RSS
Container Icon

::. Akibat Sering Menikah, Kakek 60 Tahun Hilang Diajak Wanita Cantik Ketika Berada Di Makkah .::



Menikah itu sunnah Rasul. Bagaimana jika ia melakukannya berkali-kali? Nasib sial pun menimpanya saat naik haji.



Sebut saja namanya Kakek Rasidin. Dipanggil kakek karena usianya sudah menginjak kepala 6, tepatnya 66 tahun. Selama itu ia telah berkali-kali menikah. Tercatat, sudah 9 kali ia melakukannya. Yang menjadi korban selalu istri ketiga dan keempat. Ya, Kakek Rasidin memiliki empat orang istri (poligami). Nah, ketika ia hendak nikah lagi, maka istri ketiga atau keempatnya yang dikorbankan atau diceraikan. Hal itu terus ia lakukan hingga 9 kali pernikahannya.

Entahlah, apa yang ada dalam pikiran Kakek Rasidin! Tua Tua Keladi, Semakin tua kian menjadi. Maksudnya, semakin bertambah usia kelakuannya kian menjadi tidak benar. Ia begitu mudah tergoda dengan wanita muda baik itu janda maupun perawan. Herannya pula, perempuan-perempuan itu mau saja dinikahi oleh Kakek Rasidin. Mungkin karena ia punya kharisma. Mungkin pula karena hartanya yang cukup banyak.

Yang jelas, untuk urusan “merayu wanita”, Kakek Rasidin adalah jagoannya. Ada saja triknya untuk menaklukkan para wanita itu sehingga percaya dan mau dinikahi olehnya. Yang miris adalah istri pertama dan keduanya. Mereka benar-benar diuji kesabarannya karena ulah suaminya yang suka kawin cerai. Sudah tua tapi tidak tahu diri. Berkali-kali diingatkan agar tidak lagi menikah, tetapi tetap saja kelakuan bejatnya itu tak diindahkannya.

Menurut seorang saksi, istri pertamanya sangat sabar sekali. Selama puluhan tahun ia hidup berumah tangga bersama Kakek Rasidin, selama itu pula ia kerapkali menyaksikan ulah suaminya yang gonta-ganti istri. Bagi Kakek Rasidin, istri itu seperti boneka atau barang mainan saja. Sekali-kali dibutuhkan dan kalau sudah tidak bagus lagi dibuang.

Harta yang kuat membuat dirinya begitu percaya diri untuk menggaet para wanita dari kalangan mana saja. Terakhir, adalah ia bisa menaklukkan seorang gadis berusia 16 tahun. Bayangkan saja, seorang gadis belia dan masih perawan mau dinikahi oleh lelaki bandot berusia mendekati 70 tahun. Hubungan seperti kakek dan cucu ini tampak sangat tak lazim. Tetapi, pernikahan itu nyata terjadi. Kakek Rasidin berhasil menikahi gadis belia tersebut. Apa resepnya? Tentu saja, kharisma, harta dan sedikit rayuan gombal.

Tidak lama setelah menikahi gadis belia, hebatnya Kakek Rasidin langsung naik haji. Ia menyertakan beberapa keluarganya. Uangnya seperti tak pernah habis saja. Singkat cerita, haji itu pun nyata dilaksanakan dan ia telah berada di Mekkah al-Mukarramah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.

***
Hilang Selama 40 Hari

Selama ibadah haji, sebenarnya tidak ada kejadian aneh menimpa Kakek Rasidin. Namun, saat ibadah haji selesai dan hendak pulang ke Indonesia kejadian aneh itu baru muncul. Tiba-tiba dia menghilang dari maktab (pemondokan). Berjam-jam dicarinya tidak ketemu. Akhirnya ada sebuah berita yang mengatakan bahwa Kakek Rasidin meninggal dunia. Tetapi saat dicari hingga ke makam Baqi’ (tempat dikuburkannya para sahabat), jenazahnya pun tidak ditemukan. Akhirnya keluarga pun menyerah. Pencarian mereka berakhir dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah. Meski belum ditemukan jenazahnya, tetapi keluarga meyakini kalau Kakek Rasidin telah meninggal dunia.


Para jamaah pun pulang ke Indonesia. Sampai di rumah berita meninggalnya Kakek Rasidin saat ibadah haji ini seketika menjadi hangat. Berbagai desas-desus pun mengiringi berita itu. Macem-macem kesimpulan para warga. “Mungkin karena dia suka kawin kali. Mungkin dia banyak dosanya kali,” ujar beberapa warga menyimpulkan. Namun, ada juga yang berkesimpulan lebih bijak bahwa kematian Kakek Rasidin karena sudah waktunya tiba. Usianya telah lanjut, maka wajar jika ia meninggal dunia karena tak kuasa menahan takdir usia (yang sudah uzur).

Pada saat bersamaan, di rumah istri pertama Kakek Rasidin diadakan tahlilan, yaitu kirim arwah diselingi dengan membaca Yasin dan surat-surat pendek seperti al-ikhlas, al-falaq, al-nas, ayat kursi dan sebagainya. Tidak sedikit yang datang ke pengajian itu sebagai bentuk penghormatan kepada Kakek Rasidin yang hingga beberapa hari tidak ditemukan jasadnya.

Keluarga sendiri tak pernah berhenti mendoakan almarhum semoga jasadnya cepat ditemukan. Kalaupun tidak lagi, berharap ia mendapatkan ketenangan di alam baka. Hingga memasuki tahlilan ketujuh hari, belum ada kabar dari pemerintah Arab Saudi soal jasad Kakek Rasidin. Maka harapan sudah semakin pupus. Kesimpulan pun bermunculan, mungkin ia dimakan binatang buas sehingga dagingnya habis dan tak bersisa. atau mungkin nyebur ke laut merah hingga terseret sampai sungai nil yang ada di mesir.

Ketika harapan itu sudah habis, tiba-tiba kejadian aneh muncul pada malam tahlilan yang ke-40. Kakek Rasidin datang seorang diri ke rumah istri pertamanya dalam kondisi sangat kurus dan pakaian kumal. Orang mengira arwah Kakek Rasidin yang datang alias rohnya gentayangan. Sebagian orang pun ketakutan dan tidak sedikit yang lari. Namun, beberapa saat kemudian mereka sadar kalau yang datang itu adalah benar-benar Kakek Rasidin alias dia masih hidup.

Kejadian ini pun benar-benar mengejutkan. Bagaimana bisa seseorang yang dianggap telah meninggal dunia, tidak saja oleh keluarganya tetapi juga oleh pemerintah Arab Saudi sendiri, kini datang kembali? Dari mana saja ia selama ini? Mungkin itulah pertanyaan besar yang harus dijawab oleh Kakek Rasidin dan tidak sabar ingin didengar oleh orang lain.

Kepada anaknya, Kakek Rasidin pun berterus terang bahwa ketika berada di Makkah al-Mukarramah dia melihat banyak sekali wanita cantik. Karena tergiur dengan kecantikan mereka, ia pun mau saja saat mereka mengajaknya pergi. Tempat yang dituju itu, bagi Kakek Rasidin, benar-benar sangat asing dan tidak pernah dikenalnya sama sekali. Yang jelas, selama diajak oleh para wanita cantik itu, ia hanya berpesta pora. Mereka bersenang-senang.

Kakek Rasidin menyangka kalau ia hanya sebentar bersama para wanita cantik itu. Namun, setelah kembali lagi ke maktab (pemondokan) ia sudah tidak lagi menemukan keluarganya karena sudah pulang ke tanah air. Akhirnya, oleh dinas setempat ia pun diantarkan pulang ke tanah air dan akhirnya sampai ke rumah dengan keadaan selamat.


Apa yang bisa kita petik dari kisah di atas adalah bahwa apa yang kita lakukan saat di tanah air, maka itu pula yang akan kita tunai saat ibadah haji. Karena Kakek Rasidin suka mempermainkan wanita dengan kawin cerai, maka ia pun terjerumus oleh wanita pula saat ibadah haji. Ia seolah-olah melihat wanita cantik dan diajaknya pergi. Padahal, bisa jadi, para wanita itu merupakan kiriman Allah dari alam lain untuk menggoda Kakek Rasidin. Alam para wanita yang tidak dikenal oleh Kakek Rasidin menunjukkan bahwa sesungguhnya sang kakek sedang dibawa oleh makhluk gaib ke alam lain. Perasaan sang kakek yang hanya sebentar, padahal sebenarnya lama, semakin menguatkan dugaan ini.

Atas dasar itulah, kita harus menyiapkan diri sebaik mungkin sebelum berangkat ibadah haji. Hendaklah kita bertaubat sepenuh hati sebelum berangkat ke sana. Tidak saja mempersiapkan nilai materi saja, tetapi juga mental dan spiritual kita. Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran berharga buat pembaca sekalian. Khususnya buat Kakek Rasidin sendiri, semoga hal ini bisa menyadarkannya bahwa apa yang dilakukannya selama ini tidaklah baik. Sehingga saat ia mau naik haji lagi (mungkin), itu akan membuatnya semakin lebih mempersiapkan dirinya, baik mental maupun spiritualnya. Amiin.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Karena Menyebut Nama Allah, Pria Ini Batal Zinahi Gadis Pujaannya. ::


Lelaki itu telah lama mencintai sepupunya. Ia tergila-gila pada gadis cantik tersebut. Ibarat bunga, sebagai kumbang ia ingin menghisap seluruh saripatinya. Berbagai cara ia lakukan; mendekati, merayu… namun tak juga takluk sang gadis tersebut.

Hingga suatu saat di masa paceklik, gadis itu datang menemuinya. Keluarganya ditimpa kesulitan, ia butuh uang. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Apa yang selama ini diinginkannya kini datang menghampiri, pikir lelaki itu.

“Aku akan membantumu,” kata lelaki itu setelah mendengar gadis pujaan hatinya menyampaikan mengapa ia datang, “tapi dengan sebuah syarat”
“Apa syaratnya?”
“Kau harus mau tidur denganku”
Deg! Meski dulu lelaki itu pernah merayunya, ia kaget kali ini dalam kondisi terjepit dirinya dimanfaatkan untuk berbuat dosa. Namun karena butuh uang, akhirnya ia terpaksa menerima syarat itu.

Lelaki itu girangnya bukan main. Ia pun memberikan 120 dinar padanya, lalu bersiap-siap untuk menikmatinya. Namun, di saat ia telah siap, sang gadis mengatakan kepadanya: “Bertaqwalah kepada Allah SWT dan janganlah pecahkan tutup kecuali dengan cara yang sah.”

Mendengar nama Allah disebut, lelaki itu gemetar. Ia menjadi takut. Takut kepada-Nya. Bagaimana mungkin ia akan berzina sementara Allah SWT terus mengawasinya. Bagaimana mungkin ia akan merenggut keperawanan gadis muslimah sementara Allah SWT Maha Mengetahui segalanya.

“Bawalah uang itu pulang,” kata lelaki mengikhlaskan dinarnya. Ia tidak jadi berzina.

Beberapa lama setelah peristiwa itu, lelaki tersebut terjebak dalam gua ketika bermalam di sana bersama dua temannya. Pintu gua tertutup batu besar sehingga mereka tak bisa keluar. Segala upaya sia-sia. Batu itu terlalu kokoh untuk bisa digeser. Di saat seperti itu mereka sadar, tidak ada yang dapat menyelamatkan mereka kecuali Allah SWT. Maka mereka pun berdoa satu per satu dengan tawassul atas amal terbaik mereka.


Laki-laki pertama berdoa dan bertawassul dengan amalnya berbakti kepada kedua orang tua. Selesai berdoa, batu itu bergeser. Pintu gua sedikit terbuka. Laki-laki kedua, yang tak lain adalah dirinya, berdoa dan bertawassul dengan amalnya ikhlas menyerahkan uang 120 dinar dan membatalkan zina, pintu gua pun semakin terbuka namun belum cukup untuk dilewati. Terakhir, lelaki ketiga berdoa dan bertawassul dengan amalnya yang amanah menyimpan gaji karyawan dan mengembangkannya menjadi peternakan besar lalu memberika seluruh harta itu kepadanya. Pintu gua akhirnya terbuka lebar dan mereka pun bisa keluar.


Sumber Dari : http://kisahikmah.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Haritsah bin Nu’man : Karena Kabaktiannya Kepada Ibu, Rasulullah SAW Memimpikannya Mengaji Di Surga .::



Diriwayatkan secara shahih oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Ya’la, dan al-Hakim dari Ummu ‘Aisyah binti Abu Bakar ash-Shiddiq, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bermimpi berada di dalam tempat penuh kenikmatan, surga. Disana, beliau mendengar suara laki-laki yang sedang membaca Kalam Allah Ta’ala, Al-Qur’an. Nabi pun bertanya kepada para Malaikat, “Siapakah orang ini?”


Beliau adalah salah satu sahabat mulia dari kalangan sahabat Anshar. Dikatakan oleh seorang ahli sejarah bernama Yakut al-Hamawi, bahwa sahabat ini merupakan orang pertama yang memberikan tanah dan rumahnya kepada Nabi sebagai hadiah. Bahkan, ia terus memberikannya seiring bertambahnya anggota keluarga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Selain kemurahan hatinya untuk berbagi itu, laki-laki surga ini juga memiliki amalan istimewa lainnya. Diantaranya, sebagaimana dikatakan oleh Ummu ‘Aisyah istri Rasulullah, beliau termasuk dua orang selain sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan yang sangat berbakti kepada ibunya. Tak pernah membantah, dan selalu melakukan perintah sang bunda.

Ibunda dari sahabat mulia ini adalah Muslimah Shalihah bernama Ja’dan binti ‘Ubaid. Sedangkan istri yang amat disayanginya adalah Ummu Khalid binti Khalid. Dari pernikahan berkah kedua insan terpilih ini, lahirlah lima orang anak. Yaitu ‘Abdurrahman, ‘Abdullah, Saudah, ‘Umrah, dan Ummu Hisyam. Sebelum menikahi Ummu Khalid bin Khalid, sahabat ini berstatus duda dengan dua orang anak, yaitu Ummu Kultsum dan Amatullah.

Kemudian, yang menjadi sebab terdengarnya suaranya di surga dalam mimpi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah amalan mulia berupa bakti kepada sang ibu. Dalam kelanjutan riwayat di atas, saat Nabi bertanya, “Siapa orang ini?”, para malaikat pun menjawab, “Ini adalah Haritsah bin Nu’man.”

Saat memberitahukan mimpinya itu kepada ‘Aisyah binti Abu Bakar, Nabi berkata, “Itulah pahala kebajikan. Itulah pahala kebajikan.”


Inilah sosok agung yang dijanjikan surga. Beliau merupakan sosok yang sangat bergembira ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memilih rumah Abu Ayyub al-Anshari saat pertama singgah di Madinah. Pasalnya, kediaman Abu Ayyub dekat dengan rumahnya, sehingga dirinya bisa leluasa dan mudah mendatangi untuk belajar Islam dari sang baginda.


Sumber Dari : http://kisahikmah.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Monica Oemardi : Terpukau Dan Mengagumi Islam Lewat Buku "Lentera Hati" .::



Monica Oemardi
Bulan suci Ramadhan merupakan bulan yang penuh hikmah buat saya. Saat itu, saya memulai hidup baru sebagai seorang muslimah. Ini adalah hidayah Allah pada saya dan saya sangat mensyukurinya. Sekarang, saya semakin mantap dengan pilihan hati nurani saya itu. Saya siap lahir batin. Termasuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Saya ingin segera bisa menunaikan ibadah umrah. Insya Allah.

Nama saya Monica Oemardi, lahir di Jakarta, 24 tahun lalu. Papa saya berasal dari Blitar dan beragama Islam. Sedangkan mama berasal dari Cekoslowakia dan beragama Kristen Protestan. Mungkin, sebagian pembaca tak asing lagi dengan debut saya selama ini di dunia sinetron. Di antara sinetron yang telah saya bintangi adalah Delima, Takhta, Intrik, Warteg, Misteri Gunung Merapi, Angling Darma, dan lain sebagainya.

Saya berasal dari keluarga Kristen Protestan yang cukup taat. Meskipun demikian, keluarga kami sangat demokratis dalam masalah agama. Setelah menikah, saya pindah agama ke Kristen Katolik, mengikuti suami saya yang pertama. Sebenarnya, agama Islam tak asing lagi bagi saya. Sebab, kebanyakan keluarga papa beragama Islam. Pada waktu kecil, pernah saya ikut-ikutan shalat Id pada Hari Raya Idul Fitri di Bandung. Walaupun hanya sekadar gerakan shalat saja, tapi kegiatan ritual itu sangat berkesan di dalam hati saya.

***
Mulai Tertarik

Memang, saya sudah lama ingin masuk Islam, tepatnya sekitar bulan Februari-Maret 1998 lalu. Ketika itu, sahabat saya sesama artis, Vinny Alvionita dan Dian Nitami, mengunjungi saya di rumah kos. Ketika kami sedang asyik ngobrol, tiba-tiba terdengar suara adzan magrib dari masjid sekitar rumah kos.

Sahabat saya, Dian Nitami yang muslimah itu, langsung ingin shalat. Tapi, terlebih dulu ia meminta izin kepada saya. Saya dan Vinny beringsut dari tempat duduk untuk menggelar sajadah, karena tempat kos memang sempit. Di dalam kamar kos yang kecil itu, saya perhatikan Dian ketika usai mengambil air wudhu, ia mengeluarkan mukenah putih, kemudian memakainya. Hal itu membuat saya terkesima dan berpikir, Islam itu amat suci, mau menghadap Allah harus menyucikan diri terlebih dulu. Saya amati terus saat Dian melakukan shalat. Hingga tiba-tiba dari mulut Saya terlontar permintaan kepada sahabat saya, Vinny, untuk mengajarkan saya tata cara shalat.

Tentu saja Vinny terkejut mendengar permintaan saya itu. Saya pun tak mengerti apa yang mendorong saya hingga melontarkan ucapan demikian. Dengan wajah tak percaya, Vinny memandangi saya. Saya disuruhnya mengulangi lagi permintaan saya tadi itu.

Mungkin Vinny tak percaya, karena selama ini saya tak pernah minta diajari shalat kepada teman-teman yang sering datang ke tempat kos saya. Tetapi, tiba giliran Dian yang shalat, saya malah minta diajari. ini mungkin hidayah bagi saya melalui kedua sahabat saya itu.

Sejak itu, Vinny memberi saya beberapa buku bacaan. Salah satunya berjudul, “Lentera Hati” yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Quraish Shihab, MA. Setelah membaca buku tersebut, saya semakin terpukau dan mengagumi Islam. Saya pun semakin mendalami Islam lewat buku-buku yang diberikan Vinny, di samping bertanya kepada mamanya Dian Nitami dan keluarga Vinny.

Walaupun saya terus mempelajari Islam melalui buku-buku yang diberikan oleh Vinny, saya masih sering ke gereja. Bahkan, yang mengantarkannya adalah Vinny sendiri. Memang, dalam bersahabat kami saling menghargai, terutama soal agama. la pernah berpesan kepada saya bahwa tak ada paksaan dalam Islam. Kalau ingin masuk Islam, harus dengan pikiran dan hati yang bersih dan sesuai dengan hati nurani.

Hari demi hari, saya terus mempelajari Islam secara mendalam, hingga setelah tak ada keraguan sedikit pun di hati, pada bulan puasa, Januari 1998, hati saya semakin bergetar. Saya menunggu-nunggu kapan waktu yang tepat untuk memeluk Islam.

Gelora hati untuk memeluk Islam mengalahkan segala kesibukan dan persiapan untuk menyambut Hari Natal. Dulu, saya paling suka mempersiapkannya. Bahkan, sebulan sebelumnya saya sudah sibuk merapikan rumah, mencari kado buat mama dan keluarga, dan selalu siap membantu mama mempersiapkan kue-kue Natal. Tetapi, pada saat itu, saya tak melakukan semua itu. Walaupun saya belum memeluk Islam, tapi saya sudah menjalani ibadah puasa.

*** 
Masuk Islam

Pada malam menjelang Tahun Baru, 31 Desember 1998 lalu, saya mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat dibimbing oleh Prof.Dr. H. Quraish Shihab di kediaman seorang pengusaha elektronik, Rachmat Gobel, di kawasan Jalan Saharjo, Jakarta Selatan, dalam acara buka puasa bersama.

Setelah membaca rukun Islam yang pertama itu, saya tak dapat menahan rasa haru, sehingga saya tak mampu lagi membendung air mata. Rasanya dada ini plong sekali, seperti bayi yang baru lahir. Jadi, tahun 1999 itu, buat saya, merupakan tahun untuk memulai “hidup baru” sebagai seorang muslimah.

Walaupun sudah resmi masuk Islam, tapi Pak Quraish Shihab dalam kesempatan itu, juga berpesan agar saya segera meresmikan status keislaman saya itu. Katanya, mengucapkan dua kalimat syahadat berkali-kali, tak apa-apa. Maka, pada hati Jumat tanggal 8 Desember 1999, dengan dilengkapi prosedur administratif, saya mengucapkan ikrar dua kaliniat syahadat di hadapan para saksi di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta Pusat.

Mengetahui saya masuk Islam, mama sempat marah. Bukan apa-apa, tapi karena beliau ingin supaya saya dalam hidup ini mempunyai prinsip. Setelah saya jelaskan, beliau pun akhimya menerima keputusan saya itu. Beliau berpesan supaya saya benar-benar menjaga keislaman saya. Tidak simpang siur dan tidak boleh main-main.

Setelah masuk Islam, kehidupan saya terasa lebih tenang. Apalagi setelah perceraian dengan suami pertama yang membawa kabur anak saya, Antonius Joshua (6 tahun). Selama bulan suci Ramadhan tersebut, saya terus menjalankan ibadah puasa. Dan ternyata, puasa dengan dilandasi niat, berbeda sekali dengan puasa tanpa niat. Saya rasakan puasa tanpa niat itu terasa sangat berat. Jangankan menjalaninya, untuk bangun sahur saja berat sekali. Tapi, setelah masuk Islam, saya selalu membaca niat puasa setiap sahur, puasa pun menjadi terasa ringan.


Selama ini saya sahur sendiri. Anehnya, saya bisa dengan mudah terbangun, tanpa ada perasaan yang berat. Dan setelah sahur, saya tidak langsung tidur. Saya hidupkan TV dan mengikuti kuliah subuh. Dari siaran tersebut, saya banyak memperoleh masukan-masukan yang bermanfaat. Saya bertekad untuk menjadi muslimah yang baik, tentunya dengan diiringi doa para pembaca. Insya Allah.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Ketulusan & Kesetiaan Cinta Antara Zainab Bint Muhammad SAW Dan Abul ‘Ash Bin Rabi .::


Beliau adalah anak sulung dari pemimpin yang paling mulia, ayahnya adalah al-Amin (orang yang terpercaya), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan ibunya adalah ath-Thahirah (wanita yang suci) Khadijah radhiallahu’anhu. Di tengah keluarga yang mulia itulah Zainab kecil dibesarkan dan dididik.

Sebagai anak terbesar ia terbiasa membantu meringankan tugas ibunya dalam urusan rumah tangga, dari merawat rumah sampai mengasuh adik-adiknya (Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fathimah radhiallahu’anhunna jami’an. Dari sanalah ia belajar hidup dalam kesabaran dan keteguhan, sampai-sampai Fathimah yang merupakan putri bungsu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggap kakaknya Zainab seperti ibu kecilnya.

***
Pernikahan dan Buah Hati

Sebagai buah dari ketelatenan didikan seorang ibu, maka tak heran bila Zainab menjadi wanita pilihan dan kembang bagi pemuda Quraisy pada masa itu. Ketika usia Zainab menginjak sembilan tahun Abul Ash bin Rabi, putra saudara perempuan Khadijah yang bernama Halah binti Khuwalid, menaruh hati pada Zainab dan bersegera meminta Zainab pada bibinya Khadijah untuk dilamar menjadi istrinya. Maka dengan gembira Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima pinangan Abul ‘Ash.

Maka selang beberapa lama kemudian terlaksanalah pernikahan mereka, dan pindahlah Zainab ke rumah suaminya. Indahnya kehidupan mereka sehingga pertemuan terasa begitu singkat dan perpisahan terasa sangat lama dan melelahkan.

Tak terasa waktu berlalu dan terlahirlah putra pertama yang mereka beri nama Ali ibn Zainab dan kemudian menyusul Umamah Bint Zainab putri mungil mereka.

***
Ayahnya Seorang Nabi

Pada suatu ketika, di saat Zainab ditinggal pergi oleh Abul Ash bin Rabi untuk berdagang, tersebarlah di Mekah sebuah kabar bahwa telah muncul seorang nabi yang bernama Muhammad bin Abdullah, yaitu ayah Zainab. Tatkala mendengar kabar itu Zainab segera pergi ke rumah orang tuanya untuk mencari tahu kebenaran berita tersebut. Sesampainya di sana ia pun mendapatkan kabar yang benar dari ibunya yang sangat ia cintai, juga dari pamannya Waroqoh bin Naufal bahwa ayahnya akan menjadi nabi dan terusir dan diperangi oleh kaumnya.

Alangkah senang dan gembiranya Zainab beserta saudaranya mendengar bahwa ayah mereka adalah nabi utusan Allah. Maka segeralah mereka menyatakan keimanan mereka atas kenabian ayah mereka.

Abul Ash Bin Rabi Enggan Masuk Islam
Sepulangnya Abul Ash dari perjalanan dagang, Zainab segera menyampaikan kabar gembira itu kepada suaminya. Dengan penuh semangat ia menceritakan semua yang terjadi dengan harapan akan membuat suaminya tertarik dan masuk Islam. Akan tetapi, sayang tawaran untuk masuk Islam dari istrinya itu ia tolak karena takut dikatakan oleh kaumnya bahwa ia masuk Islam hanya karena ingin mencari keridhaan istrinya. Zainab pun bersedih, namun ia tetap berdoa agar Allah Ta’ala akan membuka hati suaminya untuk beriman pada suatu saat nanti.

***
Ujian dan Cobaan

Ketika makin keras dan kuat tantangan kaum Quraisy kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta pengikutnya, sebagian orang Quraisy menghasut Abul Ash dan berkata, “Ceraikanlah istrimu wahai Abul Ash! Pulangkan ia rumah ayahnya dan kami akan menikahkanmu dengan wanita mana saja yang engkau sukai dari wanita-wanita Quraisy yang terbaik.” Karena begitu murni dan dalam cinta Abul Ash kepada Zainab, maka ia pun menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan menceraikan istriku, aku tidak ingin menggantinya dengan wanita mana saja di dunia ini.”

Di saat ayah dan keluarganya diembargo, Zainab hanya mampu berdoa untuk keselamatan ayah, ibu, dan keluarga serta saudara-saudara seakidah. Waktu pun berlalu, dan embargo pun selesai, namun ternyata datang musibah baru yang tak kalah beratnya, yaitu wafatnya paman ayahnya, Abu Thalib, yang disusul dengan wafatnya ibu yang sangat ia cintai. Zainab pun dirundung kedukaan, ditambah lagi suami tercinta belum juga luluh hatinya untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Saat itu negeri Mekah terasa sepi bagi Zainab. Ibundanya yang biasa ia jenguk sekarang telah tiada, sementara ayahnya hijrah ke Yatsrib bersama sahabat karib beliau, Abu Bakar, kemudian saudari-saudarinya pun menyusul ke sana.

***
Tebusan Untuk Abul ‘Ash Bin Rabi’

Perang besar antara kaum muslimin dan musyrikin pun berkecamuk di Badar, dan Abul Ash berada di barisan kaum musyrikin. Zainab menanti kabar dengan gundah gulana. Tak beberapa lama berita pun datang, kaum muslimin memenangi peperangan. Zainab merasa sangat bergembira akan kemenangan ayahnya, tetapi bagaimana dengan suaminya? Abul Ash seperti berita yang ia dengar telah menjadi tawanan kaum muslimin di Yatsrib.

Kaum muslimin meminta tebusan yang sangat mahal untuk para tawanan. Keluarga Abul Ash yang kaya ingin menebusnya, tetapi Zainab ingin ia membayar tebusan untuk suaminya. Maka diutuslah Amr bin Robi saudara laki-laki Abu Ash ke Yatsrib. Sesampai di sana ia menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil memberikan seuntai kalung ia berkata, “Zainab mengutusku untuk mengirimkan ini sebagai tebusan untuk suaminya.” 

Melihat kalung yang sangat beliau kenal, karena itu adalah pemberian istrinya sebagai hadiah di hari pernikahan Zainab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa tersentuh hatinya, lalu beliau berkata, “Maukah kalian membebaskan Abul Ash untuknya (yaitu Zainab) dan mengembalikan tebusannya?” Para sahabat pun menyetujui. Kemudian Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam membebaskan Abul Ash dengan syarat ia harus melepaskan Zainab dan mengembalikannya kepada beliau, dan Abul Ash pun menyetujui permintaan itu.

***
Meninggalkan Suami dan Hijrah ke Madinah

Setibanya di Mekah, Abul Ash menyampaikan apa yang menjadi kesepakatan antara ia dan Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Zainab. Mendengar berita itu Zainab merasa berat untuk berpisah dengan suaminya. Tetapi perintah Allah dan Rasul-Nya lebih didahulukan dari segalanya walaupun ia harus mengorbankan cinta dan perasaannya.

Tak lama kemudian datanglah utusan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjemput Zainab. Akhirnya, dengan sedih Zainab memberikan ucapan selamat tinggal kepada suaminya, namun ia tetap berharap semoga Allah mempertemukan mereka kembali.

Berangkatlah Zainab yang sedang mengandung belum sempurna empat bulan ke Madinah dengan membawa suka dan dukacita sebab perpisahan dengan ayah janin yang sedang dikandungnya.
Kedukaan belumlah terobati, Allah mentakdirkan kandungan Zainab harus gugur sebab ia dan rombongannya dihadang oleh kaum musyrikin sebelum sampai di Madinah.

Akhirnya Zainab pun sampai di Madinah. Dan tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar cerita Zainab tentang penyebab keguguran janin yang ada di kandungannya beliau pun mengutus gerilyawan dan berkata, “Jika kalian mendapati si fulan dan si fulan, dua orang laki-laki dari kaum Quraisy, maka bunuhlah.”

***
Munculnya Harapan Baru

Enam tahun sudah perpisahan Zainab dan suaminya berlalu, hingga pada suatu saat Abul Ash bersama kafilah dagang yang sedang dalam perjlanan pulang dari negeri Syam menuju Mekah melewati Madinah dihadang oleh pasukan gerilya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akhirnya, kafilah dagang yang berjumlah lebih kurang 170 orang itu bersama dengan onta-onta mereka yang mencapai seratus ekor ditawan dan digiring ke Madinah. Akan tetapi, Abul Ash dapat meloloskan diri. Ke manakah ia melarikan diri?

Dalam kegelapan malam, dengan sembunyi-sembunyi Abul Ash bin Rabi’ mendatangi rumah Zainab. Zainab pun terkejut menerima kedatangannya dan ia pun menyambutnya dengan baik serta memuliakannya. Ketika Abul Ash bin Rabi meminta kepada Zainab agar mau memberikan perlindungan kepadanya, Zainab pun menyatakan kesediaannya.

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya melaksanakan shalat Shubuh terdengarlah suara Zainab berseru, “Wahai kaum muslimin, saya Zainab binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, saya telah memberikan perlindungan kepada Abul Ash, maka lindungilah ia!” Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai shalat, beliau bertanya kepada para sahabat, “Apakah kalian mendengar apa yang aku dengar?” Para sahabat menjawab, “Benar.” Beliau lalu berkata, “Demi Allah, aku tidak tahu sedikit pun tentang itu sampai aku mendengar apa yang kalian dengar, sesungguhnya semua kaum muslim (sampai yang terendah tingkatannya pun) dapat memberikan perlindungan.”

Kemudian beliau pun menemui Zainab untuk mengetahui kebenaran berita itu, Zainab berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abul Ash adalah kerabat dan anak pamanku, serta anak-anakku, dan aku telah memberikan perlindungan kepadanya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Benar wahai putriku, muliakanlah tempatnya, dan jangan sampai ia berhubungan denganmu, sesungguhnya engkau tidak halal baginya.”

Kemudian para sahabat mengembalikan harta yang telah mereka rampas itu kepada Abul Ash. Dan ketika Abul Ash hendak berangkat ke Mekah, ia berkata kepada Zainab, “Mereka (yaitu para sahabat) telah menawarkan keapdaku untuk masuk Islam, tetapi aku menolak sambil kukatakan, ‘Sungguh buruk diriku memulai agama baruku dengan pengkhianatan.’”

Mendengar ucapan terakhir Abul Ash tersebut terasa berdebar jantung Zainab, seakan-akan ia melihat di balik apa yang ia ucapkan ada cahaya dan harapan yang semoga saja dapat menerangi hatinya yang masih gelap dengan kekufuran.

***
Abul Ash Masuk Islam

Sesampai di Mekah Abul Ash memberikan harta-harta yang diamanahkan kepadanya kepada pemiliknya, kemudian ia berseru, “Wahai kaum Quraisy, apakah ada di antara kalian yang hartanya belum aku kembalikan?” Mereka menjawab, “Tidak ada, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan, kami telah mendapatimu sebagai orang yang memegang amanah dan mulia.”

Lalu Abul Ash berkata, “Jika aku telah mengembalikan hak-hak kalian maka sekarang aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak diibadahi selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah! Demi Allah, tidak ada yang menghalangiku untuk masuk Islam sewaktu bersama Muhammad di Madinah kecuali aku takut kalian mengira bahwa aku ingin memakan harta kalian, tetapi setelah aku mengembalikan harta itu kepada kalian, dan sekarang aku telah melepaskan tanggunganku, maka aku masuk Islam.”

Setelah itu ia kembali lagi ke Madinah untuk berkumpul kembali dengan Zainab yang telah lama menantinya dengan sabar. Di Madinah ia disambut oleh kaum muslimin dengan gembira, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengembalikan Zainab kepadanya, dan mereka berkumpul dan bersatu kembali dalam kebahagiaan bahkan lebih baik dari sebelumnya karena kali ini mereka dikumpulkan dalam agama tauhid. Namun kebahagiaan ini ternyata tidak lama dinikmati berdua dibanding masa sulit dan penuh kesabaran yang mereka harus jalani.

***
Perpisahan Untuk Selamanya

Maqam Zainab Binti Rasulullah SAW
Waktu berlalu tanpa terasa, genap setahun Zainab berkumpul kembali dengan suaminya. Zainab sang Mujahidah, wanita penyabar, dan tegar itu telah kembali menghadap Sang Khaliq setelah berjuang menghadapi penyakit yang dideritakan semenjak keguguran kandungannya di tengah pada sahara. Zainab meninggal dalam usia relatif muda, 30 tahun, namun begitu dewasanya sikap dan ketabahannya yang patut diteladani oleh para remaja muslimah yang datang sesudahnya.

Kepergian Zainab meninggalkan Abul Ash seorang diri mengenang masa-masa indah yang telah mereka lewati bersama dalam suka dan duka, hanya dua buah hati mereka Ali dan Umamah yang kini menjadi pelipur lara.

Kedukaan pun menimpa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kepergian Zainab membuat beliau sangat berduka dan bersedih, membuat kesedihan yang lama terkenang kembali yaitu ketika melepas kepergian istrinya, Khadijah dan putri keduanya, Ruqayyah. Beliau pernah bersabda tentang Zainab, putri sulungnya ini, “Dia adalah putri terbaikku, ia dirundung musibah disebabkan olehku.”

Begitulah kehidupan seorang muslimah sejati, sebagai seorang anak, istri, dan ibu yang senantiasa patut diteladani. Seorang wanita sederhana dan bersahaja, tak pernah lena karena kedudukan ayahnya yang mulia. Wanita yang tak pernah menyerah dan berputus asa, di dalam jiwanya terdapat kebesaran dan keagungan yang mengalir dari ayahnya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Semoga Allah meridhai dan merohmati Zainab. Amin


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Kisah Iqbal : Pria Purwokerto Yang Dilamar Ratu Pantai Selatan .::

Terdengar aneh memang jika berfikir secara logika, namun kejadian ini tidak menutup kemungkinan karena di dunia ini terdapat dua dunia yaitu dunia nyata dan dunia ghoib. berkaitan dengan dunia ghoib pastilah banyak yang mengatakan bahwa cerita bisa saja di rekayasa karena memang tidak terbukti.

*** 
Diceritakan pada waktu iqbal sedang berwisata dengan kekasihnya dan juga para sahabatnya ke pantai Widara payung di purwokerto, jawa tengah. iqbal benar-benar menikmati suasana keindahan pantai tersebut serta kesejukan udara yang membius sehingga iqbal merasa ingin sekali menepi ke pantai untuk merebahkan tubuhnya di pasir sambil memandangi para sahabatnya yang sedang bermain air di pantai yang turut di ikuti pula oleh kekasihnya yaitu asih (nama samaran), yang dimana dalam benak iqbal ingin sekali di temani pula oleh kekasihnya, namun iqbal membiarkanya karena tidak enak menggangu kekasihnya yang sudah larut dalam kegembiaraanya bersama teman-temanya.

Tidak lama kemudian seiring angin yang sejuk membuat mata iqbal mengantuk dan tertidur pulas. tanpa di sadari ternyata adzan maghrib sudah terdengar namun entah kenapa mata iqbal masi teramat ngantuk dan hanya melihat lirik di sekelilingnya yang sudah tidak ada orang sama sekali termasuk kekasihnya yaitu asih yang di dalam benaknya kenapa tidak di membangunkanya.

Tidak lama kemudian iqbal pun mendengar suara dan melihat seperti pawai dan arak-arakan prajurit yang menggunakan pakaian kerajaan zaman dahulu dengan posisi rapi seperti barisan yang memanjang, suasananya seperti merayakan sesuatu karena terdengar sangat ramai dan meriah sekali. Melihat dan mendengar kondisi tersebut iqbal sangat ingin sekali bangun di tambah prajurit yang melakukan arak-arakan tersebut semakin mendekatinya, namun dia sangat aneh tubuhnya seperti terkunci dan lemah sehingga ia tidak bisa beranjak dari tidurnya.

Sambil sekuat tenaga untuk bangun namun tidak membuahkan hasil akhirnya salah satu dari rombongan prajurit itu mendekat menghampiri iqbal. anehnya prajurit itu bersimpuh seperti menghadap raja dan berkata "Pangeran di tunggu oleh kanjeng ratu dan putri". Iqbal pun heran dalam benaknya kenapa prajurit ini mengatakan saya adalah pangeran lalu siapa kanjeng ratu dan putri tersebut.

Sambil tercengangnya iqbal di tambah hati yang bertanya, kelompok prajurit pun berkata pada iqbal "Kenapa pangeran masi bermalas-malasan saja tidur di situ kami ke sini mau menjemput pangeran untuk ke istana menemui kanjeng ratu dan putri. iqbal pun semakin berdetak kencang jantunya dan ingin sekali bertanya namun benar-benar tidak bisa sama sekali, tubuhnya serasa terkunci dan lemas.

Iqbal benar-benar kebingungan dan ingin sekali melarikan diri namun yaitu sepertinya usahanya sia-sia di tambah para prajurit itu memberikan sebuah pakaian seperti raja berikut juga pernak-pernik seperti dandanan pengantin laki-laki yang ingin meminang seorang mempelai wanita.

Tubuh iqbal bergemetar karena belum saja rasa ketakutan itu terobati sudah di tambah dengan kehadiran kuda kencana yang muncul dari dalam laut yang di tarik oleh 4 ekor kuda putih dengan seorang wanita yang sangat cantik dan berkata oleh salah satu pemimpin prajurit tadi "silahkan naik pangeran kereta penjemput sudah tiba".


Tidak lama selang kedatangan kereta kencana tersebut, kedua tangan iqbal di pegang erat oleh pemimpin prajurit yang ingin membimbing perjalanan kereta tersebut dan berkata "Silahkan pangeran pejamkan mata agar perjalanan lebih cepat dan aman sampai tujuan ".

Dalam pejaman mata iqbal, ia merasakan seperti tenggelam dalam laut namun tetap bisa bernafas. Setiba di istana mata iqbal pun di izinkan di buka oleh prajurit. Sekali lagi iqbal benar-benar heran dan terkejut suasana istana tersebut benar-benar mewah dan ternyata calon pendampingnya yang di sebut-sebut sebagai putri adalah kekasihnya yaitu asih, namun iqbal tidak percaya begitu saja dia mengucak-ngucak matanya untuk memastikan apakah benar yang di lihatnya itu asih yaitu kekasihnya.

Berselangnya waktu akhirnya perayaan pernikahan tersebut berlangsung sangat meriah namun dalam benak iqbal tetap terasa aneh yang membuat iqbal hanya terdiam dan tertegun menjalani ritual pernikahan tersebut. 

Dalam proses pernikahan tersebut menghabiskan waktu dua hari dua malam, iqbal pun tidak merasa lapar, haus bahkan mengantuk serta tidak ingin bicara sama sekali. yang dia ingat dan ketahui hanya perintah dari ibunda ratu bahwa pada hari ke tiga ia harus melakukan kewajiban sebagai layaknya suami kepada istri untuk menggauli di malam pertamanya di hadapan seluruh prajurit dan ibunda ratu.

Hal inilah yang membuat iqbal semakin merasa aneh dan tidak bisa melakukanya karena akan malu jika di tonton oleh orang banyak. disamping itu iqbal tidak bisa menerima perlakuan yang tidak bermoral itu dan tidak memenuhi etika. dalam keresahan hati yang bergejolak iqbal pun menghela nafas lalu memejamkan mata sambil menyebut nama asma Allah SWT disertai permohonan doa yaitu meminta ampunanya.

Tak lama selang iqbal menyebut asma Allah, tak di sangka dan tidak di duga istana tersebut bergoncang bagai terkena gempa berkekuatan dahsyat sehingga istana itu hancur dan iqbal pun merasa pusing berputar-putar, lalu tidak sadarkan diri.

Setelah iqbal bangun dari pingsanya, ia pun merasa kaget karena dirinya sudah didapati di sebuah Rumah sakit Margono Sukoarjo di Purwokerto (Minggu 8/6/2014) yang di dampingi oleh kekasihnya yaitu asih yang cantik itu. Asih tidak kuat meneteskan air matanya menahan kesedihan dalam kegembiaraanya karena kekasihnya iqbal kembali lagi yang telah lama menghilang selama 21 hari sejak berwisata ke pantai Widara payung di purwokerto , jawa tengah.


Sumber dari : http://www.cafeinfo.net

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

::. Pertemuan Maryam Dengan Malaikat Jibril .::

Wanita teladan itu bernama Maryam binti Imran, beliau merupakan salah satu wanita yang kelak akan menjadi pemimpin di surga. Beliau dipilih Allah SWT sebagai bukti kekuasaan-Nya karena bisa hamil tanpa pernah dijamah oleh seorang pria pun.

*** ~ ***
Maryam adalah wanita mulia. Ayahnya adalah masih keturunan Nabi Daud as. Sejak kecil ia dalam pengasuhan Nabi Zakaria as yang juga suami dari kakaknya.

Riwayat lain mengatakan bahwa Nabi Zakaria as adalah suami dari saudara ibunya. Maryam tumbuh menjadi perempuan yang salehah dan suci. Ketika usianya telah cukup, ia mendermakan hidupnya untuk merawat Baitul Maqdis dengan menjadi pelayan suci.

Salah satu tugas pelayan suci ini adalah menambil air untuk keperluan peribadatan. Air itu berasal dari sebuah mata air yang terdapat di dalam sebuah gua yang terletak tidak jauh dari Baitul Maqdis.
Maryam dan para pelayan suci biasa mengambil air dengan menggunakan tempayan.


Maryam Ditemui Malaikat

Pada suatu hari ketika Maryam sedang mengambil air, tiba-tiba saja ada seorang pemuda rupawan mendekatinya. Maryam belum pernah melihat pemuda itu sebelumnya. Pemuda itu sangat tampan dengan raut wajah bercahaya serta berambut ikal.

"Aku diperintah Allah SWT untuk menyampaikan pesan kepadamu," ujar pemuda berbadan tegap itu.

Tentu saja Maryam sangat ketakutan dengan kehadiran pemuda asing tersebut. Sebagai seorang gadis, ia takut sekali jika si pemuda itu hendak berbuat yang tidak baik kepadanya.

Dengan hati berdebar-debar, Maryam memberanikan dirinya untuk bertanya.
"Siapakah engakau sebenarnya?" tanya Maryam sambil berusaha menyembunyikan ketakutannya.
"Aku adalah Malaikat Jibril, Allah SWT mengutusku untuk menyampaikan pesan kepadamu," jawab pemuda jelmaan Malaikat Jibril itu.
"Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Jika engkau seorang yang bertakwa," terang Maryam mencoba memberanikan diri.

"Pesan apakah itu wahai Malaikat Jibril?" tanya Maryam.
"Allah SWT memerintahkan kepadaku untuk menyampaikan pesan bahwa engkau tidak akan lama lagi akan mengandung. Selanjutnya engkau akan melahirkan anak laki-laki yang baik hatinya, saleh di dunia dan di akhirat," jelas Malaikat Jibril dengan santun.

Maryam Terperanjat

Terang saja Maryam terperanjat kaget, bagaimana mungkin dirinya yang masih perawan ting ting ini juga belum bersuami bisa mengandung dan kemudian melahirkan seorang anak.

"Jangan ragu wahai hamba Allah, yakinlah bahwa kejadian itu merupakan sesuatu yang sangat mudah bagi Allah SWT," jelas Malaikat Jibril yang mencoba menenangkan Maryam.

Malaikat Jibril kemudian meniup tubuh Maryam sebelum kemudian berlalu. Tak berapa lama kemudian, Maryam pun mengandung. Ketika akan melahirkan tiba, Maryam menuju tempat asalnya yang bernama An Nashirah atau yang sering disebut Nazaret.

Kemudian Maryam menuju daerah yang bernama Bethlehem. Di bawah pohon kurma yang rindang di Bethlehem itulah Maryam melahirkan seorang bayi yang kelak akan menjadi Utusan Allah SWT. Dialah Nabi Isa as.

Maryam sangat bersedih dengan kejadian yang dialaminya. Malaikat Jibril pun menyuruhnya agar Maryam tidak bersedih hati. Makanan dan minuman untuk Maryam dan puteranya telah disediakan oleh Allah SWT, yakni buah kurma masak dan juga air bersih dari anak sungai yang megalir di dekat Maryam.

"Janganlah takut, Allah SWT akan menjagamu," kata Malaikat Jibril.
Maryam kenudian menggendong bayinya dan membawanya kembali ke kaumnya. Mengetahui Maryam memiliki seorang anak, maka gemparlah kaumnya mengetahui peristiwa yang terjadi pada diri Maryam.

Perlu ditegaskan di sini bahwa Nabi Isa as bukanlah putra Tuhan, bukan Anak Allah, karena Allah SWT tidak beranak dan tidak berputera. Allah SWT tidak sama dengan semua makhluknya yang telah diciptakan. Ingat Surat Al Ikhlas.










Artinya:
1. Katakanlah: Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,

4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS