RSS
Container Icon

::. Tawari Omran Daqneesh Rumah, Surat Alex Sentuh Presiden Obama .::

Alex                                                           Omran Daqneesh

Alex, seorang bocah enam tahun asal Amerika Serikat (AS) menulis surat yang menyentuh perasaan Presiden Barack Obama. Dalam suratnya, Alex berjanji untuk memberikan rumah untuk Omran Daqneesh, bocah lima tahun di Suriah yang pernah jadi sorotan dunia karena jadi korban pengeboman di Aleppo.

Surat baik hati bocah yang tinggal di Scarsdale, New York, itu telah menjadi viral.  ”Presiden Obama yang terhormat, ingat pada anak yang dijemput oleh ambulans di Suriah?,” bunyi surat Alex yang diterbitkan oleh Gedung Putih.





”Bisakah Anda pergi mendapatkan dia dan membawanya ke rumah kami. Kami akan menunggu kalian dengan bendera, bunga dan balon. Kami akan memberinya keluarga dan dia akan menjadi saudara kami,” lanjut surat Alex, seperti dikutip Daily Mirror.


Presiden Obama menulis bahwa Alex adalah seorang anak yang tidak belajar untuk menjadi sinis.

Kata-kata dari surat Alex kemudian dikutip oleh presiden pada pertemuan puncak Majelis Umum PBB yang membahas krisis pengungsi minggu ini. Gedung Putih telah membuat video, di mana Alex membaca suratnya.

”Kita semua harus lebih dari seperti Alex,” tulis Presiden Obama. ”Bayangkan dunia akan terlihat seperti jika kita (seperti Alex). Bayangkan berapa penderitaan yang bisa kita ringankan dan kehidupan yang kita bisa selamatkan,” lanjut Obama.

Surat untuk Obama itu juga membuat Alex terkenal di media sosial dalam sekejap. Kebanyakan memuji sifat Alex yang memiliki cinta, simpati dan solidaritas kemanusiaan melebihi orang dewasa pada umumnya.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Kegilaan Cinta Majnun & Kesetiaan Laila Yang Melegenda .::


Dahulu kala, hiduplah seorang pemuda yang bernama Qais. Ia anak tunggal dari seorang kepala suku yang terkemuka. Qais tampan, gagah dan dicintai semua orang. Ia juga memiliki segudang keterampilan, tetapi hanya syair yang paling ia gemari.

Setelah cukup umur, Qais bersekolah di sekolah yang paling prestisius di zamannya. Hanya mereka dari keluarga terpandang yang dapat bersekolah di sana, termasuk sang putri dari kepala suku tetangga, Laila. Cantik jelita, ramah mempesona. Banyak yang melamarnya, tapi hanya pulang dengan tangan hampa.

Takdir telah ditetapkan, Qais dan Laila ternyata teman sekelas. Mereka langsung saling mencinta sejak pandangan pertama. Percikan cinta berubah menjadi gelora membara, membuat sekolah yang mulanya tempat belajar menjadi jumpa sang kekasih.

Masyarakat menggunjing, perihal Qais dan Laila yang semakin menjadi-jadi. Dunia seakan milik berdua, menafikan segala eksistensi lain di sekitarnya. Orangtua Laila yang malu, menarik anaknya dari sekolah, menyisakan Qais yang hampa tanpa belahan jiwa. Ia menggila, meninggalkan rumah dan sekolah demi mencari sang pelita. Syair-syair mengiringi rasa rindu dan gundah, membuat orang-orang di sekitar berpikir, “Qais sudah gila (Majnun)!”

Beberapa isi syair Qais untuk Laila:
“Mereka Jauhkan aku dari rumah Layla,
Hatiku pun mendampingi penghuni rumah itu,
Adakah jalan bagiku dan baginya menuju cinta
Andaikan semua air susu membeku untuk dituangkan.
Lantaran kasihnya lah, ia kan mencair dan mengalir untukku. ” 
“Bila dekat rumah (Layla), aku merasa terbebani,
tetapi bila aku jauh darinya aku merasa sedih,
sehingga dekat maupun jauh tidak bahagia dan terus meronta.
Bila dia janji, cintaku kian menggebu menantinya,
bila tidak janji aku mati menanti janjinya,
sehingga jauh maupun dekat aku teringankan.
Namun, belum menyembuhkan apa yang kami rasakan,
sungguhpun demikian dekat dengannya lebih baik ketimbang jauh darinya.”

Majnun kini tinggal di puncak bukit, dekat desa Laila. Semuanya demi memuaskan rindu terhadap sang kekasih. Berbulan-bulan lamanya, ia kedatangan tamu juga, teman dekatnya. Mereka yang peduli terhadapnya, membantu Majnun untuk mempertemukannya dengan Laila.

Demi cinta, segalanya dilakukan, termasuk menyamar menjadi pelayan wanita dan menyusup ke dalam kediaman sang gadis tercinta. Laila yang merasakan getaran batin Majnun yang menggebu-gebu, segera menghias diri dengan pakaian indah nan menawan. Benar saja, ia akhirnya bertemu lagi dengan sang pangeran hati. Tak perlu kata, degup jantung sudah dapat berbicara. Kedua mata mereka saling merekam keindahan dari pelabuhan cintanya. Sayang, sang penjaga tiba-tiba datang dan memaksa mereka pulang. Orang tuanya pun memperketat penjagaan, menjauhkan sang malam dari rembulannya.

Majnun semakin gila. Orangtuanya berniat untuk menghiburnya dengan wanita-wanita cantik lainnya, tapi justru sia-sia. Majnun pun kabur dari rumah dan tinggal di alam bebas, demi hidupnya, demi cintanya. Di sebrang sana, Laila semakin gundah gulana. Terpenjara dalam kamar, hanya dapat bersahabat dengan sepi dan mencintai yang tak tampak.

Suatu ketika, seorang bangsawan yang terkemuka melihatnya di taman. Serta merta hatinya segera tunduk pada kecantikannya. Orangtua Laila yang mengetahuinya, segera melangsungkan pernikahan keduanya. Tentu, Laila menolak dengan sejuta alasan, tapi keputusan telah ditetapkan dan mereka berdua pun menikah.

Kerabat dan handai- taulanku mencela
Karena aku telah dimabukkan oleh dia
Ayah, putera- putera paman dan bibik
Mencela dan menghardik aku
Mereka tak bisa membedakan cinta dan hawa nafsu
Nafsu mengatakan pada mereka, keluarga kami berseteru
Mereka tidak tahu, dalam cinta tak ada seteru atau sahabat
Cinta hanya mengenal kasih sayang
Tidakkah mereka mengetahui?
Kini cintaku telah terbagi
Satu belahan adalah diriku
Sedang yang lain ku berikan untuknya
Tiada tersisa selain untuk kami

Wahai burung- burung merpati yang terbang diangkasa
Wahai negeri Irak yang damai
Tolonglah aku !
Sembuhkan rasa gundah- gundah yang membuat kalbu tersiksa
Dengarkanlah tangisanku
Suara batinku

Waktu terus berlalu, usia makin dewasa
Namun jiwaku yang telah terbakar rindu
Belum sembuh jua
Bahkan semakin parah

Bila kami ditakdirkan berjumpa
Akan kugandeng lengannya
Berjalan bertelanjang kaki menuju kesunyian
Sambil memanjatkan doa- doa pujian kepada Allah SWT
Ya Raab, telah kujadikan dia
Angan- angan dan harapku
Hiburlah diriku dengan cahaya matanya
Seperti Kau hiasi dia untukku
Atau buatlah dia membenciku
Dan keluarganya dengki padaku
Sedang aku akan tetap mencintainya
Meski sulit aku rasa

Mereka mencela dan menghina diriku
Dan mengatakan aku hilang ingatan
Sedang dia sering terdiam mengawasi bintang
Menanti kedatanganku

Aduhai, betapa mengherankannya
Orang- orang mencela cinta
Dan menganggapnya sebagai penyakit
Yang meluluh- lantakan dinding ketabahan

Aku berseru pada singgahsana langit
Berikan kami kebahagiaan dalam cinta
Singkaplah tirai derita
Yang selalu membelenggu kalbu

Bagaimana mungkin aku tidak gila
Bila melihat gadis bermata indah
Yang wajahnya bak matahari pagi bersinar cerah
Menggapai balik bukit, memecah kegelapan malam
Keluarga berkata
Mengapakah hatinya wahai ananda?
Mengapa engkau mencintai pemuda
Sedang engkau tidak melihat harapan untuk bersanding dengannya
Cinta, kasih dan sayang telah menyatu
Mengalir bersama aliran darah di tubuhku

Cinta bukankah harapan atau ratapan
Walau tiada harapan, aku akan tetap mencintainya
Sungguh beruntung orang yang memiliki kekasih
Yang menjadi karib dalam suka maupun duka
Karena Allah akan menghilangkan
Dari kalbu rasa sedih, bingung dan cemas
Aku tak mampu melepas diri
Dari jeratan tali kasih asmara
Karena surga menciptakan cinta untukku
Dan aku tidak mampu menolaknya

Sampaikan salamku kepada dia,
wahai angin malam
Katakan, aku akan tetap menunggu
Hingga ajal datang menjelang

Hati Majnun hancur, namun ia berhasil menguatkannya dengan ketulusan cinta. Ia menulis surat untuk Laila. Mendoakan pernikahannya dan hanya meminta satu tanda bukti cinta Laila kepadanya; mengingat nama Qais dalam hatinya. Laila semakin luluh, ia membalasnya dengan sepucuk surat cinta yang terdapat anting di dalamnya, sebagai tanda pengabdian jiwa kepada sang kasih.


Bertahun-tahun berlalu, Majnun masih tinggal bersama alam yang kian menemaninya siang dan malam. Sementara Laila yang sudah bersuami, tak juga menampakkan kegoyahan pada pendirianny. Hatinya tetap untuk Qais, padahal sang suami sudah berusaha membahagiakannya selama ini. Akhirnya, suami Laila jatuh sakit dan meninggal. Laila menangis sejadi-jadinya, tapi bukan suaminya yang ia tangisi, melainkan Majnun yang selama ini tidak juga ada kabarnya. Ia takut, kekasihnya sudah berpulang ke akhirat mendahuluinya.

Hal ini membuat Laila hidup secara tidak teratur; enggan makan, tidak pernah tidur dan banyak melamun. Kondisi kejiwaan Laila yang semakin parah membuatnya jatuh sakit. Hingga pada suatu malam di musim dingin, di tengah sakitnya, Laila meninggal dunia sambil terus bergumam, “Majnun,” berkali-kali.

Berita duka ini akhirnya sampai ke telinga Majnun. Betapa sedih hatinya, mengetahui kekasihnya sudah pergi mendahuluinya, sampai-sampai ia pingsan tak sadarkan diri selama berhari-hari. Setelah ia siuman, ia langsung bergegas menuju kuburan Laila. Di tengah perjalanan, karena lelah yang tak terkira, ia terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. Dengan susah payah, ia menyeret tubuhnya tanpa henti sampai di tanah tempat Laila kekasihnya dikuburkan.


Kuburan Laila & Majnun di India

Demi menawar rindu, ia menempelkan kepalanya di atas tanah kubur Laila dan kembali tak sadarkan diri. Di saat itulah, malaikat maut menjemput ruhnya dan membawanya ke langit. Jasad Majnun ditemukan kurang dari setahun setelah kematian Laila. Kerabat yang menemukan jasad Majnun dapat segera mengenali karena keadaan tubuhnya yang sama sekali tidak membusuk, seolah baru meninggal kemarin. Ia pun dikuburkan di samping Laila. Kini, dua insan yang sejak bertahun-tahun lamanya terpisah oleh takdir, akhirnya berjumpa lagi di kehidupan yang selanjutnya.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Manusia Yang Di Banggakan Allah SWT Kepada Malaikat .::


Kita boleh saja bangga ketika atasan mengungkapkan pujian atas hasil kerja. Atau boleh juga bangga ketika tetangga atau saudara mengungkapkan kekagumannya atas apa yang sudah kita dapatkan. Tidak bisa dipungkiri bahwa ada perasaan bahagia saat orang lain mengakui hasil kerja keras kita.

Hal ini tidak jarang membuat diri termotivasi untuk melakukan sesuatu yang lebih baik lagi. Tujuannya adalah orang-orang disekitar kembali bangga terhadap apa yang kita dapatkan. Namun pernahkan kita terbesit untuk sesekali membuat Allah SWT bangga?

Ternyata Dia yang menciptakan alam semesta, juga sangat bangga jika manusia melakukan hal ini. Bahkan Allah SWT akan membanggakan manusia tersebut di hadapan para malaikat. Padahal tindakan ini begitu mudah dan bisa dilakakukan siapa saja. Lantas apa yang membuat Allah SWT bangga?


Tidak bisa dipungkiri jika perasaan bahagia menyelimuti diri ketika berhasil membuat suatu kebanggaan. Di hadapan manusia, kita bisa menjadi lebih terobsesi untuk melakukan hal-hal lebih lagi demi sebuah pengakuan tersebut. Sayangnya sedikit diantara kita yang berlomba-lomba membuat Allah SWT bangga. Padahal sangat mudah untuk bisa menjadi kebanggaan Sang Pencipta ini.


Ternyata manusia bisa membuat Allah SWT bangga dengan hanya mengikuti Majelis Dzikir. Di dalam Ibadah ini ada aktivitas mengingat Allah, memuji, dan mengagungkan-Nya, mensucikan dan memohon ampunan-Nya. Bahkan Rasulullah SAW bersabda bahwa majelis dzikir adalah taman surga yang ada di dunia.

“Apabila kalian melewati Taman-Taman Surga maka singgahlah.” Para sahabat bertanya, “Apa taman-taman surga itu?” “Majelis Dzikir”, jawab beliau. (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).

Sementara hadist yang menjelaskan jika Allah SWT membanggakan manusia yang mengikuti majelis dzikir adalah sebagai berikut.

Muawiyah mengabarkan, Rasulullah SAW  bertanya kepada para sahabat yang sedang berkumpul “Apakah yang menyebabkan kalian duduk? ”

Mereka menjawab “Kami duduk berdzikir kepada Allah SWT dan memuji-Nya atas hidayah dan Karunia-Nya yang diberikan kepada kami yang berupa Agama Islam”

“Demi Allah, apakah hanya untuk itu kalian duduk?” tanya Beliau lagi. “Sesungguhnya saya tidak menyuruh kalian bersumpah sebagai tuduhan terhadap kalian, tetapi Jibril mendatangiku dan mengabarkan bahwa Allah SWT membanggakan kalian kepada malaikat”


Jika Allah SWT membanggakan amalan manusia kepada para malaikat, itu menandakan amalan kita diteria oleh-Nya, maka balasannya In Shaa Allah berupa pengampunan atas dosa-dosa, kebutuhan kita dicukupi dengan rezeki yang tidak disangka-sangka. Doa-doa tidak pernah tertolak dan selalu dikabulkan Allah, serta kelak kita akan dimasukkan ke dalam surga.


Sumber Dari : http://www.infoyunik.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Beberapa Surat Rasulullah SAW Yang Menjadi Saksi Dakwahnya Mengajak Pemimpin Dunia Memeluk Islam .::

Setelah diangkat menjadi sebagai Rasul, Nabi Muhammad SAW lantas membangun komunikasi dengan para pemimpin dunia agar mengikuti ajaran tauhid. Beragam cara dilakukan termasuk dengan cara korespondensi melalui surat. Beberapa raja seperti raja Persia, Mesir, Ethiopia dikirimi surat melalu para utusannya. Sepanjang hidupnya, Rasulullah menulis langsung sebanyak 43 surat untuk pemimpin dunia seperti para raja, tokoh agama dan kepala suku. Berikut ini beberapa koleksi surat Rasulullah SAW.


Surat untuk Raja Najasyi, Negus – Habsyah (Ethiopia)

Rasulullah SAW mengirim surat kepada Raja Najasyi- Habsyah yang bernama Ashhamah bin Al-Abjar. Isi suratnya adalah menyerukan sang raja agar memeluk agama Islam. Saat surat tersebut sampai di Istana, sang raja  An-Najasyi mengambil surat itu,  lalu meletakkan ke wajahnya dan turun dari singgasana. Beliau pun masuk Islam melalui Ja’far bin Abi Thalib r.a.


Setelah masuk Islam, sang raja kemudian membalas surat kepada Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam untuk mengabarkan keislamannya. Raja Najasyi akhirnya meninggal pada bulan rajab tahun ke-9 Hijriyyah. Saat mendengar raja ini meningggal, Rasulullah SAW pun melakukan shalat ghaib untuk sebagai penghormatan terakhir. Nabi juga mengabarkan bahwa Raja Najasyi kelak akan masuk syurga.

Adapun isi surat Rasulullah kepada Raja Najasyi adalah sebagai berikut:

“Bismillahirrahmannirrahim. Dari Muhammad Rasulullah, salam kepada Najasyi, pembesar Habasyah. Salam kepada siapa yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du.

Sesungguhnya aku bertauhid kepada yang tiada Tuhan kecuali Dia, Yang Maharaja yang Maha Suci, Yang Maha Pemberi Keselamatan, Yang Maha Pemberi Keamanan, Yang Maha Pelindung. Dan aku bersaksi bahwa Isa bin Maryam (tiupan) roh dari Allah (yang terjadi) dengan kalimat-Nya (yang disampaikannya) kepada Maryam yang perawan, yang baik dan menjaga diri (suci) lalu mengandung (bayi) Isa dari wahyu dan tiupan-Nya sebagaimana menciptakan Adam dengan tangan-Nya.

Aku mengajak engkau kepada Allah yang Esa, tidak mempersekutukan sesuatu bagi-Nya dan taat patuh kepada-Nya dan mengikuti aku dan meyakini (ajaran) yang datang kepadaku.

Sesungguhnya aku utusan Allah. Dan aku mengajak engkau dan tentaramu kepada Allah Yang Maha Perkasa dan Agung. Aku telah menyampaikan dan telah aku nasihatkan; maka terimalah nasihatku. Salam bagi yang mengikuti petunjuk ini.”. [Zaadul Ma'ad 3/61].


Surat kepada Raja Al-Muqawqis  – Mesir (Egypt)
 

Nabi Muhammad SAW juga mengirimkan surat kepada pemimpin Mesir Raja Al-Muqawqis melalui perantara salah seorang sahabatnya, Hatsib bin Abu Balta’ah. Pada kesempatan tersebut Nabi SAW pun mengutus seorang budak yang telah dimerdekakan dan menjadi anak angkat sahabat Abu Raha Al-Ghifari, yang bernama Jira untuk menemani Hatsib. Keduanya lalu  menemui Muqauqis di balai istana di Iskandaria


Setelah al-Muqawqis membaca surat Nabi SAW, dia membalas surat baginda dan memberi kepada baginda dua hadiah. Hadiah pertama berupa dua budak belia bernama Mariah binti Syamu’n al-Qibthiyyah yang dimerdekakan Nabi S.A.W dan menjadi isteri beliau, darinya Rasulullah S.A.W mendapat seorang anak yang diberi nama Ibrahim (wafat semasih kecil), nama ini diambil dari nama moyang beliau Nabi Ibrahim a.s. Dan hamba kedua adiknya sendiri yaitu Sirin binti Syamu’n Al-Qibthiyyah. Hadiah kedua pula berupa kuda untuk tunggangan baginda.

Berikut ini isi surat Nabi Muhammad untuk Raja Al-Muqawqis:

“Bismillahirrahmannirrahim. Dari Muhammad hamba Allah dan Rasulullah. Kepada Muqawqis Peguasa Qibthi. Salam sejahtera kepada yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du.

Aku mengajak Anda dengan dakwah Islam. Anutlah agama Islam dan Anda selamat. Allah akan memberimu pahala dua kali lipat. Tetapi apabila Anda berpaling, Anda akan memikul dosa kaum Qibthi. Wahai Ahli kitab, marilah menuju ke suatu kalimat ketetapan yang tidak terdapat suatu perselisihan di antara kita, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan tidak mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun. Tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain dari Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, ‘Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri (muslimin) kepada Allah SWT.”


Surat kepada Raja Khosrau II, Chosroes – Parsi (Persia)
 

Rasulullah SAW juga mengirim surat kepada  Raja Khosrau II, Abrawaiz dari kerajaan Persia. Ia mengutus sahabatnya Abdullah bin Hudzaifah As-Sahmi yang isinya menyerunya kepada Islam. Namun setelah membaca surat tersebut, sang raja melah mereobek surat dan Rasulullah SAW dan berkata ”Hamba rendahan dari rakyatku menuliskan namanya mendahuluiku.”


Kabar disobeknya surat tersebut sampai kepada Rasulullah. Beliau pun berkata ”Semoga Allah merobek-robek kerajaannya”. Allah SWT pun mengabulkan doa tersebut. Persia akhirnya kalah dalam perang menghadapi Romawi dengan kekalahan yang menyakitkan. Kemudian dia pun digulingkan oleh anaknya sendiri yakni Syirawaih. Dia dibunuh dan dirampas kekuasaannya. Seterusnya kerajaan itu kian terobek-robek dan hancur sampai akhirnya ditakluki oleh pasukan Islam pada zaman Khalifah Umar bin Al-Khaththab r.a hingga tidak dapat lagi berdiri.

Isi suratnya:

“Bismillahirrahmanirrahim. Dari Muhammad hamba Allah dan Rasul-Nya. Kepada Kisra penguasa rakyat Persia. Salam sejahtera bagi yang mengikuti petunjuk dan beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Aku bersaksi behawa tiada Tuhan kecuali Allah yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Aku mengajak dengan seruan Allah.

Sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepada seluruh umat manusia supaya dapat memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup hatinya dan supaya ketetapan azab kepada orang-orang kafir itu pasti. Masuklah Anda ke dalam Islam, niscaya akan selamat. Jika kamu menolak, sesungguhnya kamu memikul dosa kaum Majusi.”


Surat kepada Raja Heraklius, Hercules – Romawi (Byzantines / Rome)

Rasulullah SAW juga mengirim Surat kepada Heraclius (Raja Romawi) yang dibawa oleh Dihyah al-Kalbi. Ketika Rasulullah Saw mengirim surat kepada Kaisar Heraclius dan menyerukan kepada Islam. Pada waktu itu Kaisar sedang merayakan kemenangannya atas Negeri Persia.


Begitu menerima surat dari Rasulullah SAW, Sang Kaisar pun berkeinginan untuk melakukan penelitian guna memeriksa kebenaran kenabian Muhammad SAW. Lalu Kaisar memerintahkan untuk mendatangkan seseorang dari Bangsa Arab ke hadapannya. Abu Sufyan ra, waktu itu masih kafir, dan rombongannya segera dihadirkan di hadapan Kaisar.

Abu Sufyan pun diminta berdiri paling depan sebagai juru bicara karena memiliki nasab yang paling dekat dengan Rasulullah SAW. Rombongan yang lain berdiri di belakangnya sebagai saksi. Itulah strategi Kaisar untuk mendapatkan keterangan yang valid.

Maka berlangsunglah dialog yang panjang antara Kaisar dengan Abu Sufyan ra. Kaisar Heraclius adalah seorang yang cerdas dengan pengetahuan yang luas. Beliau bertanya dengan taktis dan mengarahkannya kepada ciri seorang nabi. Abu Sufyan ra juga seorang yang cerdas dan bisa membaca arah pertanyaan Sang Kaisar. Namun beliau dipaksa berkata benar walaupun berusaha memberi sedikit bias.

Di akhir dialog Sang Kaisar mengutarakan pendapatnya. Inilah ciri-ciri seorang nabi menurut pandangannya dan sebagaimana telah dia baca di dalam Injil. Ternyata semua ciri yang tersebut ada pada diri Rasulullah SAW.

Kaisar Heraclius telah mengetahui tentang Rasulullah SAW dan membenarkan kenabian beliau dengan pengetahuan yang lengkap. Akan tetapi ia dikalahkan rasa cintanya atas tahta kerajaan, sehingga ia tidak menyatakan keislamannya. Ia mengetahui dosa dirinya dan dosa dari rakyatnya sebagaimana telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW.

Dengan kecerdasan dan keluasan ilmunya Kaisar bisa mengetahui kebenaran kenabian Rasulullah SAW. Bahkan Kaisar menyatakan : “Dia (maksudnya Rasulullah SAW) kelak akan mampu menguasai wilayah yang dipijak oleh kedua kakiku ini.” Saat itu Kaisar sedang dalam perjalanan menuju Baitul Maqdis.

Abu Sufyan ra menceritakan dialog ini setelah masuk Islam dengan keislaman yang sangat baik, sehingga hadits ini diterima. Kaisar lalu memuliakan Dihyah bin Khalifah Al-Kalby dengan menghadiahkan sejumlah harta dan pakaian. Kaisar pun memuliakan surat dari Rasulullah SAW, namun ia lebih mencintai tahtanya. Akibatnya, di dunia, Allah SWT memanjangkan kekuasaannya. Namun dia harus mempertanggungjawabkan kekafirannya di akhirat kelak.

Setelah membaca surat itu, Heraklius menyampaikan bahwa dirinya telah masuk Islam. Namun, perkataannya itu hanya dusta belaka.Sebenarnya, Heraklius tidak memiliki alasan untuk tidak masuk Islam setelah meyakini ajaran Nabi. Namun, dirinya teramat sayang dengan kedudukannya sebagai raja.

Isi suratnya:

“Bismillahirrahmannirrahhim. Dari Muhammad, hamba dan utusan Allah kepada Heraklius penguasa Romawi. Salam sejahtera bagi siapapun yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du.

Dengan ini, aku menyerumu untuk memeluk Islam. Masuk Islamlah, maka Allah akan mengganjarmu dengan pahala dua kali lipat. Akan tetapi, jika engkau menolak, engkau harus menanggung dosa orang-orang Arisi. Wahai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada satu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak ada yang kita sembah kecuali Allah, dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun.

Sebagian kita tidak pula menjadikan tuhan selain Dia. Jika mereka berpaling, katakanlah kepada mereka, ‘Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”

“Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimah (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahawa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebahagian kita menjadikan sebahagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahawa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.  (Surah Aali-Imran : 64)  [Sahih Al-Bukhari 1/4,5]


Kepada Uskup Dhughathir - Romawi
 


Selain mengirimkan surat kepada Heraklius, Nabi juga menulis surat yang ditujukan kepada uskup terpandang di Romawi, yaitu uskup Dhughatir. Surat yang diantarkan juga oleh Dihyah tersebut berisi :

“Salam bagi yang beriman. Atas dasar itu sesungguhnya Isa bin Maryam adalah tiupan roh Allah, terjadi dengan kalimat-Nya yang benar (haq), disampaikan kepada Maryam yang suci. Aku beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, dan anak cucunya serta apa yang diberikan kepada para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami hanya tunduk patuh kepadanya. Salam yang mengikuti petunjuk.”

Setelah membaca surat tersebut, sang uskup berkata kepada Dihyah, “Demi Allah, kawannya adalah seorang Nabi yang diutus. Kami mengenali sifat-sifat dan namanya semuanya tercantum dalam kitab-kitab kami.”

Uskup tersebut kemudian menanggalkan keuskupannya yang berwarna hitam dan digantinya dengan jubah berwarna putih. Dia mengambil tongkatnya, lalu beranjak menuju ke gereja. Di sana, banyak orang sedang berkumpul. Di hadapan mereka, uskup berkata, “Wahai segenap orang Romawi, aku telah menerima surat dari Ahmad yang mengajak kita kepada Allah. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”

Mendengar ucapannya tersebut, orang-orang pun serempak menyerang dan memukulinya bertubi-tubi hingga tewas.

Setelah kejadian itu, Dihyah kembali kepada Heraklius. Kemudian Heraklius berujar, “Aku sudah memberitahukan kepadamu bahwa kami mencemaskan diri sendiri dan tindakan kekerasan mereka. Demi Allah, uskup Dhughatir lebih mulia daripada aku.


Surat kepada Gubernur Al-Mundzir bin Sawa – Bahrain
 

Nabi Muhammad Sallallahu A’laihi Wasallam mengutus risalah kepada al-Munzir bin Sawa pemerintah Bahrain, menyeru beliau kepada Islam. Rasulullah Sallallahu A’laihi Wasallam memilih al-’Ala’ bin al-Hadhrami untuk menyampaikan risalahnya itu, sebagai jawaban al-Munzir telah menulis kepada Rasulullah seperti berikut ;

“Ada pun setelah itu wahai Rasulullah, sebenarnya telah pun ku baca bingkisan tuan hamba itu kepada penduduk Bahrain, di antara mereka gemarkan Islam dan kagum dengannya dan sebahagian yang lain membencinya, di bumi ku ini terdapat penganut Majusi dan Yahudi, maka berlaku sesuatu hal di sini mengenai seruan tuan hamba itu.”


Rasulullah SAW membalas semula kepadanya:

“Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang ” Dari Muhammad Utusan Allah kepada al-Munzir bin Sawi salam ke atas kamu. Maka sesungguhnya kepada Engkau Allah, aku memuji yang tiada Tuhan selainNya dan aku mengaku bahawa Muhammad adalah hambaNya dan pesuruhNya, adapun selepas itu aku mengingatkan kau dengan Allah Azzawajala, maka sesungguhnya sesiapa yang menasihat sebenarnya beliau menasihati dirinya, dan sesiapa yang mentaati ku dan sesiapa yang menasihatkan mereka bererti telah menasihatiku.

Sebenarnya para utusan ku telah pun memuji kau dengan baik, sesungguhnya melalui kamu aku memberi syafaat ku kepada kaum kamu, oleh itu biarlah kaum muslimin dengan kebebasan mereka dan pengampunan kamu terhadap pesalah-pesalah, maka terimalah mereka. Sekiranya kamu terus soleh dan baik maka kami tidak akan memecatkan kamu dari tugas dan sesiapa yang masih dengan pegangan Yahudi atau Majusinya ianya wajib membayar jizyah.


Sumber Dari : http://www.infoyunik.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Maria Al-Qibtiyah : Wanita Mesir Yang Berparas Cantik Nan Lemah Lembut Yang Menjadi Salah Satu Isteri Rasulullah SAW .::


Berita tentang kedatangan seorang nabi di Jazirah Arab, pembawa ajaran agama dari langit yang baru telah tersebar sampai di kalangan rakyat Mesir. Berita itu diperkuat oleh kedatangan utusan Rasulullah SAW, Hathib bin Abi Balta’ah yang menyampaikan surat kepada Muqawqis.

Surat Rasulullah Muhammad SAW kepada Muqawqis
Setelah membaca surat dari Rasulullah SAW itu, dengan hati-hati dan penuh hormat Muqawqis menyimpan surat tersebut dalam sebuah kotak yang terbuat dari gading. Lalu ia minta agar Hathib bin Abi Balta’ah menjelaskan pribadi dan sifat-sifat Rasulullah SAW, apa saja yang diperbuat dan bagaimana keadaan para pengikutnya. Ia mendengarkan penjelasan Hathib bin Abi Balta’ah dengan penuh perhatian.

Setelah berpikir beberapa saat, Muqawqis berkata: 
“Aku telah mengetahui bahwa seorang nabi akan datang. Menurut perkiraanku, dia akan muncul di Palestina sebab di sana banyak nabi bermunculan. Namun kenyataannya nabi terakhir itu muncul di negeri Arab. Jika aku memeluk agama Muhammad, orang-orang Qibti tidak akan menyetujuinya.”

Tak lama kemudian ia memanggil sekretarisnya untuk menjawab surat Rasulullah SAW. Bunyi surat itu: 
“Surat Tuan telah saya baca, dan saya memahami dan mengerti apa yang Tuan maksudkan. Sejak lama saya telah mengetahui akan datangnya seorang nabi yang saya perkirakan akan muncul di negeri Syam. Utusan Tuan kami hormati sebagaimana layaknya. Dan bersama ini saya kirimkan dua wanita yang punya kedudukan tinggi di Qibti. Selain itu juga saya kirimkan sejumlah pakaian dan ternak. Selamat Sejahtera bagi Tuan.”


Maria Al-Qibtiyah ( مارية القبطية ) lahir di desa Hifn, dekat kota kuno Anshina di sebelah timur sungai Nil. Di belakang namanya ada gelar Al-Qibtiyah, karena ia berasal dari suku Qibti, Mesir, yang beragama Kristen ortodoks. Ayahnya bernama Syam’un, asli Qibti, sedangkan ibunya berdarah Romawi beragama Nasrani. Ketika menginjak remaja, ia dan saudaranya Sirin, diambil oleh Muqawqis sebagai dayang-dayang.

Berbeda dengan para istri Rasullah SAW yang lain, Maria Al-Qibtiyah adalah seorang sariyyah, yaitu istri yang sah menurut syariat tapi tidak berstatus resmi sebagai istri sepenuhnya. Oleh karenanya ia adalah “Hadiah” dari Gubernur Mesir, Muqawqis. Jadi status sosialnya hamba sahaya, tapi secara syariat sah sebagai istri. Di masa silam, masyarakat Arab menyebut istri seperti itu sebagai Ummul Walad (Ibu si anak).


Kehadiran Maria Al-Qibtiyah ternyata membuat para isteri Nabi tidak senang. Menurut mereka, Maria Al-Qibtiyah tidak patut menjadi istri Nabi, karena ia keturunan budak (hamba sahaya). Namun hal itu langsung dijawab oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam surah At-Tahrim ayat 1 yang berbunyi :


Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu? Engkau ingin menyenangkan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS At-Tahrim, Ayat 1)"

Ayat itu juga merupakan ajaran kesetaraan, bahwa Islam tidak membedakan status sosial, etnis dan jenis kelamin. 

Pernah suatu hari Maria Al-Qibtiyah yang berada jauh dari masjid menemui Nabi Muhammad SAW, lalu disuruh masuk ke rumah Hafshah, salah seorang istri Nabi yang sedang pergi ke rumah ayahnya Umar bin Khatthab.

Ketika pulang Hafshah melihat tabir kamar tidurnya tertutup, dan di dalamnya Rasulullah sedang bersama Maria Al-Qibtiyah. Melihat itu, Hafshah marah lalu menangis. Rasulullah SAW membujuk Hafshah, dan minta agar Maria Al-Qibtiyah meminta maaf kepada Hafshah, yang juga diminta untuk merahasiakan kejadian tersebut.

Namun, kejadian itu segera terdengar oleh istri-istri Nabi yang lain. Tentu saja Rasulullah marah dan bermaksud menceraikan Hafshah. Tapi Jibril menyarankan agar tetap mempertahankan Hafshah, karena dia adalah wanita yang teguh beriman. Maka Rasulullah SAW pun mempertahankan Hafshah sebagai istrinya, terutama karena dia menyesali perbuatannya telah memberitahukan kejadian tersebut kepada para istri Nabi yang lain.

Sebagai pendamping Rasulullah SAW, Maria Al-Qibtiyah adalah wanita yang tabah dan sabar. Betapa tidak, Maria Al-Qibtiyah yang berparas cantik jelita dan berperangai lemah lembut, harus menghadapi kehidupan yang keras di negeri asing tanpa seorangpun yang melindunginya, kecuali Allah SWT dan Rasulullah SAW.


Pada tahun kedua bersama Rasulullah SAW, Maria Al-Qibtiyah mengandung (hamil). Dan untuk menghindari kecemburuan istri-istri yang lain, Rasulullah SAW memindahkan Maria Al-Qibtiyah ke sebuah rumah di dataran tinggi Madinah yang udaranya cukup segar. Dia ditemani oleh saudaranya Sirin hingga saat melahirkan, yaitu pada bulan Dzulhijjah Tahun ke 8 Hijriyah. Dan di bidani oleh istri Abu Rafi’.

Ketika Maria Al-Qibtiyah melahirkan, Rasulullah SAW menunggu di ruang lain sambil shalat dan berdoa. Dan ketika istri Abu Rafi’ keluar dari kamar sambil memperlihatkan bayi itu kepada Rasulullah SAW. Beliau gembira dan berterima kasih serta menyampaikan rasa hormatnya kepada bidan yang baik budi itu. Rasulullah SAW lalu mengangkat bayi lelaki tersebut dan memberinya nama Ibrahim (Nama datuk tertua bangsa Arab).

Makam Maria Al-Qibtiyah Di Baqi' Madinah

Pada tahun ke 16 Hijriyah, Maria Al-Qibtiyah wafat, ketika itu Rasulullah SAW, juga sudah lebih dahulu wafat. Yang menjadi khalifah pada waktu itu adalah Umar bin Khatthab. Istri Rasulullah SAW ini Maria Al-Qibtiyah di makamkan di Baqi, Makkah.


Maria Al-Qibtiyah sebagai Ummul mu’minin (ibu orang-orang mukmin) telah memberikan keberuntungan dan karunia istimewa dari Allah SWT (subhanahu wa ta’ala) dengan melahirkan putra Rasulullah SAW, yaitu Ibrahim.

Makam Ibrahim Bin Muhammad di Baqi' Madinah

Sumber Dari : https://www.islampos.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS