pacar.

Mereka memang sedang break dalam hubungan yang sedang mereka jalani karena pacarnya sedang magang di suatu kantor. Aku yang tahu hal itu pun kaget dan memutuskan hubunganku dengannya.

Entah apakah keputuskanku itu benar atau tidak. Aku meninggalkan dia begitu saja. Aku tidak memberikan kabar apapun padanya. Karena menurutku, hubungan kami memang tidak pantas untuk dilanjutkan. Dia katakan cinta, namun bagiku semua hanyalah sebatas nafsu belaka. Aku tidak mau terombang ambing berada di antara cinta dan nafsu.


Demikian kisahku, aku beruntung karena tidak terlibat terlalu dalam dengannya, apalagi sampai berhubungan intim. Entah apa jadinya aku jika sampai menyerahkan kehormatanku kepadanya. Ada baiknya, pengalamanku ini dijadikan pelajaran bagi teman-teman terutama kaum wanita supaya lebih berhati-hati antara cinta dan nafsu.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Beberapa Karomah Dari Syekh Akbar Abdul Fattah .::

Syekh Akbar Abdul Fattah adalah salah satu ulama terkenal di Tasikmalaya yang diyakini memiliki segudang karomah. Ulama tersebut dilahirkan pada 1884 di Desa Cidahu Tasikmalaya. 

Sebagai ulama kharismatik, Syekh Akbar Abdul Fattah memiliki banyak karomah. Suatu hari, dalam perang kemerdekaan, pasukan Hizbullah, yang terdiri dari para santri pimpinan Syekh Akbar Abdul Fattah, dijatuhi bom oleh Pesawat Belanda.

Namun, bom-bom itu tidak meledak. Karena Syekh Akbar Abdul Fattah telah membekali para santrinya dengan air yang telah didoainya. “Air doa” sang wali inilah yang, atas izin Allah SWT, menangkal bom-bom penjajah tersebut.

Dikisahkan sejak belia Abdul Fattah sudah tertarik pada kehidupan rohaniah dengan menimba ilmu tarekat pada KH Sudjai, guru mursyid Tarekat Tijaniyah, selama tujuh tahun sejak 1903.

Selama menjadi santri, Abdul Fattah terkenal dengan sebutan “Si Linggis”, karena analisisnya terhadap berbagai ilmu agama yang sangat tajam.

Terutama ketika dia mampu menganalisis dengan menggunakan ilmu nahu dan saraf dengan pendekatan tasawuf. Dia suka belajar dengan membaca berbagai kitab, sehingga beberapa pelajaran yang belum sempat disampaikan oleh gurunya sudah dikuasai.

Suatu hari, Abdul Fattah membaca ayat 17 surah Al-Kahfi, “Barang siapa diberi hidayah oleh Allah, dia termasuk orang yang diberi petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, dia sekali-sekali tidak akan mendapatkan seorang wali yang mursyid,".

Lalu dia bertanya kepada Kiai Sudjai, “Siapakah Wali Mursyid yang dimaksud dalam ayat ini?” Kiai Sudjai menjelaskan perihal wali mursyid sebagai guru tarekat, sementara mencari wali mursyid merupakan keharusan. Tapi, karena Kiai Sudjai mengaku bukan wali mursyid, Abdul Fattah disarankan untuk mencari wali mursyidnya.

Lalu berangkatlah Abdul Fattah mencari wali mursyid dengan mengunjungi para ulama di Jawa dan Sumatera. Karena belum menemukan, dia lalu mencarinya ke Timur Tengah, khususnya Mekkah.

Maka pada 1922 dia pun berangkatlah, dengan membawa seluruh anggota keluarganya. Sampai di Singapura, kapal yang mereka tumpangi rusak. Terpaksalah dia bermukim di Singapura itu. Abdul Fattah tinggal di Kampung Watu Lima, kemudian di Kampung Gelang Serai, selama lima tahun.

Di sanalah dia,  bertemu Syekh Abdul Alim Ash-Shiddiqy dan Syekh Abdullah Dagistani, yang mengajarkan Tarekat Sanusiyah.

Pada 1928, setelah memulangkan keluarganya ke Tasikmalaya, dia berangkat ke Mekkah bersama beberapa jamaah haji Indonesia, seperti KH Toha dari Pesantren Cintawana, Tasikmalaya, dan KH Sanusi dari Pesantren Syamsul Ulum, Gunungpuyuh, Sukabumi.

Selama di tanah suci, Abdul Fattah bergabung dengan Zawiyah Sanusiyyah di Jabal Qubais, mengaji kepada Syekh Ahmad Syarif As-Sanusi selama lima tahun.

Karena sangat alim, belakangan Abdul Fattah mendapat kepercayaan membaiat atau menalkin murid tarekat yang baru masuk. Selama belajar tarekat kepada Syekh Ahmad Syarif, dia sempat mengalami berbagai ujian.

Suatu hari, ketika tengah mengajar, Syekh Ahmad Syarif mengamuk dalam majelisnya. Apa saja yang ada di dekatnya dilempar ke arah murid-muridnya. Semua muridnya lari berhamburan karena takut. Namun, Abdul Fattah tak bergeming, tetap diam di tempat.

Sebagai guru mursyid tarekat, Syekh Ahmad Syarif biasa duduk di kursi istimewa, dan tak seorang pun berani mendudukinya. Sebab, siapa yang berani mendudukinya, badannya akan hangus.

Suatu hari Syekh Ahmad memerintahkan Abdul Fattah untuk menggantikannya mengajar. Maka dengan tenang Abdul Fattah duduk di kursi istimewa itu, tanpa ada kejadian apa pun yang mencelakakannya.

Akhirnya, pada suatu hari, Syekh Ahmad Syarif memanggilnya. Dia menceritakan, semalam Rasulullah SAW memerintahkan untuk melimpahkan kekhalifahan Tarekat Sanusiyah kepada Abdul Fattah Al-Jawi untuk dikembangkan di negerinya.

Sejak itu Abdul Fattah mendapat gelar Syekh Akbar Abdul Fattah. Setelah itu, lebih kurang dua tahun kemudian, Syekh Ahmad Syarif As-Sanusi pun wafat.

Karomah yang lain terjadi ketika Syekh Abdul Fattah ingin berziarah ke makam Rasulullah SAW di Madinah. Membawa bekal secukupnya, bersama beberapa kiai dari Jawa, dia berjalan kaki menuju Madinah.

Di tengah perjalanan, rombongan itu diadang perampok bersenjata pedang. Syekh Akbar lalu memerintahkan rombongannya melepaskan apa saja yang ada di tangannya ke kanan dan kiri, sebagai kepasrahan seorang hamba yang lemah tak berdaya.

Sambil melepaskan apa yang dimiliki, Syekh Akbar berteriak dengan suara lantang, ”Ash-shalatu was salamu ‘alaika ya Rasulallah! Qad Dhaqat hilati, adrikni ya Rasulallah!” (Selawat dan salam sejahtera atas Tuan, wahai Rasulullah! Mohon lenyapkan rintangan jalan kami menuju engkau, wahai Rasulullah!). Ajaib! Kontan para perampok itu berteriak-teriak kesakitan sambil memegang leher mereka, “Ampun ya Syekh Jawa, ampun ya Syekh Jawa! Panas, panas!”.

Pemimpin perampok itu lalu mohon dibebaskan dari siksaan. Kemudian  Syekh Akbar pun mendekati dan menepuk pundak para perampok itu satu per satu. Barulah rasa sakit karena panas tak terkirakan di tenggorokan itu reda.

Seketika itu pemimpin perampok menyatakan bertobat, dan bersedia mengantarkan rombongan ke mana saja.

“Kalian adalah bangsa Arab yang berdekatan dengan kampung Rasulullah SAW, sedangkan kami datang dari negeri yang sangat jauh – tapi demi berziarah kepada Rasulullah SAW. Tidakkah kalian malu melakukan hal yang tidak terpuji ini? Sudah sepantasnya kalian lebih berbangga daripada kami, karena negeri kalian dikunjungi banyak orang dari seluruh pelosok negeri.”

Pada 1930, Syekh Akbar Abdul Fattah pulang kampung dengan membawa ajaran Tarekat Sanusiyah, yang di kemudian hari berganti nama menjadi Tarekat Idrisiyah karena tiga alasan.

➤ Pertama, Untuk berlindung dari tekanan politik kaum kolonialis Belanda. 
➤ Kedua, Kandungan ajaran kedua aliran itu sama, karena Idrisiyah juga merupakan anak Tarekat Sanusiyah, yang sama-sama berguru kepada Syekh Ahmad bin Idris. 
➤ Ketiga, Untuk mendapatkan berkah Syekh Ahmad bin Idris atas keistimewaan lafaz zikirnya yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan Nabi Khidlir, yaitu Fi kulli lamhatin wa nafasin ‘adada ma wasi’ahu ‘ilmullah.

Di Cidahu, Syekh Akbar Abdul Fattah menghadapi berbagai tantangan, baik dari penjajah Belanda maupun para jawara. Namun semua itu dia hadapi tanpa takut sedikit pun. Tiga tahun kemudian dia mulai mendirikan beberapa zawiah di beberapa tempat, terutama di Jawa Barat, masing-masing dilengkapi dengan sebuah masjid, Al-Fattah.

Pada 1930, dia sempat berdakwah sampai ke Batavia, singgah di Masjid Kebon Jeruk, kini di kawasan Jakarta Kota. Dia juga sempat mengembangkan tarekat di Masjid Al-Makmur, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Suatu hari dia mengembangkan tarekat di Masjid Al-Falah di Batutulis, kini di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat. Di sana dia juga harus menaklukkan para jawara. Dan sejak itu syiar dakwah Islam terus berkembang. Banyak muridnya yang kemudian mewakafkan tanah untuk digunakan sebagai zawiah. Dia juga membangun sebuah asrama untuk tempat tinggal para santri dari jauh. Di tengah kesibukannya mengajar di Batavia, dua minggu sekali dia menyempatkan diri mengajar di kampung halamannya.

Pada 1940, karena pesantrennya di Cidahu sudah tidak bisa menampung jamaah, dia lalu memindahkannya ke Kampung Pagendingan, Kecamatan Cisanyong, Kabupaten Tasikmalaya. Salah satu karomah lainnya yaitu ketika seorang nelayan terdampar sampai ke Pantai Australia. Dia kemudian berdoa,

“Ya Allah, mengapa Engkau asingkan aku yang lemah ini di sini? Padahal, aku hanya bermaksud mencari nafkah buat anak-istriku. Ya Allah, datangkanlah penolong.” Ketika itulah ia melihat seorang ulama bertubuh tinggi besar berpakaian serba putih. Tiba-tiba dia memindahkan perahu nelayan itu ke tempat asalnya. Setelah selamat, nelayan itu menawarkan ikan besar yang baru saja ditangkapnya kepada ulama penolongnya itu.

Dengan tersenyum, ulama tersebut berkata, “Aku tidak membutuhkan ikan itu. Jika engkau ingin menjumpaiku dan menjadi muridku, datanglah ke Pagendingan, Tasikmalaya.”

Setelah itu ulama tinggi besar itu pun lenyap dari pandangan mata. Selang beberapa minggu kemudian, nelayan itu datang ke Pesantren Pagendingan. Di sana dia bertemu Syekh Akbar Abdul Fattah ulama yang fisik dan gerak-geriknya persis seperti yang dia lihat di Pantai Australia. 

Syekh Akbar Abdul Fattah wafat pada 1947 dalam usia 63 tahun, dimakamkan dalam kompleks Pesantren Al-Fathiyah al-Idrisiyah, Jalan Raya Ciawi Km 8, Kampung Pagendingan, Kecamatan Cisanyong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Sejak itu pemimpin Tarekat Idrisiyah diserahkan kepada Syekh Akbar Muhammad Dahlan.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS